Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MUSIM hujan tiba, kecemasan juga datang. Cemas apakah hujan yang berdampak pada banjir dan tanah longsor bisa diatasi. Kenyataannya, bencana banjir terus datang berulang tanpa bisa diatasi, bahkan merenggut nyawa.
Banjir yang merenggut nyawa manusia terjadi di Kota Medan, Sumatra Utara, kemarin. Hingga tadi malam, tim pencari dan penyelamat sudah menemukan lima warga yang meninggal dunia.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, banjir merendam 2.773 unit rumah. Sementara itu, longsor memutus jalur Medan-Berastagi dan menewaskan seorang pengguna jalan. Tidak hanya di Sumatra Utara, longsor sebelumnya juga melanda sejumlah wilayah di Pulau Jawa, seperti Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah.
Hujan sejatinya peristiwa alam biasa. Namun, di negeri ini, fenomena itu kerap menghadirkan nestapa, terutama di penghujung hingga awal tahun. Intensitas hujan yang tinggi pada periode tersebut selalu saja menyebabkan bencana.
Bencana datang karena kurang antisipasi. Padahal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) rutin membuat prakiraan cuaca mengenai kapan hujan terjadi, di mana terjadi, dan dengan intensitas seperti apa.
Begitu pula dengan peta wilayah rawan longsor. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 1.200 bencana terjadi sejak awal tahun hingga awal Mei 2020. Kejadian bencana masih didominasi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung. Dengan jumlah korban meninggal sebanyak 172 orang.
Pertanyaannya, adakah yang peduli dengan prakiraan cuaca atau peta rawan longsor? Prakiraan cuaca itu dianggap remeh. Data cuaca dianggap angin lalu saja. Karena tidak peduli data cuaca itulah, banjir seperti datang tiba-tiba.
Padahal, curah hujan yang tinggi sudah diramalkan BMKG, tetapi tidak ada yang mendengarkan, tidak ada yang peduli. Tidak ada yang sensitif. Birokrasi daerah seperti mati rasa.
Sudah saatnya kita mulai menghargai prakiraan cuaca. Dihargai karena prakiraan cuaca itu bukan hasil nujum. Ia hasil kerja rasional, berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan sehingga pantas dijadikan dasar kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
Tahun ini, BMKG memperingatkan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari hingga Februari 2021. Sejauh ini, belum terlihat upaya serius diambil pemerintah di berbagai tingkatan.
Di Jakarta, misalnya, proyek naturalisasi sungai yang dulu digembar-gemborkan, kini tersendat. Hal ini tentu membuat waswas warga, terutama mereka yang bermukim di daerah langganan banjir. Seharusnya daerah dan pusat bergandengan tangan, tidak perlu lagi berdebat mana sungai yang menjadi bagian tanggung jawab masing-masing.
Hal yang dibutuhkan saat ini ialah upaya preventif maksimal. Kesiapsiagaan menghadapi banjir, tanah longsor, dan berbagai potensi bencana lainnya, harus diantisipasi dari sekarang.
Jika benar-benar berpegang teguh pada kaidah keselamatan warga di atas segala-galanya, kepala daerah mestinya sudah serius berbenah menghadapi musim hujan.
Warga yang masih tinggal di daerah rawan bencana, misalnya, mesti direlokasi secepatnya. Pemerintah daerah pun harus terus-menerus menyosialisasikan dan memberikan pengertian kepada warga agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan mereka.
Tentu saja, warga pun tidak boleh berpangku tangan. Mereka harus aware potensi ancaman bencana di lingkungan masing-masing. Peran terkecil, seperti mengurangi dan membuang sampah pada tempatnya, pantang diabaikan. Begitu juga membersihkan parit atau selokan di lingkungan masing-masing.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia.
PEMERIKSAAN dua menteri dari era Presiden Joko Widodo oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi menjadi sorotan publik.
SAMA seperti perang terhadap korupsi, perang melawan narkoba di negeri ini sering dipecundangi dari dalam.
EKONOMI Indonesia melambung di tengah pesimisme yang masih menyelimuti kondisi perekonomian global maupun domestik.
BERAGAM cara dapat dipakai rakyat untuk mengekspresikan ketidakpuasan, mulai dari sekadar keluh kesah, pengaduan, hingga kritik sosial kepada penguasa.
MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.
Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.
ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.
KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.
Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.
KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.
KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.
NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.
Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.
EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.
SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved