Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang mengancam pekerjaan manusia telah memicu kekhawatiran banyak pihak. Bahkan, Geoffrey Hinton, salah satu yang disebut ‘Godfather’ kecerdasan buatan, mendesak pemerintah di semua negara untuk turun tangan dan memastikan bahwa mesin tidak mengambil kendali di masyarakat.
Hinton menjadi berita utama pada Mei lalu ketika dia memutuskan keluar dari Google setelah satu dekade bekerja di perusahaan itu. Alasannya, ia ingin berbicara lebih bebas tentang bahaya AI. Apalagi setelah ChatGPT dirilis dan menghebohkan dunia.
Hinton adalah ilmuwan AI yang sangat dihormati, yang berbasis di University of Toronto. Pada konferensi teknologi Collision di Kanada belum lama ini, ia berbicara tentang bahaya AI. Konferensi tersebut mempertemukan lebih dari 30 ribu pendiri startup, investor, dan pekerja teknologi.
"Sebelum AI lebih pintar dari kita, saya pikir orang yang mengembangkannya harus didorong untuk bekerja keras untuk memahami bagaimana AI dapat mencoba dan mengambil kendali," kata Hinton, seperti dikutip AFP, Rabu (28/6).
"Saat ini ada 99 orang yang sangat pintar mencoba membuat AI menjadi lebih baik dan satu orang yang sangat pintar mencoba mencari cara untuk menghentikannya mengambil alih pekerjaan kita, dan mungkin Anda sendiri ingin AI lebih seimbang," katanya.
Hinton memperingatkan bahwa risiko AI harus ditanggapi dengan serius meskipun para pengkritiknya percaya bahwa dia terlalu melebih-lebihkan risikonya.
"Saya pikir penting bagi orang-orang untuk memahami bahwa ini bukan fiksi ilmiah. Ini bukan hanya penyebaran rasa takut. Ini adalah risiko nyata yang harus kita pikirkan, dan kita perlu mencari tahu terlebih dahulu bagaimana menghadapinya."
Hinton juga menyatakan keprihatinannya bahwa AI akan semakin memperdalam ketimpangan karena produktivitas besar-besaran dari penyebarannya akan menguntungkan orang kaya, dan bukan kepada pekerja. "Itu akan membuat yang kaya semakin kaya, dan itu sangat buruk bagi masyarakat," tambahnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menunjukkan bahaya berita palsu yang dibuat oleh bot bergaya ChatGPT. Hinton berharap konten yang dihasilkan AI dapat ditandai dengan cara yang mirip dengan cara bank sentral menandai uang tunai. "Sangat penting untuk mencoba, misalnya, menandai semua yang palsu sebagai palsu. Apakah kita bisa melakukannya secara teknis, saya tidak tahu," katanya.
Uni Eropa saat ini sedang mempertimbangkan teknik semacam itu dalam Undang-Undang AI-nya, sebuah undang-undang yang akan mengatur aturan AI di Eropa, yang saat ini sedang dinegosiasikan oleh anggota parlemen.
Kekhawatiran Berlebihan
Namun, sejumlah bahaya AI yang diutarakan Hinton dalam paparannya, kontras dengan diskusi konferensi secara umum yang justru tidak membahas keselamatan dan ancaman, dan lebih banyak bicara tentang merebut peluang yang tercipta setelah ChatGPT.
Venture Capitalist Sarah Guo mengatakan terlalu dini untuk membicarakan mengenai malapetaka dan kesuraman tentang AI. “Itu seperti berbicara tentang kelebihan populasi di Mars, “ kata mereka, mengutip perkataan pakar AI lainnya, Andrew Ng.
Pendapat berbeda tentang apakah perusahaan raksasa AI generatif saat ini - terutama OpenAI dan Google yang didukung Microsoft - akan tetap tak tertandingi atau apakah pemain baru akan memperluas bidang dengan model dan inovasi mereka sendiri.
"Dalam lima tahun, saya masih membayangkan bahwa jika Anda ingin menemukan model umum yang terbaik, paling akurat, paling canggih, Anda mungkin masih harus pergi ke salah satu dari sedikit perusahaan yang memiliki modal untuk melakukannya," kata Leigh Marie Braswell dari firma modal ventura Kleiner Perkins.
Zachary Bratun-Glennon dari Gradient Ventures meramalkan masa depan di mana akan ada jutaan model AI seperti jaringan situs web yang kita miliki saat ini.(M-3)
Presiden Joko Widodo menekankan bahwa transformasi digital khususnya di bidang ekonomi dan keuangan adalah hal yang sangat krusial.
Komponen-komponen canggih ini menjadikan Maveric Quantum sebagai laptop pertama Indonesia yang menjalankan Microsoft Copilot+ PCs, menjamin performa AI yang optimal.
OPPO resmi meluncurkan dua smartphone yang dibekali artificial intelligence (AI) terbaru yaitu Reno12 Pro 5G dan Reno12 5G. Keduanya menjadi langkah pertama OPPO dalam mengadopsi AI Phone.
Salah satu tantangan utama dalam penerapan AI di pendidikan adalah risiko plagiarisme.
AI Center yang dibentuk akan berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan AI, menggabungkan keahlian teknis dari USC dan keunggulan akademik UKI.
Di industri GPS tracker, AI diterapkan pada produk dashcam untuk meminimalisasi risiko kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian pengemudi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved