Ungkap Tuntas Bom Beratribut Ojol

14/11/2019 05:05

SALAH satu tujuan terorisme ialah menciptakan rasa takut, baik langsung maupun tidak langsung kepada sasaran yang menjadi target teror tersebut.

Untuk mencapai tujuan itu, teror dapat dilakukan kepada siapa saja, baik individu, sekelompok masyarakat, maupun suatu bangsa, di mana saja dan kapan saja.

Tujuan perancang dan pelaku teror dapat dikatakan berhasil jika dalam lingkungan yang ditargetkan tercipta rasa takut.

Ledakan bom yang terjadi di Kantor Kepolisian Resor Kota Besar Medan, Sumatra Utara, kemarin, bukan pengecualian dari pola-pola klasik aktivitas terorisme tersebut.

Seperti dilaporkan, bom yang meledak itu merupakan bom bunuh diri. Yang spesifik dari aksi terorisme tersebut ialah pelakunya seorang laki-laki yang menggunakan atribut ojek online atau ojol.

Pelaku peledakan tewas di tempat kejadian. Sebagai dampak ledakan, enam orang dilaporkan mengalami luka ringan.

Kita mengecam teror di halaman parkir Polrestabes Medan tersebut. Rasa ikut prihatin atas dampak peledakan juga kita sampaikan kepada para korban yang terdampak oleh peristiwa tersebut.

Sama seperti teror-teror lainnya, respons kita terhadap peledakan bom di Polrestabes Medan ialah memercayakan sepenuhnya pengusutan kasus tersebut kepada pihak kepolisian. Seperti juga dikemukakan Presiden Joko Widodo, kita harapkan aparat keamanan dapat sesegera mungkin mengejar dan menangkap seluruh jaringan yang terkait dengan aksi peledakan tersebut.

Yang juga ingin kita tekankan, bersama dengan peristiwa tersebut ada pesan kuat yang mengemuka bahwa ancaman terorisme dari waktu ke waktu ternyata masih ada. Bukan hanya masih ada, aksi terorisme bahkan terus mencari bentuk baru.

Bentuk dan modus baru itu, antara lain, penggunaan atribut atau seragam ojek daring berwarna hijau oleh pelaku peledakan. Fakta itu harus kita catat dan camkan benar mengingat pascapeledakan ada kekhawatiran yang menyebar luas di media sosial.

Kalangan pengemudi ojek daring, misalnya, banyak menyatakan rasa khawatir karena pascaperistiwa itu terjadi penurunan order atau pesanan. Sebaliknya, masyarakat pun tidak mustahil menjadi waswas jika ada pengemudi ojek daring datang ke rumah atau kantor mereka.

Dugaan-dugaan pun berseliweran. Di media sosial, contohnya, beredar pula dugaan-dugaan bahwa jangan-jangan yang disebut sebagai pelaku bom bunuh diri, yakni pengemudi ojek daring, merupakan korban dari ledakan yang dipicu remote control.

Pelaku sesungguhnya bisa saja tidak tersentuh karena menggunakan modus pengiriman paket yang sudah sangat populer digunakan publik, seperti Go Send atau produk layanan lain yang diantarkan pengemudi ojek daring.

Aparat keamanan harus mengusut setuntas-tuntasnya dan seterang-terangnya seluruh selubung yang terkait dengan insiden tersebut. Seluruh spekulasi terkait dengan insiden 'bom ojol' harus dibuat benderang dengan investigasi dan penegakan hukum yang cepat, tegas, tuntas, dan gamblang.

Jika tidak, spekulasi-spekulasi akan terus berkembang dan tujuan perancang teror untuk menciptakan ketakutan dan ketidakpercayaan di ranah publik akan berhasil. Itu tentu saja tidak boleh terjadi.

Karena itu, kita memercayakan sepenuhnya penuntasan kasus 'bom ojol' itu kepada aparat keamanan. Bersama penuntasan kasus tersebut, kita ingin modus baru ini benar-benar diwaspadai dan dicermati.



Berita Lainnya