Waspadai Omikron dalam Sekam

08/2/2022 05:00
Waspadai Omikron dalam Sekam
Ilustrasi MI(MI/Seno)

 

 

PERTAMBAHAN kasus baru covid-19 di Jakarta telah melampaui angka tertinggi kasus covid-19 harian pada tahun lalu yang didominasi varian delta. Bukan hanya Jakarta, penularan covid-19 yang kini dimotori varian omikron juga membawa pertambahan kasus di Banten dan Bali melebihi jumlah kasus pada 2021.

Bahkan sangat mungkin, sejumlah provinsi lain, khususnya di wilayah padat penduduk, telah mengalami hal yang sama. Hanya belum tampak di atas kertas karena pencatatannya tertinggal. Testing atau pemeriksaan yang sempat mengendur serta lonjakan kasus diperkirakan turut membuat angka yang terdata jauh di bawah angka sebenarnya.

Ini baru di awal Februari. Kementerian Kesehatan sebelumnya memprediksi puncak pertambahan kasus covid-19 akan terjadi pada sekitar akhir Februari.

Karakteristik omikron yang lebih menular ketimbang varian delta membuat penyebaran begitu cepat. Langkah-langkah pengetatan protokol kesehatan oleh pemerintah sangat krusial untuk mencegah tsunami kematian akibat covid-19 terulang kembali.

Pemerintah sudah menaikkan level PPKM empat wilayah ke level 3. Keempatnya meliputi wilayah aglomerasi Jabodetabek, DIY, Bandung, dan Bali. Otomatis sejumlah pembatasan kegiatan masyarakat mengetat.

Namun, lagi-lagi kita ingatkan, setelah memulai kebijakan, penegakan aturan harus tegas. Otoritas, baik di pusat maupun daerah, tidak boleh hanya mengandalkan kesadaran masyarakat dalam mematuhi aturan.

Di sisi lain, sejumlah aturan dan koordinasi perlu diasah dengan cepat. Khususnya yang terkait dengan pelacakan, pemeriksaan, dan perawatan. Jangan sampai ada persyaratan birokratif yang menghambat.

Contohnya, warga masih harus mengurus surat domisili untuk mendapatkan fasilitas pelacakan kontak erat dari puskesmas terdekat. Birokrasi yang menyulitkan akan membuat masyarakat enggan melapor.

Itu menciptakan kondisi bak api dalam sekam. Tidak mengherankan bila pada satu titik tiba-tiba terjadi ledakan kasus karena kelambanan dalam menelusuri kasus yang membuat perawatan tertunda.

Indonesia semestinya berkaca pada perkembangan Amerika Serikat. Di ‘Negara Paman Sam’ itu belakangan mencatatkan lonjakan kematian akibat covid-19 yang didominasi varian omikron. Angka tertinggi kematian harian malah sudah melebihi angka yang disebabkan oleh varian delta.

Hal itu antara lain karena kelambanan dalam penanganan. Fakta bahwa vaksinasi apalagi ditambah penguat alias booster mampu menurunkan gejala covid-19 yang disebabkan omikron, telah membuat lengah.

Padahal, masih terdapat warga yang belum tervaksinasi lengkap. Ada pula sejumlah penerima vaksinasi lengkap dan booster yang gagal membentuk kekebalan.

Sementara ini, data di Tanah Air menunjukkan kendati kasus baru melonjak, jumlah pasien dengan gejala sedang dan berat relatif minim.

DKI Jakarta mencatat keterisian rumah sakit oleh pasien covid-19 mencapai 60%. Pasien yang bergejala sedang dan berat hanya 12%.

Pemerintah mengimbau pasien yang bergejala ringan cukup memulihkan kondisi dengan isolasi mandiri di rumah. Mereka dianjurkan memanfaatkan fasilitas telemedisin. Jika tempat tinggal tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri, warga diminta memakai tempat isolasi terpusat.

Akan tetapi, praktiknya tidak semudah pemerintah mengeluarkan imbauan. Di sana-sini ada hambatan. Antrean masuk tempat isolasi terpusat kian panjang.

Ada pula kekhawatiran masyarakat ketika gejala yang mereka derita memburuk, akan sulit mendapatkan perawatan rumah sakit. Oleh karena itu, mereka merasa lebih baik dari awal langsung meminta perawatan RS.

Hal-hal seperti itu perlu dibenahi dengan cepat melalui koordinasi yang sigap. Pasalnya, fasilitas sudah cukup tersedia. Tinggal kecepatan pemrosesan dan koordinasi yang perlu ditingkatkan.



Berita Lainnya