Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
INDONESIA berhasil melewati amukan pandemi covid-19 gelombang kedua. Itulah buah dari kerja sama apik semua anak bangsa. Meski begitu, kita pantang besar kepala karena virus korona masih ada dan setiap saat bisa kembali menghadirkan malapetaka.
Untuk sementara, kita boleh bersuka karena tingkat penularan korona bisa kita tekan. Kita bisa bernapas lega karena angka kasus positif yang sempat tembus 50.000 kini hanya di kisaran 2.000 per hari. Pun demikian dengan tingkat kematian yang terus menunjukkan penurunan, sedangkan angka kesembuhan konsisten memperlihatkan peningkatan.
Sirene ambulans yang dulu begitu rajin meneror telinga kita, kini jarang lagi terdengar. Toa masjid yang dulu sering dibunyikan untuk memberitahukan ada warga yang meninggal akibat covid-19, kini kembali ke fungsi awal sebagai pengabar bahwa waktu salat telah tiba.
Tiada lagi situasi yang mencekam. Rumah sakit, klinik, atau fasilitas kesehatan lainnya juga telah normal, tidak seperti dulu ketika penderita covid-19 membanjiri hingga lorong-lorong bahkan tempat parkir.
Layakkah semua itu kita rayakan? Tidak. Kita tidak boleh larut dalam euforia, apalagi sampai mabuk kemenangan.
Kita memang mampu meredam sepak terjang korona gelombang kedua. Namun, harus dicatat tebal-tebal bahwa keberhasilan itu hanya sementara. Sekali lagi cuma sementara, karena korona belum sepenuhnya sirna. Korona masih ada, sangat dekat dengan kita, dan sewaktu-waktu bisa kembali menebar duka.
Fakta empiris membuktikan, ekspansi korona di dunia tak cukup dua gelombang. Tiga gelombang pandemi telah terjadi, yakni pada Januari 2021 sebagai puncak pertama, April 2021 puncak kedua, dan Agustus-September 2021 puncak ketiga. Itu pun belum sepenuhnya selesai karena sejumlah negara masih direpotkan dengan melonjaknya kasus positif.
Jika menilik fenomena tersebut, Indonesia jelas belum aman. Justru sebaliknya, negeri ini berada dalam ancaman besar karena baru mengalami dua gelombang pandemi. Gelombang ketiga yang dampaknya tak kalah dahsyat bisa datang setiap saat.
Potensi itulah yang disadari betul oleh pemerintah maupun para epidemiolog. Bahkan, menurut ahli epidemiologi, gelombang ketiga diprediksi bakal terjadi akhir Desember nanti.
Prediksi itu bukan cerita fiksi untuk menakut-nakuti. Ia adalah pijakan bagi kita semua untuk menyiapkan antisipasi sejak saat ini, dan yang paling penting berusaha agar tak terealisasi.
Gelombang ketiga pandemi covid-19 memang telah menjadi fenomena dunia. Akan tetapi, ia bukanlah keniscayaan. Ia bisa melanda negeri ini, bisa juga tidak. Semua tergantung kita dalam menyikapinya.
Gelombang ketiga akan terjadi jika kita mabuk dalam euforia dan merasa kehidupan sudah normal lalu mengesampingkan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas). Gelombang ketiga akan memapar jika kita mengendurkan 3T (tracing, testing, dan treatment).
Gelombang ketiga akan menyerang jika pemerintah membuka seluas-luasnya pembatasan bagi mobilitas dan kegiatan. Bangsa ini masih butuh pengetatan aktivitas sebab kekebalan komunal masih jauh dari realitas karena 80% penduduk belum mendapatkan vaksin lengkap.
Pada konteks itulah kita mengingatkan pemerintah untuk terus mempertahankan politik intervensi. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) terbukti ampuh meredam covid-19 sehingga harus dipertahankan dengan level tertentu.
Pelonggaran di segala sektor memang diperlukan demi kebangkitan ekonomi, tetapi jangan biarkan sampai lepas kendali. Gelombang ketiga pandemi bukan ilusi, tetapi kita semua bisa menangkalnya agar tak sampai terjadi.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia.
PEMERIKSAAN dua menteri dari era Presiden Joko Widodo oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi menjadi sorotan publik.
SAMA seperti perang terhadap korupsi, perang melawan narkoba di negeri ini sering dipecundangi dari dalam.
EKONOMI Indonesia melambung di tengah pesimisme yang masih menyelimuti kondisi perekonomian global maupun domestik.
BERAGAM cara dapat dipakai rakyat untuk mengekspresikan ketidakpuasan, mulai dari sekadar keluh kesah, pengaduan, hingga kritik sosial kepada penguasa.
MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.
Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.
ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.
KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.
Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.
KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.
KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.
NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.
Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.
EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.
SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved