Menumpas Gerakan Kejahatan di Sulteng

01/12/2020 05:00
Menumpas Gerakan Kejahatan di Sulteng
(MI/Seno)

 

 

LAMA tak terdengar sepak terjangnya, gerombolan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) kembali unjuk teror pada Jumat (27/11). Mereka membunuh 4 orang serta membakar 8 rumah warga dan satu rumah yang dijadikan tempat ibadah di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Aksi yang dilakukan kelompok pimpinan Ali Kalora di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, itu sungguh bengis. Mereka betul-betul tak punya hati sehingga seenaknya mencabut nyawa manusia.

Tidak satu pun manusia waras yang sampai hati berlaku sekeji gerombolan MIT. Tiada pula manusia yang menjunjung tinggi norma-norma agama yang dengan sadar membunuh sesamanya tanpa merasa berdosa. Kekejaman MIT jelas harus dikecam. Kebengisan Ali Kalora dan gerombolannya jelas patut dikutuk.

Kecaman dan kutukan itu pula yang serempak disuarakan beragam kalangan. Kepada para korban dan keluarga mereka, kita pun menyampaikan duka mendalam. Pemerintah sudah pula tegas bersikap. Presiden Joko Widodo kemarin mengutuk tindakan teror, kekerasan, dan kekejian oleh teroris MIT di Sigi. Dia lantas menginstruksikan aparat untuk mengusut tuntas kasus tersebut dan membongkar jaringan pelaku.

Menko Polhukam Mahfud MD pun menandaskan bahwa apa yang dipertontonkan gerombolan Ali Kalora bukanlah gerakan keagamaan, melainkan gerakan kejahatan. Dia tegaskan aksi seperti itu tidak bisa diterima dengan alasan apa pun dan oleh siapa pun.

Pemerintah betul. Dalam menjalankan aksi sadisnya, MIT memang selalu mengatasnamakan agama. Seperti gerombolan-gerombolan
teroris lainnya di seluruh dunia, mereka mengklaim tengah menjalankan misi suci. Mereka menyelewengkan ajaran kitab suci yang sejatinya sangat mulia untuk membenarkan aksi-aksi teror.

Pada konteks itulah kita sepakat, sangat sepakat, dengan penegasan pemerintah bahwa apa yang dilakukan MIT tidak mewakili agama. Justru sebaliknya, mereka sebenarnya musuh semua agama karena tidak satu pun agama yang mengajarkan kekerasan, apalagi sampai membunuh orang.

Harus tegas dikatakan, peristiwa di Sigi bukanlah perang agama. Tidak ada pula kaitan kasus itu dengan suku, ras, dan antargolongan. Yang terjadi hanyalah kesesatan sekelompok orang yang kemudian melakukan teror dengan membajak ajaran agama.

Oleh karena itu, benar kata pemerintah dan para tokoh agama bahwa masyarakat harus tetap tenang dan tidak terprovokasi. Kepada pemerintah kita berharap tidak hanya tegas dalam berucap dan bersikap, tetapi juga tegas dalam bertindak. Sebagai pengemban amanah konstitusi untuk menjamin rasa aman rakyat, pemerintah tak cukup dengan mengecam dan mengutuk peristiwa Sigi. Tindakan nyata dengan menindak pelaku teror itu sangat ditunggu agar masyarakat tetap percaya bahwa negara memang ada untuk melindungi mereka. 

Tragedi Sigi harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk menghabisi teroris MIT. Kita mendukung Satgas Tinombala yang langsung menggencarkan operasi perburuan terhadap mereka pascaperistiwa Sigi. Kita juga mendukung langkah Pang lima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang hari ini mengirimkan pasukan khusus TNI untuk ikut melakukan pengejaran.

Menumpas MIT adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan rasa aman masyarakat Sulteng yang selama ini dirampas para teroris.

Apa yang dikatakan Kapolda Sulteng Irjen Abdul Rakhman Baso bahwa MIT semakin tersudut dan tinggal menyisakan kekuatan 11 orang adalah kabar baik. Akan tetapi, masyarakat butuh kabar yang jauh lebih baik, yakni gerombolan Ali Kalora sudah dibasmi habis tak tersisa.



Berita Lainnya