Terjangan Varian Baru

23/6/2021 05:00
Terjangan Varian Baru
Editorial(MI.Seno)

 

 

KASUS covid-19 di Indonesia telah melebihi dua juta orang. Penambahan kasus harian 14.536 pada Senin (21/6) merupakan rekor tertinggi selama pandemi, kemarin terkonfirmasi 13.668 kasus.

Covid-19 itu ibarat gempa yang energi imbasnya berpotensi menyebabkan tsunami baru pada bulan depan. Mengerikan memang, namun begitulah analisis perhitungan pakar epidemiologi. Karena itu, masyarakat tetap konsisten mematuhi protokol kesehatan.

Lonjakan kasus hari ini sudah diprediksi sebelumnya. Pemerintah melarang mudik Lebaran, tetapi banyak orang yang penuh sadar melanggarnya. Lonjakan kasus diperparah lagi dengan kehadiran varian baru virus korona.

Keganasan tiga varian baru, yakni alpha dari Inggris, beta dari Afrika Selatan, dan delta asal India diprediksi akan membuat lonjakan kasus terus-menerus dari akhir bulan ini hingga akhir bulan depan. Daya tular dan tingkat keparahan tiga varian itu cukup tinggi, khususnya varian delta yang memiliki mutasi ganda.

Varian delta memiliki daya tular 50% lebih tinggi daripada varian alpha yang kini mendominasi puncak kasus. Padahal varian alpha sendiri sudah 50% lebih menular ketimbang varian awal asal Wuhan, Tiongkok. Sudah begitu varian delta memiliki kemampuan dahsyat menurunkan respons imun, baik akibat penularan alamiah maupun vaksin.

Mereka yang sudah divaksin pun bisa mengalami simptom cukup berat. Hal inilah yang membuat varian delta begitu ditakuti karena ia bisa mengacaukan tujuan program vaksinasi, yakni untuk mengurangi tekanan di fasilitas kesehatan.

Sejak awal dipahami bahwa vaksinasi bukanlah cara mencegah penularan. Vaksin ialah upaya ilmiah untuk mencegah kolapsnya sistem kesehatan. Sebab, dengan gejala atau simptom yang ringan, penderita covid-19 dapat sembuh hanya dengan perawatan di rumah.

Tidak ada cara lain, mulai sekarang siapkan langkah antisipasi berlapis menghadapi terjangan varian baru. Persiapan itu, di hulunya mematuhi protokol kesehatan dan mempercepat vaksinasi, di hilir menyiapkan fasilitas kesehatan.

Pemerintah menargetkan delapan hari dari sekarang, yaitu awal Juli, pelaksanaan vaksinasi covid-19 bisa mencapai satu juta dosis per hari. Untuk memenuhi target itu, setidaknya sudah disiapkan 60 juta dosis vaksin jika ingin menjaga jarak vaksinasi pertama hingga kedua maksimal 1 bulan. Pada 20 Juni, sudah diterima lagi 10 juta vaksin bulk (bahan baku) sehingga total sudah ada 91 juta vaksin bulk Sinovac di Indonesia.

Meski begitu, kapasitas produksi vaksin Biofarma ialah 17 juta dosis per bulan. Ditambah dengan ketersediaan vaksin Astrazeneca sebesar 8,2 juta dosis dan Sinopharm sebesar 2 juta dosis, target vaksin 1 juta dosis per hari butuh kerja keras maksimal. Belum lagi jika bicara ketersediaan tenaga vaksinator dan hal-hal pendukung, target itu berkejaran dengan realitas.

Program vaksinasi harus terus-terusan digenjot. Ini ialah langkah pertama jika memang ingin secara riil meminimalkan dampak tsunami varian baru. Langkah lainnya ialah mutlak menunda pembelajaran tatap muka mulai Juli agar tidak menimbulkan klaster baru di sekolah hingga keluarga.

Langkah berikutnya ialah pemerintah harus dengan cepat merekrut tenaga kesehatan. Menambah tempat tidur tanpa diimbangi dengan penambahan tenaga medis sama saja menanti tumbangnya nakes.

Tidak kalah pentingnya ialah mematuhi ketentuan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro. Ketentuan itu, misalnya fasilitas umum, tempat wisata, hingga seminar luring di daerah zona merah ditutup. Jangan biarkan aturan itu manis di atas kertas, tapi tawar penerapannya. Jika itu dibiarkan, tinggal tunggu waktu kita diterjang varian baru virus korona.



Berita Lainnya