Korona Terkendali Perekonomian Sehat

06/2/2021 05:00
Korona Terkendali Perekonomian Sehat
Ilustrasi MI(MI/Duta)

 

 

PERTUMBUHAN ekonomi dan pandemi covid-19 ibarat dua sisi mata uang. Kemampuan mengendalikan laju penyebaran covid-19 akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Perekonomian Indonesia tumbuh negatif 2,07% pada 2020. Kendati mengalami kontraksi, tren perbaikan ekonomi ke arah positif mulai terlihat secara triwulanan seiring dengan kemampuan mengendalikan covid-19.

Kasus pertama covid-19 di Indonesia terjadi pada awal Maret 2020 dan pada April 2020, Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan covid-19 sebagai bencana nasional. Di penghujung tahun, Indonesia memastikan program vaksinasi.

Penanganan covid-19 berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Jakarta, kemarin, menjelaskan bahwa tren kontraksi ekonomi secara triwulanan membaik dari negatif 5,32% pada triwulan II-2020 menjadi negatif 3,49% triwulan III-2020 dan negatif 2,19% triwulan IV-2020.

Tantangan terberat untuk membalikkan arah pertumbuhan ekonomi tahun ini ialah pengendalian kasus covid-19. Selama covid-19 belum bisa dikendalikan, aktivitas ekonomi akan terus tertahan.

Pengendalian covid-19 berada di jalur yang benar. Pemerintah sedang berupaya mempercepat pelaksanaan vaksinasi. Bersamaan dengan itu, implementasi kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dengan pendekatan mikro atau di tingkat lokal, mulai tingkat desa, kampung, hingga RT dan RW.

Jika masyarakat berperan aktif dalam proses vaksinasi dan tetap konsisten menjaga protokol kesehatan, niscaya perekonomian 2021 akan lebih baik ketimbang 2020.

Perekonomian akan tumbuh bila terjaga dengan baik pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga membaik dari negatif 5,52% pada triwulan II-2020 menjadi negatif 4,05% triwulan III-2020 dan negatif 3,61% triwulan IV-2020.

Investasi juga membaik dari negatif 8,61% triwulan II-2020 menjadi negatif 6,48% triwulan III-2020 dan negatif 6,15% triwulan IV-2020.

Rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga yang terjadi saat ini memang hal yang wajar. Akan tetapi, pemerintah mesti menggelontorkan program-program nyata untuk merangsang tingkat konsumsi lebih baik lagi.

Program padat karya dan program lain yang dapat membuka lapangan kerja menjadi sangat penting untuk mendongkrak daya beli masyarakat, di samping program perlindungan sosial yang selama ini telah dilakukan.

Kita tentu mengapresiasi langkah pemerintah, yang sepanjang 2021 ini tetap menyediakan anggaran penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional yang nilainya diproyeksikan sebesar Rp619,83 triliun atau sekitar 3,5% dari PDB nasional. Itu artinya, pemerintah serius mendorong agar ekonomi pulih dalam waktu cepat, baik dari sisi supply maupun demand.

Hal tak kalah penting lainnya ialah mendorong sektor investasi karena ini juga dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Oleh karena itu, aturan turunan dari UU Cipta Kerja perlu segera disahkan sehingga diharapkan akan mendorong investasi secara signifikan dan menciptakan lapangan kerja baru.

Tantangan yang dihadapi bangsa ini cukup besar, terutama dalam penanganan pandemi covid-9. Namun, dengan sejumlah indikator yang dipaparkan BPS, tanda-tanda arah perbaikan perekonomian nasional tahun ini mulai terlihat. Setidaknya itu bisa memantik harapan dan harapan itu mesti direalisasikan.

Recovery ekonomi pasti terjadi. Optimisme itu harus dimiliki seluruh elemen bangsa ini. Namun, optimisme tentunya memerlukan fondasi yang menopang, yakni kerja nyata dari semua pihak.

Tidak hanya pemangku kepentingan di sektor kesehatan dan ekonomi, para pengusaha dan masyarakat juga mesti terlibat mengatasi pandemi ini. Minimal tetap mematuhi protokol kesehatan serta kebijakan yang telah ditetapkan Satgas Penanganan Covid-19.

Selama penularan virus korona terus meningkat, perekonomian tidak akan pernah sehat sebab penanganan pandemi dan pertumbuhan ekonomi tak terpisahkan.



Berita Lainnya