Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PENANGKAPAN salah satu eks pentolan FPI, Munarman, pada Selasa (27/4), atas dugaan keterlibatannya dalam tidak pidana terorisme hingga kini masih menyisakan perdebatan di ruang publik. Banyak yang mendukung penangkapan, tak sedikit pula yang menolak.
Sayangnya, ekspresi dari kedua pihak itu mayoritas didasari emosional semata. Semestinya yang kita lakukan ialah berbasis pada hukum dengan mengikuti perkembangan penangkapan itu secara saksama.
Harus diakui, ini memang tidak seperti penangkapan terduga/tersangka teroris yang biasa. Atribusi Munarman sebagai mantan Sekretaris Umum FPI, organisasi yang kini sudah dilarang pemerintah, tentu akan menjadi bahan yang kuat bagi sebagian orang untuk menarik-narik topik penangkapan ini sebagai isu politik.
Padahal seharusnya kita tetap menempatkan penangkapan Munarman ini dalam keranjang isu terorisme, sesuai yang dituduhkan polisi kepadanya. Kita percaya polisi yang menduga Munarman terlibat dalam baiat (pengambilan sumpah setia) kepada kelompok teroris, yang digelar di Jakarta, Makassar, dan Medan, telah mengantongi setidaknya dua alat bukti kuat sebelum mereka menangkapnya.
Polisi, menurut hukum, tentu saja punya kewenangan menangkap. Kalaupun ada pihak yang meragukan itu atau menilai tindakan Densus 88 Antiteror Mabes Polri dalam penangkapan tersebut berlebihan, sewenang-wenang, dan tak sesuai aturan, kita mesti ingat bahwa Munarman sebagai subjek yang dikenakan tindakan mempunyai hak untuk menguji tindakan polisi itu. Salah satunya melalui gugatan praperadilan.
Munarman mungkin bukan pelaku teror secara langsung, tapi bila menilik tuduhan serius terhadapnya yang ikut dalam kegiatan pembaiatan kelompok teroris, itu bisa diartikan dia ikut 'menciptakan' teroris-teroris baru. Itulah yang mesti dibuktikan benar atau tidaknya. Pengadilanlah tempatnya.
Dengan meletakkannya pada koridor hukum, publik tak perlu lagi bertengkar dan menarik-nariknya ke dalam persoalan politik. Dengan rela diperiksa, ini sebetulnya kesempatan bagi Munarman untuk menunjukkan apakah ia bersalah atau tidak. Sebaliknya, polisi juga punya tempat untuk membuktikan apakah tindakan mereka memang sesuai aturan atau hanya pesanan politik.
Namun, jauh di atas itu, sesungguhnya benang merah dari kasus ini ialah terorisme. Kita sudah lama memiliki mimpi dan tujuan yang sama, yaitu menumpas terorisme yang kita tahu amat sulit dicegah jika tidak ada kerja sama dari semua elemen bangsa. Tak selayaknya bila kepingan-kepingan dari isu besar terorisme, seperti penangkapan Munarman, malah mendistorsi tujuan besar tersebut.
Kejadian beberapa waktu belakangan, seperti bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, dan penyerangan Markas Besar Polri di Jakarta, semestinya menyadarkan kita untuk semakin membulatkan fokus dalam peperangan melawan terorisme. Setiap kejadian teror ialah penegasan bahwa kita, terutama aparat keamanan, pantang lengah.
Mengendurkan kewaspadaan terhadap ancaman terorisme akan menjadi awal mula kekacauan teror yang semakin besar. Karena itu, fokus adalah kunci. Jangan pernah lalai dan kehilangan fokus. Jangan karena kita terlampau gaduh merespons penangkapan Munarman, misalnya, konsentrasi aparat dalam mengantisipasi serangan teror menjadi lunglai.
Ingatlah sebuah teori tentang terorisme internasional: hampir tidak ada negara yang mampu menjamin dirinya bebas dari terorisme, tetapi negara yang lemah dan lalai punya peluang lebih besar menjadi sarang terorisme. Apakah kita termasuk negara yang lemah dan lalai? Kita sendiri yang harus membuktikan kalau negara kita tidak seperti itu.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia.
PEMERIKSAAN dua menteri dari era Presiden Joko Widodo oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi menjadi sorotan publik.
SAMA seperti perang terhadap korupsi, perang melawan narkoba di negeri ini sering dipecundangi dari dalam.
EKONOMI Indonesia melambung di tengah pesimisme yang masih menyelimuti kondisi perekonomian global maupun domestik.
BERAGAM cara dapat dipakai rakyat untuk mengekspresikan ketidakpuasan, mulai dari sekadar keluh kesah, pengaduan, hingga kritik sosial kepada penguasa.
MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.
Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.
ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.
KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.
Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.
KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.
KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.
NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.
Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.
EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.
SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved