Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
KASUS korupsi cessie Bank Bali dengan aktor utama Joko Tjandra memang sudah lebih dari satu dekade diputus pengadilan.
Namun, hingga kini, perkara yang kembali mencuat setelah Joko yang berstatus buron tapi leluasa keluar-masuk Indonesia itu masih menyimpan sejumlah misteri.
Misteri pertama pelan-pelan memang mulai terungkap seiring dengan diringkusnya taipan berjuluk Joker itu. Misteri kenapa dia bisa melenggang masuk Indonesia mulai mendapat jawaban dengan ditetapkannya beberapa jenderal Polri sebagai tersangka karena diduga membantu dan melindungi Joko.
Pun di Korps Adhyaksa, pejabat yang juga diduga membantu Joko sudah dijadikan tersangka. Dia adalah Pinangki Sirna Malasari, jaksa yang disebut menerima suap US$500 ribu atau sekitar Rp7 miliar dari Joko.
Namun, perihal siapa saja penegak hukum yang bersujud di kaki Joko belum semuanya tersingkap. Diduga masih ada pejabat berotak dan bertangan jahat lainnya yang terlibat, termasuk petinggi Kejaksaan Agung.
Sang petinggi, menurut Masyarakat Anti Korupsi Indonesia, menghubungi Joko setelah 29 Juni 2020 atau setelah Kejagung membongkar fakta bahwa Joko yang berstatus buron masuk Indonesia.
Belum tuntas penanganan masalah itu, misteri lain muncul. Ia terkait dengan uang Rp546 miliar yang menjadi barang bukti kasus hak tagih Bank Bali. Uang tersebut sudah disita pada 2009 dan dititipkan ke rekening escrow di bank swasta, yakni Bank Permata, tetapi sampai sekarang belum ada kejelasan soal eksekusinya.
Adalah Antasari Azhar yang mempertanyakan apakah uang sitaan itu sudah dieksekusi atau belum. Kalau sudah, semestinya dibuat berita acaranya dan siapa yang mengeksekusi sebagai bentuk transparansi penegak hukum.
Dengan ketus dia bahkan mengatakan uang itu disita untuk negara, bukan untuk dibagi-bagi. Kata Antasari, untuk mengetahui apakah putusan pengadilan telah dieksekusi lengkap, kepolisian bisa meminta keterangan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan ketika kasus tersebut diputus.
Dia adalah Setia Untung Arimuladi yang kini menjabat Wakil Jaksa Agung. Persoalan yang dicuatkan Antasari jelas bukan masalah kaleng-kaleng. Ini masalah serius, sangat serius, karena berkaitan dengan lurus-bengkoknya penegakan hukum.
Pesan yang disampaikan Antasari amatlah signifikan dan relevan dengan penuntasan kasus Joko Tjandra yang sedang diupayakan. Itu tak bisa dianggap remeh. Apalagi sebagai pemberi pesan, Antasari bukanlah orang sembarangan.
Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi itu bertugas sebagai jaksa penuntut umum dalam kasus Joko yang tentu saja paham betul seluk-beluk perkaranya. Kalau benar uang Rp546 miliar yang dalam putusan PK Mahkamah Agung pada 2009 silam dirampas untuk negara belum juga dieksekusi hingga sekarang, itu jelas di luar kelaziman.
Ada apa dengan kejaksaan membiarkan proses eksekusi terkatung-katung hingga lebih dari 10 tahun? Sebagai penegak hukum, kejaksaan pasti paham bahwa penyelesaian perkara semestinya dilakukan secara cepat demi terpenuhinya asas kepastian hukum. Lalu, kenapa mereka menunda eksekusi perkara Joko Tjandra dalam waktu sekian lama?
Bukan hanya Antasari, publik juga butuh jawaban dari Kejaksaan Agung atas ketidakjelasan dalam penuntasan kasus Joko. Bukan hanya Antasari, rakyat juga ingin agar kesengkarutan perkara itu selekasnya terurai tanpa menyisakan lagi misteri.
Membiarkan pertanyaan menggantung tanpa jawaban sama saja membiarkan spekulasi menyesaki ruang publik. Jangan salahkan mereka yang misalnya berspekulasi uang ratusan miliar tersebut tidak segera dirampas untuk negara karena sudah dibagi-bagi.
Hanya ada satu cara untuk membuktikan spekulasi itu salah, yakni kejaksaan harus menunjukkan secara transparan bahwa eksekusi memang sudah dilakukan sesuai ketentuan.
Tunjukkan kepada publik bukti penyetoran uang sita tersebut. Kalau tidak bisa juga menunjukkan bukti setor uang sita, sebaiknya KPK turun tangan untuk mengungkap kemungkinan adanya persekutuan jahat.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia.
PEMERIKSAAN dua menteri dari era Presiden Joko Widodo oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi menjadi sorotan publik.
SAMA seperti perang terhadap korupsi, perang melawan narkoba di negeri ini sering dipecundangi dari dalam.
EKONOMI Indonesia melambung di tengah pesimisme yang masih menyelimuti kondisi perekonomian global maupun domestik.
BERAGAM cara dapat dipakai rakyat untuk mengekspresikan ketidakpuasan, mulai dari sekadar keluh kesah, pengaduan, hingga kritik sosial kepada penguasa.
MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.
Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.
ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.
KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.
Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.
KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.
KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.
NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.
Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.
EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.
SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved