Kemenangan dalam Kewaspadaan

12/5/2021 05:00
Kemenangan dalam Kewaspadaan
Editorial(MI. Seno)

 

 

SAAT mendekati Idul Fitri yang digelar besok, laporan pemudik yang tidak terbendung di sejumlah wilayah ialah alarm genting. Potret yang memang sudah diramalkan itu kian membawa kita dekat kepada skenario lonjakan kasus covid-19 pasca-Lebaran.

Kini dinding antara kita dan skenario itu hanyalah kewaspadaan di simpul-simpul terakhir Idul Fitri ini. Itu termasuk dalam pelaksanaan takbiran dan lebih utama lagi dalam pelaksanaan salat Idul Fitri.

Kementerian Agama telah mengeluarkan panduan salat Idul Fitri, yang termasuk di dalamnya panduan pelaksanaan takbiran. Sementara kegiatan takbir keliling tegas ditiadakan, pelaksanaan malam takbiran dalam rangka mengagungkan asma Allah SWT tidaklah terlarang. Takbiran di masjid dan musala dapat dilakukan dengan jumlah orang maksimal 10% dari kapasitas tempat.

Pelaksanaan salat Idul Fitri di masjid dan lapangan pun diperkenankan jika wilayah tersebut dalam kategori zona hijau dan kuning. Otoritas yang menentukan status hijau dan kuning ada di tangan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 daerah di posko desa atau kelurahan.

Jumlah jemaah pun dibatasi 50% dan prokes ketat tidak dapat ditawar, termasuk selalu menggunakan masker. Khotbah salat juga dibatasi maksimal 20 menit.

Sementara itu, untuk zona merah dan oranye, pelaksanaan salat Idul Fitri hanya dilangsungkan di rumah masing-masing. Dari sisi kerinduan beribadah bersama, kondisi tersebut memang terasa berat. Namun, umat haruslah menyadari jika panduan ini mutlak sebagai upaya terakhir menghindarkan kita dari ledakan kasus.

Betul bahwa ritual salat itu suci dari semua hal yang membawa keburukan. Namun, harus diakui jika budaya bersalam-salaman dan berkumpul sejenak sesudah salat sulit dipisahkan dari ketimuran kita. Tradisi inilah yang bisa menjadi gerbang petaka.

Dengan begitu, umat harus paham benar bahwa panduan dari pemerintah itu sama sekali bukan penghalangan ibadah, melainkan jalan demi kemaslahatan umat itu sendiri.

Lebih jauh lagi, umat juga harus memahami bahwa segala pencegahan tersebut tidaklah lahir dari awang-awang, tetapi berdasarkan perhitungan ilmiah para ahli.

Lonjakan kasus covid-19 belakangan ini, terutama di lima provinsi, telah cukup menjadi dasar kalkulasi akan ledakan kasus pasca-Lebaran atau di Juni mendatang. Ahli epidemiologi telah menghitung bahwa lonjakan di lima provinsi, yakni Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Aceh dan Kalimantan Barat ialah cikal untuk ledakan seperti yang terjadi di India.

Kita pun harus semakin waspada karena ledakan terjadi di sejumlah negara tetangga. Dengan begitu, potret yang terjadi tahun lalu memang bukan sulit dibayangkan. Bahkan, kita harus semakin bersiap karena ancaman kegawatannya lebih besar akibat telah munculnya sejumlah virus mutan.

Sebagai umat yang pertama-tama diperintahkan untuk ‘membaca’ oleh Tuhan, sejatinya umat muslim harus menjadi yang terdepan dalam menyatukan akal dan iman. Anugerah ilmu pengetahuan, yang dalam hal ini ialah kajian para ahli, semestinya juga digunakan sebagai penuntun untuk keselamatan beribadah.

Kita mengapresiasi keputusan Masjid Istiqlal yang meniadakan salat Idul Fitri. Padahal, di masjid itu biasanya digelar salat Idul Fitri kenegaraan yang biasanya dihadiri presiden, wakil presiden, dan pejabat negara lainnya.

Sejurus dari itu pula, semestinya masjid-masjid di zona merah dan oranye segera menaati anjuran Kemenag dengan kelapangan dada. Di pundak para ulamalah sesungguhnya kemenangan Idul Fitri bisa tetap berjalan dalam kewaspadaan.



Berita Lainnya