Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMANFAATAN teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) saat ini berlangsung secara masif. Kerap dimanfaatkan sebagai metode pembelajaran efektif, teknologi ini salah satunya dipakai untuk belajar bahasa.
Di Indonesia, metode yang sama mulai diterapkan juga untuk pembelajaran mengaji. Meski tak umum, belajar mengaji memanfaatkan AI bisa jadi lebih efektif dan efisien.
Dengan AI, kegiatan belajar mengaji yang umumnya mewajibkan pendampingan guru secara langsung atau tatap muka, kini bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun.
Baca juga : Cara Menggunakan Character AI dan Fitur-fiturnya
Sebagian orang menganggap bahwa belajar mengaji cukup rumit dan memiliki tantangannya sendiri. Untuk mengaji dengan tepat dan baik, para pemula harus memahami sejumlah hal, mulai dari pengenalan huruf hijaiyah, tanda baca, hingga tajwid.
Mereka juga perlu berlatih secara rutin didampingi guru agar bacaan mengaji menjadi lancar. Sayangnya, tak semua orang memiliki kesempatan belajar mengaji dengan guru. Inilah alasan, meski beragama Islam, tak semua muslim bisa mengaji secara baik dan benar.
Ketua Yayasan Indonesia Mengaji Syafruddin pada 2021 menyebut, 65% dari jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak bisa membaca Al-Qur'an. Dalam lingkup yang lebih kecil, data serupa juga ditemukan mantan Rektor Universitas
Baca juga : Jabar Digital Service dan Solve Education Rampungkan Kompetisi Guru Teladan Desa Digital 4.0
Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Sutarto Hadi yang kini menjadi Co-founder ngaji.ai, aplikasi belajar mengaji berbasis AI.
Ia berkisah, pada 2021, dosen agama pada kampus yang dinaunginya itu mendapati bahwa lebih dari 60 % mahasiswa baru tak bisa mengaji. Atas dasar keprihatinan sekaligus kepedulian terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang terus menjadi isu krusial di tanah air, Sutarto pun menginisiasi ngaji.ai.
Adapun ide mengembangkan aplikasi dipilih Sutarto sebagai cara paling efektif karena mudah diakses lewat perangkat. Ia menilai, gadget saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Baca juga : Kisah Nabi Khidir a.s., Guru Nabi Musa a.s. yang Konon Masih Hidup Hingga Akhir Zaman
“Melalui aplikasi, kami berharap agar pengguna dapat belajar mengaji kapan saja dan di mana saja. Bahkan, mereka bisa menyesuaikan waktunya sendiri,” kata Sutarto, melalui keterangannya, Rabu (31/1).
Untuk mewujudkan ide tersebut, Sutarto mulai mencari mitra yang dapat bersama-sama membangun aplikasi dengan bekerja sama dengan PT Novo Indonesia Belajar (Vokal.ai).
CEO Vokal.ai Martijn Enter mengaku antusias saat Sutarto menemuinya dan menyampaikan keinginan untuk membangun aplikasi belajar mengaji bersama perusahaan yang dipimpinnya.
Baca juga : Xtend Prediksi Tren Utama dalam Periklanan Digital untuk 2024: AI Revolusi Periklanan Seluler
“Saya dibesarkan oleh keluarga Indonesia di Belanda, dan saya juga mendalami Pencak Silat (yang merupakan salah satu warisan budaya milik Indonesia). Bahkan, saya memiliki
sekolah Pencak Silat di Belanda. Pengalaman-pengalaman tersebut membentuk kedekatan emosional saya dengan Indonesia dan mendorong saya untuk ingin membangun sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,” ujar Martijn.
Dua sahabat yang juga sama-sama alumnus University of Twente tersebut semakin bersemangat dan percaya bahwa ngaji.ai bisa diterima dengan baik oleh masyarakat setelah Vokal.ai melakukan survei pada 2021.
Baca juga : Aplikasi RME Simraisha Akomodasi Masalah Klinik Kesehatan dengan Gratis
Hasil yang didapat adalah 95% umat Islam di Indonesia menganggap mengaji sebagai keterampilan penting. Lalu, sebanyak 71% orang tua di Indonesia menginginkan agar anak-anak mereka dapat belajar mengaji dengan benar.
Sayangnya, ketersediaan guru mengaji tidak dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Apalagi, preferensi murid bisa saja berbeda-beda. Lewat teknologi Automatic Speech Recognition (ASR) yang dikembangkan Vokal.ai, pengguna aplikasi akan mendapatkan umpan balik (feedback) yang akurat secara langsung terhadap cara pengucapan dan pelafalan, seolah-olah sedang belajar dengan guru di mana pun dan kapan pun.
Ngaji.ai juga menyediakan materi beragam dan berjenjang agar pengguna dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Di dalamnya juga tersedia berbagai fitur. Selain sebagai wadah belajar membaca Al Qur'an, pengguna ngaji.ai juga bisa menumbuhkan jiwa kompetitif dan pembelajaran yang sehat berkat hadirnya fitur Leaderboard, fitur Tadarus dengan audio, dan Latihan Membaca Doa.
Baca juga : Pemerintah bakal Integrasikan 27.000 Aplikasi Digital dalam Satu Portal
Saat ini, ngaji.ai sudah diunduh lebih dari 15.000 kali, baik lewat App Store maupun Google Playstore. (Z-6)
Lokakarya Konvensi Nasional Rancangan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (RKKNI) Bidang Penerjemahan diselenggarakan di Jakarta untuk menghasilkan naskah Bidang Penerjemahan.
Kemampuan Deva Mahenra dalam berbahasa Makassar dan Papua juga disebabkan masa kecilnya yang sempat tinggal di Makassar dan Papua.
Kemampuan ini sangat penting dalam konteks globalisasi dan kerja sama antarbangsa.
Kemendikbudristek memberikan penghargaan kepada 20 kepala daerah yang ikut berkontribusi dalam upaya melestarikan bahasa daerah lewat program revitalisasi bahasa daerah
Pengetahuan anak akan perilaku menyikat gigi dengan baik dan benar pada usia dini menjadi sangat penting.
Pemerintahan Presiden Javier Milei, seorang libertarian konservatif, telah mengeluarkan larangan terhadap penggunaan bahasa inklusif gender di angkatan bersenjata Argentina.
HABIB Idrus bin Salim Aljufri atau yang lebih dikenal sebagai Guru Tua kini resmi diakui sebagai WNI. Status WNI itu merupakan langkah menuju pengakuan sebagai Pahlawan Nasional semakin dekat.
Kepolisian Resort Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, berhasil mengamankan dua oknum guru dari sebuah pondok pesantren ternama di Kabupaten Agam
Pelatihan diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan kompetensi guru bahasa Indonesia.
NELSON Mandela, seorang revolusioner anti-apartheid di Afrika Selatan, pernah mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia.
4.000 guru tersebut masuk di data guru dari bantuan operasional sekolah (BOS) yang diangkat langsung oleh kepala sekolah dan sebagian besar belum memilki Dapodik.
Pengamat pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Prof Cecep Darmawan menilai program cleansing guru honorer sangat diskriminatif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved