Pendisiplinan New Normal

27/5/2020 05:00

KENORMALAN baru atau new normal sama se kali belum menjadi kemenangan melawan korona. Seperti yang dikatakan Presiden Joko Widodo, new normal ialah upaya produktif, tetapi tetap aman dari covid-19.

Kita mafhum jika rencana pemberlakuan new normal merupakan upaya untuk menyelamatkan perekonomian. Sejak pemba tasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan, hingga perte ngahan Mei, sudah 7 juta pekerja di-PHK. Karena itu, pemberlakuan new normal menjadi harapan meredakan badai, sementara riset tentang obat dan vaksi terus berjalan.

Indonesia pun tidak sendiri dalam menuju new normal. Beberapa negara Eropa dan juga beberapa negara bagian di Amerika Serikat te lah lebih dulu menjalankan new normal, se dangkan Inggris sebentar lagi juga akan me nyusul.

Meski begitu, harus diakui bahwa pemerintah memasuki perang itu dengan kondisi yang berbeda bila dibandingkan dengan Inggris dan Amerika Serikat.

Seperti dengan mudah dilihat di kurva worldometers, grafi k kasus baru di Tanah Air belumlah seperti di kedua negara itu yang cenderung melandai. Kurva kasus di Indonesia masih naik-turun dengan penambahan 415 kasus kemarin.

Jika pemerintah menerapkan new normal dalam waktu dekat, yakni saat kurva belum jelas melandai, pertaruhan kita dalam babak baru perang melawan korona ini sesungguhnya amat besar. Pertaruhan ini kita gantungkan pada kedisiplinan orang per orang.

Kemarin Presiden meninjau kesiapan new normal dengan mengunjungi stasiun MRT Bundaran HI dan Summarecon Mall, Bekasi, Jawa Barat.

Bekasi dikatakan akan menjadi percontohan karena kurva R0 (R naught) sudah di bawah 1. Ini mengartikan angka reproduksi kasus dari seorang penderita.

Selain di Bekasi, Presiden mengisyaratkan sejumlah provinsi lain dengan kurva R0 di bawah 1 juga akan menerapkan new normal pada tahap awal ini.

Untuk menegakkan kedisiplinan, Presiden menginstruksikan Panglima TNI dan Kapolri mengerahkan personel.

Sebanyak 340 ribu personel TNI/Polri akan mengamankan 1.800 titik di empat provinsi dan 25 kabupaten/kota.

Empat provinsi itu ialah DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatra Barat, dan Gorontalo, sedangkan ke-25 kabupaten di antaranya di sekitar Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi.

Pengerahan aparat macam ini juga dilakukan di Filipina. Namun, tetap saja metode ini tidak memberikan rasa kepercayaan selain menunjukkan adanya kecenderungan menggunakan pendekatan militeristik.

Perbandingan jumlah penduduk yang jauh di atas aparat membuat metode macam itu bukanlah strategi perang yang bisa bertahan lama.

Bagaimanapun tegasnya aparat, kita sudah berulang kali melihat efek kejut makin tidak mempan di masyarakat kita.

Sebaliknya, pendekatan persuasif, termasuk secara komunitas, kultur, dan agamais, terlebih dilengkapi dengan ketersediaan fasilitas higienis yang baik, lebih sering efektif.

Belum lagi jika dilihat dari segi biaya, bisa jadi cara-cara ini lebih murah ketimbang pengerahan aparat.

Selain itu, tentunya pemerintah harus sudah bersiap dengan skenario-skenario cadangan jika new normal tidak berhasil atau bahkan me mang belum siap.

Presiden harus berani memundurkan rencana ataupun memberhentikan new normal tanpa harus menunggu tingkat penularan kembali melonjak.

Pengorbanan seluruh lapisan masyarakat selama tiga bulan ini semestinya jangan menjadi kesia-siaan akibat ketidaksiapan new normal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 



Berita Lainnya