Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Kasus PMK Di Sumsel Terus Bertambah

Dwi Apriani
16/6/2022 20:27
Kasus PMK Di Sumsel Terus Bertambah
Ilustrasi(DOK MI)

KASUS penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi di Sumatera Selatan (Sumsel) bertambah. Sebelumnya ada 115 kasus kini menjadi 129 kasus.

"Di Musi Rawas (Mura) bertambah 14 yang suspek," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumsel, Ruzuan Effendi.

Berdasarkan data yang ada dari 129 kasus masih ada 54 kasus yang masih dalam proses penyembuhan. Lalu ada 21 kasus di Lahat, 21 kasus di Mura dan 12 kasus di Pali.

"Di Mura itu ada sapi yang datangan, tapi ada juga sapi peliharaan. Karena itu, kami mengimbau seluruh warga di Sumsel agar memperketat lalu lintas, menjaga kebersihan dan menerapkan bioscurity," kata dia.

Ia mengimbau agar peternak sapi, jangan lupa juga beri vitamin dan mengobati hewan yang sakit, sesuai dengan anjuran petugas. Bisa juga dengan memberikan obat-obatan tradisional yang memang sudah terbukti.

"Untuk kabupaten/kota yang masih ada kasus agar melalukan isolasi dan melarang ternak untuk keluar dan masuk ke wilayah desa atau kecamatan yang terkena," katanya.

Untuk pengiriman yang dilakukan daerah lain harus melampirkan SKKH (surat keterangan kesehatan hewan). Kemudian jika sudah masuk harus dikarantina dulu.

"Untuk vaksin, Sumsel mengusulkan 100 ribu dosis. Namun dapat berapanya kita belum tahu, karena memang masih terbatas. Nantinya kalau sudah dapat vaksin akan disebar ke seluruh kabupaten/kota," katanya.

Namun karena vaksin masih terbatas maka kalau dapat akan di prioritas daerah yang terdampak dan rawan PMK. Kemudian akan dilakukan vaksinasi massal, kapan dan dimana nanti akan ditentukan.

Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel Jafrizal menambahkan, vaksin masih diprioritaskan daerah tertular seperti Jawa Timur yang memang daerah wabah.

"Dilihat dulu berapa banyak vaksin yang tersedia dari pusat, dan diprioritaskan di Jawa Timur. Karena memang sapi terbanyak di sana," katanya.

Menurutnya, kalau Sumsel masih belum jadi daerah prioritas untuk vaksin, karena yang terpapar masih sedikit. Terlebih di Sumsel ini sapi-sapinya kebanyakan untuk dijual Idul Adha.

"Untuk sapi yang sakit menunjukkan perkembangan yang baik, yang awal-awal terpapar sudah membaik. Kalau yang baru harapannya membaik saat Idul Adha," katanya.

Menurutnya, sifat virus ini mudah menyebar maka agak sulit melakukan pengendalian untuk penularan, karena melalui angin pun bisa terbawa. Bahkan dari insekta juga bisa, seperti ada liur diingapi lalat dan dari lalat pindah ke kandang sebelah.

"Yang dilakukan saat ini pengendalian yang sakit, bisa dipulihkan dengan membentuk daya tahan tubuh yang baik dan tidak mengalami kecacatan. Karena sapi ini ada yang sakit, tapi bisa disembuhkan. Kepada peternak kalau hewannya ada gejala laporkan, kalau ditangani sendiri takutnya saat Idul Adha belum sembuh," pungkasnya. (OL-15)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya