Asa Tradisi Emas di Tengah Pandemi

24/7/2021 05:00
Asa Tradisi Emas di Tengah Pandemi
Editorial(MI.Duta)

 

 

SETELAH sempat tertunda satu tahun, Olimpiade Tokyo 2020 resmi digelar di tengah ancaman pandemi covid-19, kemarin. Pesta olahraga sejagat itu dibuka tanpa kehadiran penonton karena masih belum terkendalinya penularan covid-19 di Jepang.

Di tengah situasi yang serbaterbatas karena imbas pandemi covid-19, 11.238 atlet dari seluruh penjuru dunia akan berlaga dari 23 Juli hingga 8 Agustus 2021. Pesta olahraga empat tahunan itu akan memberikan tantangan bagi penyelenggara.

Olimpiade Tokyo kali ini berlangsung di tengah pro dan kontra suara rakyat Jepang. Optimisme yang digaungkan pemerintah dan Komite Olimpiade dibalas suara pesimisme para pakar. Olimpiade Musim Panas itu dikhawatirkan dapat berubah menjadi klaster baru penyebaran covid-19.

Keberhasilan Olimpiade Tokyo diukur bukan hanya dengan kesuksesan penyelenggaraan. Jauh lebih penting lagi ialah diukur dari kemampuan untuk mencegah Olimpiade Tokyo menjadi klaster penularan covid-19.

Tidak hanya persiapan teknis pendukung ajang olahraga, penyelenggara dituntut untuk ketat dalam menyiapkan protokol kesehatan sehingga mampu melindungi peserta dan penonton di tengah pandemi. Apalagi di tengah banyak munculnya varian baru dengan tingkat penularan yang lebih tinggi dan cepat.

Tercatat sejak 1 Juli 2021 hingga tiga hari jelang pembukaan Olimpiade, ada 58 kasus positif covid-19 di Perkampungan Atlet Olimpiade Tokyo 2020. Dari jumlah itu empat atlet positif covid-19. Kendati demikian, Perkampungan Atlet Olimpiade Tokyo 2020 masih dalam kondisi aman.

Kota Tokyo saat ini berstatus darurat. Kasus harian di Tokyo saat ini berada pada level tertinggi dalam enam bulan terakhir. Kondisi itu menunjukkan situasi pandemi covid-19 jelas belum terkendali. Sama seperti pada status darurat covid-19 sebelumnya, kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat juga berlangsung di Tokyo.

Kondisi yang tidak biasa akan sangat memengaruhi persiapan para atlet, tidak hanya fisik, tetapi juga secara psikologis. Namun di sinilah pembuktian mental para juara bagi para pahlawan olahraga, termasuk 28 atlet Indonesia yang ikut berlaga di ajang olahraga tertinggi di dunia tersebut.

Sebanyak 28 atlet tersebut akan berlaga di delapan cabang olahraga, yaitu bulu tangkis, atletik, panahan, menembak, dayung, selancar, angkat besi, dan renang.

Pandemi telah membuat situasi menjadi lebih berat bagi atlet. Namun, seluruh bangsa ini tetap berharap para atlet mampu lebih fokus, menjaga kesehatan, dan menunjukkan Indonesia merupakan negara yang punya prestasi tinggi di olahraga dunia.

Para atlet kelas dunia yang tengah berjuang membela 'Merah Putih' di Olimpiade Tokyo diharapkan mampu memberi prestasi terbaik, terutama mempertahankan tradisi medali, bahkan emas dari cabang olahraga bulu tangkis dan angkat besi. 'Merah Putih' harus berkibar di Tokyo.

Tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia tetap mampu berprestasi di tengah masa-masa sulit seperti sekarang. Di sisi lain, nilai-nilai olimpisme, yaitu prestasi, persahabatan, dan rasa hormat, tidak lekang dari setiap pahlawan olahraga bangsa ini.

Olimpiade Tokyo 2020 hendaknya menjadi panggung mempertontonkan prestasi olahraga sekaligus kemampuan untuk mencegah klaster baru penyebaran covid-19.



Berita Lainnya