Oksigen Habis Nyawa Melayang

05/7/2021 05:00
Oksigen Habis Nyawa Melayang
(MI/Duta)

 

 

SEBANYAK 63 pasien meninggal sehari semalam di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, Yogyakarta. Mereka meninggal akibat keterlambatan pasokan oksigen.

Manajemen RS Sardjito membenarkan bahwa 63 pasien yang meninggal itu merupakan akumulasi sejak Sabtu (3/7) hingga Minggu pagi. Sebanyak 33 pasien meninggal setelah oksigen sentral di rumah sakit itu habis.

Pihak RS Sardjito sudah melaporkan kekurangan oksigen kepada pihak terkait, termasuk kepada Menteri Kesehatan, sejak Sabtu pagi. Penanganan yang terlambat menyebabkan jiwa melayang. Kita prihatin, sangat prihatin.

Kehabisan oksigen di masa darurat kesehatan sangat mengusik rasa kemanusiaan. Apalagi, pemerintah sudah menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat untuk Jawa dan Bali mulai 3 Juli hingga 20 Juli.

Mestinya, seluruh infrastruktur terkait dengan kebutuhan medis terjamin pasokannya selama masa darurat kesehatan. Harus jujur diakui bahwa persoalan pasokan oksigen, juga harga obat-obatan yang membubung tinggi, sudah menjadi keresahan masyarakat sejak beberapa bulan terakhir ini.

Pemerintah harus melakukan audit atas kekurangan oksigen. Apakah ketersediaan stok oksigen secara nasional masih mencukupi, apakah pihak rumah sakit sudah melaporkan kekurangan stok oksigen tepat pada waktunya? Hasil audit itu dipakai untuk pembenahan secara menyeluruh, bukan mencari-cari kesalahan.

Menteri Kesehatan Gunadi Budi Sadikin sudah mendapatkan jaminan komitmen dari para supplier oksigen untuk mengalihkan kapasitas oksigen industri ke oksigen medis. Kapasitas produksi di negeri ini 75% untuk oksigen industri, hanya 25% untuk medis.

Komposisi alokasi oksigen mestinya dibalik, 75% untuk kebutuhan medis dan sisanya untuk industri. Menyiapkan oksigen sebesar-besarnya untuk kebutuhan rakyat ialah wujud nyata dari hukum tertinggi bahwa keselamatan rakyat di atas segala-galanya.

Audit seluruh rumah sakit juga perlu dilakukan, jangan sampai pada saat kehabisan stok oksigen baru kalang kabut memintanya. Perlu dibuatkan standar operasi, misalnya, ketika kebutuhan oksigen tinggal 30% segera melaporkan ke pusat.

Masyarakat juga diharapkan untuk bijak bertindak selama masa pandemi. Bukan rahasia lagi, kelangkaan obat-obatan dan oksigen akibat masyarakat panik sehingga menimbun persediaan.

Penimbunan kebutuhan medis sekalipun untuk tujuan jaga-jaga tidak dianjurkan sebab masih banyak orang lain yang membutuhkan sangat mendesak di pusat-pusat pelayanan kesehatan.

Bijak bertindak mestinya dicontohkan para pejabat kepada masyarakat. Keteladanan itu yang kian sulit ditemukan karena ada pejabat yang ogah menjalani karantina sekembali dari luar negeri. Masih ada pula pejabat di daerah yang menggelar hajatan pada saat diberlakukan PPKM darurat.

Khusus kepada para menteri, hendaknya mereka menjadi sumur keteladanan yang tidak kering ditimba. Sayangnya, masih ada saja menteri yang menghadiri acara yang terkesan hura-hura di saat rakyat diminta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Kehadiran dua menteri dalam acara anugerah penghargaan sinetron bisa saja ditafsirkan mereka tidak fokus bekerja untuk rakyat. Jauh lebih elok mereka fokus bekerja untuk mengatasi kelangkaan oksigen kebutuhan medis.



Berita Lainnya