Uji Klinik Obat Ikhtiar di Hilir

30/6/2021 05:00
Uji Klinik Obat Ikhtiar di Hilir
(MI/Tiyok)

 

 

PENANGGULANGAN wabah covid-19 benar-benar menuntut kerja yang luar biasa di hampir seluruh negara. Setahun sudah berlalu dari sejak pertama kali penularan penyakit tersebut ditetapkan WHO sebagai pandemi, penduduk dunia masih kewalahan melawan.

Sebagian negara, termasuk Indonesia, sudah beberapa kali didera gelombang penularan covid-19. Tiap gelombang cenderung makin parah dengan munculnya varian-varian baru virus korona penyebab covid-19.

Vaksinasi sejauh ini terbukti masih cukup manjur menundukkan varian-varian baru tersebut. Di banyak kasus, terlihat vaksin paling tidak bisa mengurangi tingkat keparahan penderita covid-19.

Namun, kecepatan vaksinasi secara global belum mampu mendahului sapuan gelombang penularan covid-19. Sejumlah individu juga tidak cukup bisa membangun imunitas dari vaksinasi. Maka, kebutuhan atas ketersediaan obat yang efektif mengatasi serangan virus korona pun semakin besar.

WHO memprediksi covid-19 akan terus ada untuk waktu yang lama dan memberikan ancaman bagi sebagian masyarakat, kendati nantinya sudah bukan lagi berstatus pandemi. Artinya, obat terapi yang efektif melawan covid-19 tetap diperlukan. Saat ini, para ilmuwan masih berupaya menciptakan obat tersebut.

Belakangan muncul prokontra penggunaan Ivermectin sebagai salah satu obat terapi pasien covid-19. Sebagaimana halnya Remdesivir yang sudah lebih dulu dan lebih luas digunakan, Ivermectin belum terbukti efektif. Meski begitu, ada indikasi kemanjuran pada sejumlah pasien.

Itu sebabnya, WHO mengizinkan pemakaian Ivermectin untuk terapi pasien covid-19 asalkan berada di koridor uji klinis. Tepat bila kemudian Badan POM menindaklanjuti dengan memberikan izin pelaksanaan uji klinik Ivermectin untuk pasien di Indonesia.

Keterlibatan Indonesia dalam uji-uji klinik obat terapi covid-19 bisa menjadi modal mendapatkan obat pada kesempatan pertama ketika hasil uji klinis memberikan lampu hijau. Kemudian, memproduksi obat itu secara massal di Tanah Air.

Seperti halnya vaksin, pemerintah harus memastikan ketersediaan dan keterjangkauan obat terapi covid-19 bagi rakyat. Obat tersebut mesti mudah didapat dengan harga yang murah.

Tentu saja pengobatan hanya ikhtiar di hilir dan sebisa mungkin dihindari karena mengobati berarti sudah telanjur sakit. Pencegahan masih dan tetap harus menjadi andalan untuk melawan covid-19 dari hulu.

Kita apresiasi kerja pemerintah menggencarkan vaksinasi yang pada akhir pekan lalu sempat mencapai 1,3 juta dosis dalam satu hari. Meski begitu, pelaksanaannya perlu terus ditingkatkan diiringi dengan kecepatan penyediaan vaksin.

Satu lagi langkah pencegahan yang sama sekali tidak boleh terabaikan, yakni penegakan protokol kesehatan dan kebijakan rem kegiatan masyarakat di saat covid-19 mengganas. Ada kalanya, rem harus ditarik penuh demi mencegah musibah yang lebih parah.

Sedianya, tadi malam, pemerintah mengumumkan kebijakan pembatasan sangat ketat untuk kegiatan-kegiatan masyarakat, namun mundur ke esok. Di satu sisi kehati-hatian merupakan hal yang baik agar kebijakan lebih matang. Akan tetapi, di sisi lain, kecepatan juga sangat penting karena dapat menyelamatkan banyak jiwa.

Perlu kita ingatkan pula kepada pemerintah, sering kali kelemahan bukan pada isi kebijakan, tetapi lebih pada koordinasi dan eksekusi di lapangan. Penegakan protokol kesehatan lemah di sana sini. Bahkan, demonstrasi pelecehan terhadap protokol kesehatan oleh aparatur pemerintahan masih saja terjadi.

Setop beri kelonggaran dalam penegakan aturan. Sanksi tegas mesti dijatuhkan pada siapa pun yang melanggar.



Berita Lainnya