Pilih Vaksin bukan Infeksi

04/8/2021 05:00
Pilih Vaksin bukan Infeksi
Editorial(MI. Seno)

 

 

ADA dua cara untuk mencapai kekebalan kelompok, yaitu membiarkan sebagian besar penduduk terinfeksi atau sebagian besar penduduk mendapatkan perlindungan dari vaksin.

Membiarkan infeksi tanpa vaksin untuk mencapai imunitas kelompok tentu bukanlah pilihan cerdas di masa pandemi covid-19. Itu disebabkan covid-19 menyebabkan keparahan mendalam dan kematian yang tinggi. Menggenjot vaksinasi ialah pilihan paling manusiawi.

Menggenjot vaksinasi ternyata tidak mudah. Target dicanangkan 1 juta dosis vaksin per hari pada Juli dan naik 2 juta dosis vaksin per hari pada Agustus ini. Menaruh target setinggi langit boleh-boleh saja, tetapi perlu kerja keras untuk menggapainya.

Jujur diakui bahwa kerja keras mengejar target 2 juta dosis vaksin per hari belum tercapai. Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 pada 1 Agustus baru mencapai 389.910 dosis dan keesokan harinya naik sedikit menjadi 469.661 dosis. Kemarin, terdapat 922.208 suntikan vaksin.

Jika laju vaksinasi tetap 1 juta suntikan per hari, masih sangat lama untuk mencapai herd immunity, yaitu kondisi 70%-80% populasi sudah menerima vaksinasi dosis pertama dan kedua. Sampai akhir 2021 belum bisa dicapai herd immunity.

Eloknya segera ditemukan hambatan vaksinasi dan dicarikan jalan keluarnya. Apalagi, sejumlah daerah kini berteriak kehabisan stok vaksin sementara Presiden Joko Widodo sempat marah karena mendapati stok vaksin menumpuk banyak.

Memang faktanya tidak semua stok vaksin sudah siap disuntikkan. Ada yang datang dalam bentuk bulk atau bahan baku yang masih harus diolah Bio Farma. Artinya, jumlah vaksin yang siap suntik masih terbatas.

Belum lagi konsentrasi vaksinasi sementara ini diprioritaskan untuk daerah dengan kasus penularan dan kematian tinggi. Tersendatnya pasokan dan tingginya kasus di sejumlah daerah itulah yang membuat target percepatan dan perluasan vaksin ke daerah lain tidak mampu dicapai.

Pemerintah perlu mengonsolidasi data vaksinasi secara transparan. Data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) menunjukkan vaksin yang terpakai baru 78% dari pasokan yang tersedia hingga 31 Juli. Artinya, masih ada surplus sebesar 22% atau 18.369.034 dosis vaksin covid-19. Akan tetapi, pada saat yang sama terjadi kekurangan vaksin di daerah.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menegaskan tidak ada persoalan dengan stok vaksin. Bahkan dalam waktu dekat ia menjanjikan akan mengirim 20 juta dosis vaksin ke daerah.

Pemerintah daerah dituntut lebih proaktif untuk melakukan vaksinasi. Distribusikan secepatnya agar tidak ada wilayah dan warga yang gelisah akibat kehabisan jatah stok vaksin covid-19.

Fasilitasi tenaga kesehatan untuk menjangkau warga, buatlah kebijakan yang mampu menstimulasi vaksinasi. Sadarkan masyarakat bahwa vaksinasi bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga demi kebaikan bersama, menyelamatkan kesehatan masyarakat secara komunal.

Kebijakan yang diambil Provinsi DKI Jakarta untuk melarang warga yang belum vaksin berkegiatan di luar rumah mestinya direplikasi daerah lain. Pembatasan kegiatan bagi masyarakat yang belum divaksin bisa untuk memaksa masyarakat mau disuntik vaksin covid-19.

Segala upaya untuk mempercepat vaksinasi mesti dilakukan. Dengan begitu, target vaksinasi 2 juta orang per hari selama Agustus benar-benar terwujud dan Indonesia segera mencapai kekebalan komunal lewat vaksinasi, bukan infeksi.



Berita Lainnya