Bukan Sekadar Memangkas Cuti

03/12/2020 05:00
Bukan Sekadar Memangkas Cuti
Ilustrasi MI(MI/Duta)

 

 

LONJAKAN angka kasus terkonfirmasi positif covid-19 dalam beberapa pekan terakhir ini sesungguhnya semakin mengonfirmasi bahwa kelengahan semestinya tak mendapat tempat dalam situasi pandemi. Lengah, lalai, ibarat vitamin bagi si virus. Pada akhirnya akan menimbulkan kekacauan, bahkan bencana bila tak segera diakhiri.

Belakangan, rekor penambahan kasus positif harian terus terjadi. Terbanyak dicatatkan pada Minggu (29/11) dengan angka penambahan kasus positif infeksi virus korona sebanyak 6.267 orang. Setelah hari itu, hingga kemarin, penambahan kasus tak pernah kurang dari angka 5.000.

Pun, sejumlah rumah sakit rujukan covid-19 kembali terisi penuh, ketersediaan tempat tidur isolasi pasien korona kian menipis. Tenaga kesehatan kembali kewalahan. Taman permakaman bagi warga yang meninggal karena covid-19 di beberapa daerah juga mulai tak mampu menampung jenazah.

Tidak bisa tidak, ini harus menjadi peringatan keras bahwa kita tak boleh sekali-sekali melepas ikatan pengetatan. Tali disiplin tak boleh dikendurkan, malah seharusnya makin dikencangkan jika kita tidak ingin wabah ini kian merajalela.

Drama korona ini hanya bisa diakhiri dengan kedisplinan yang tinggi dari masyarakat menjalankan protokol kesehatan dengan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak) di satu sisi. Juga konsistensi pemerintah dalam menjalankan kebijakan 3T (tracing, testing, treatment) serta penegakan aturan prokes, di sisi yang lain.

Dalam konteks ini, kita mendukung keputusan pemerintah untuk memangkas cuti bersama Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 sebanyak tiga hari. Kita apresiasi karena tampaknya pemerintah sudah mau belajar dari keputusan yang sedikit blunder ketika memberlakukan cuti bersama cukup panjang di akhir Oktober lalu. Pemerintah tak mau mengulang kesalahan yang sama.

Lonjakan kasus positif covid-19 belakangan ini memang sangat erat hubungannya dengan liburan cuti bersama yang lumayan panjang saat itu. Mungkin bukan satu-satunya faktor, tapi bisa kita duga sebagai faktor terbesar. Mengapa? Karena rangkakan naik angka penambahan kasus positif itu terjadi tepat dua minggu setelah masa liburan tersebut.

Karena itu sudah benar kiranya jika pemerintah memangkas cuti bersama di akhir tahun. Bahkan mungkin akan lebih baik lagi bila tak sekadar memangkas, tapi menghapus seluruh cuti bersama. Larangan mudik seperti yang diberlakukan pemerintah saat libur Lebaran beberapa waktu lalu pun barangkali perlu dipertimbangkan untuk meminimalkan sebaran virus.

Namun, sekali lagi, ini bukan sekadar persoalan pangkas-memangkas cuti. Apa pun kebijakannya, termasuk memangkas cuti atau menghapus cuti sekalipun, itu tidak akan banyak artinya jika tidak diikuti dengan kesadaran berdisiplin terhadap penerapan protokol kesehatan. Apa pun aturannya, tidak akan banyak mengubah keadaaan jika penegakannya lemah dan inkonsisten.

Semua pihak mesti memaksakan diri untuk mampu beradaptasi dengan kondisi dan situasi yang ada. Adaptasi akan memudahkan bangsa ini mencari solusi. Demi melewati gelombang besar bernama pandemi covid-19, semua mesti kompak, patuh, dan disiplin pada perannya masing-masing.

Terlebih, saat ini peningkatan jumlah kasus positif korona telah mengikuti deret ukur. Sebarannya tidak lagi bisa disepelekan, karena sekali saja kita menyepelekan, angkanya akan bertambah berlipat-lipat.



Berita Lainnya