Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
REPUBLIK ini memang sudah dua dekade lebih di alam demokrasi. Namun, harus kita akui, demokrasi kita belum menunjukkan keandalannya sebagai penuntun jalan yang paripurna dalam berbangsa dan bernegara.
Kita patut bersyukur, setelah lebih dari 30 tahun hidup di zaman otoritarian Orde Baru, kebebasan akhirnya bisa dirasakan. Angin reformasi yang berembus kencang pada 1998 mampu menyapu segala pembatasan dan tekanan.
Itulah berkah yang bisa dinikmati generasi saat ini. Berkah yang tercurah meski harus ditebus dengan darah sejumlah pahlawan reformasi. Sayangnya, sebagai penikmat, kita melupakan tanggung jawab untuk merawat demokrasi.
Demokrasi kita biarkan berjalan tanpa arah yang pasti. Demokrasi kita biarkan tersandera oleh mereka yang hanya mendewakan kebebasan diri sendiri tanpa peduli dengan kebebasan orang lain. Demokrasi pun menjadi liar, bahkan cenderung buas yang mencuatkan rasa waswas.
Sebagai masterpiece gerakan reformasi, demokrasi justru semakin kuat melangkah ke jalan yang sesat. Demokrasi, pelan tapi pasti, menjelma sebagai instrumen untuk membatasi kebebasan orang lain.
Pada konteks itulah kita memahami kerisauan para tokoh bangsa akan masa depan demokrasi di Republik ini. Kerisauan itu sudah lama ada dan terkini disuarakan oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, kemarin, dalam pidato kebangsaan pada rangkaian perayaan HUT ke-50 Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Dalam pidato Pandangan dan Proyeksi Ketua Umum Partai Politik Menjelang Seabad Indonesia Merdeka Tahun 2045 itu, Surya mengaku menikmati sistem demokrasi yang sudah berjalan. Namun, Surya juga merasa waswas, cemas, ketika sistem demokrasi tak terjaga.
Menurut Surya, demokrasi saat ini masuk kategori superliberal. Atas nama demokrasi, sebagian masyarakat masih menganggap hak-hak mereka tidak boleh dikurangi sedikit pun, termasuk oleh pemerintah.
Surya tak mengada-ada. Faktanya, atas nama demokrasi, sebagian rakyat suka bertindak semena-mena. Atas nama demokrasi, sebagian masyarakat mengabaikan etika dan tata krama yang sejak dulu menjadi karakter bangsa. Atas nama demokrasi pula, mereka seenaknya menghina pihak lain, termasuk pemimpin negara.
Demokrasi salah arah bahkan tak mereda ketika negeri ini butuh kebersamaan untuk melawan wabah korona. Dengan dalih mengkritik, sebagian masyarakat selalu mencerca setiap kebijakan pemerintah. Dengan alasan pengawasan, mereka tak segan melayangkan tuduhan dan fitnah kepada penyelenggara negara. Basis data seakan tak lagi penting, yang penting hanyalah kebebasan bersuara.
Jelas, demokrasi semacam itu tidaklah sehat. Jelas, demokrasi sejenis itu tidaklah tepat untuk terus kita terapkan. Kita memang butuh kebebasan, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab, kebebasan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Sebagai produk unggulan Orde Reformasi, demokrasi harus kita selamatkan agar tak kian salah jalan. Pada konteks itulah peran elite sangat kita butuhkan. Jadilah teladan bagi rakyat dengan menjadi demokrat sejati, bukan demokrat abal-abal yang seolah-olah menjunjung tinggi demokrasi tetapi sesungguhnya bertabiat tirani.
Edukasi yang merata mengenai makna kebebasan dalam demokrasi pun mesti terus dilakukan, bahkan harus digencarkan. Di sinilah kontribusi partai politik amat dinanti.
Sebagai agen pendidikan politik, partai politik harus berada paling depan untuk meluruskan arah demokrasi seusai karakter bangsa itu. Namun, partai politik baru bisa melakukan itu jika mereka benar-benar punya idealisme dan tak lagi mabuk pragmatisme.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia.
PEMERIKSAAN dua menteri dari era Presiden Joko Widodo oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi menjadi sorotan publik.
SAMA seperti perang terhadap korupsi, perang melawan narkoba di negeri ini sering dipecundangi dari dalam.
EKONOMI Indonesia melambung di tengah pesimisme yang masih menyelimuti kondisi perekonomian global maupun domestik.
BERAGAM cara dapat dipakai rakyat untuk mengekspresikan ketidakpuasan, mulai dari sekadar keluh kesah, pengaduan, hingga kritik sosial kepada penguasa.
MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.
Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.
ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.
KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.
Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.
KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.
KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.
NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.
Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.
EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.
SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved