Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

COP-24: Indonesia Paparkan Program Pengendalian Perubahan Iklim

Micom
08/12/2018 08:10
COP-24: Indonesia Paparkan Program Pengendalian Perubahan Iklim
( ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)

PAVILIUN Indonesia memaparkan sejumlah upaya pengendalian perubahan iklim dan keberhasilannya di ajang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP-24) di Katowice, Polandia. Upaya itu antara lain dilakukan di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, dan Kabupaten Pidie di Aceh.

Kabupaten Gorontalo melakukan beberapa upaya pengendalian iklim untuk mitigasi bencana setelah daerah itu terkena banjir bandang tahun 2016. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Gorontalo misalnya mengembangkan kurikulum lingkungan hidup, khususnya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

"Dinas Pertanian Gorontalo memiliki rencana aksi revitalisasi pertanian, integrated farming system, penggunaan pupuk organik, dan pengembangan verietas benih tahan iklim. Sementara Dinas Kesehatan memiliki program Gerakan Menata Rumah, Lingkungan, dan Pemukiman Sehat," ungkap Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo, dalam sesi diskusi di Paviliun Indonesia, Kamis (6/12).

Kabupaten Gorontalo juga telah mengalokasikan 10% dari dana desa untuk anggaran lingkungan serta bekerja sama dengan masyarakat, pemerintah daerah lainnya, pemerintah pusat serta LSM.

“Hasilnya, dengan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sejak tahun 2016 maka penyakit DBD dan malaria menurun, bencana banjir berkurang, dan kerusakan lingkungan juga menurun”, tutur Nelson.

Penyelamatan hutan
Upaya dari Kabupaten Pidie lebih mengutamakan penyelamatan hutan. Menurut Wakil Bupati Pidie, Fadhlullah TM Daud, terdapat 3 juta hektare hutan di Aceh di mana 80%-nya adalah hutan lindung. “Di sana terdapat 400 gajah, 70 badak, 100 harimau dan 6.000 orangutan," kata Fadhlullah.

Menurut dia, desa adalah garda terdepan dalam menjaga hutan dan pengendalian perubahan iklim. Karena itu, sebagian dari dana desa dialokasikan untuk perubahan iklim.

"Kami menambahkan aspek ekologi ke dalam dana desa, yang diprioritaskan untuk perlindungan hutan dan lingkungan.  Karena dengan menjaga hutan, ekonomi akan meningkat, ucap Fadhlullah.

Peserta diskusi menanggapi positif upaya Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim. “Pengalaman ini sangat berarti bagi kami, karena satu provinsi seperti Aceh saja bisa memunyai hutan 80%, sementara area kami hanya 50% yang berhutan, dan kami ingin melindungi area tersebut tetap hijau," kata Deputi Wali Kota Katowice, Mariusz Skiba.

Indonesia telah berkomitmen untuk berkontribusi menurunkan emisi Gas Rumah Kaca pada tahun 2030 sebesar 29% dengan upaya sendiri dan sampai dengan 41% melalui kerja sama internasional. Pengurangan emisi tersebut dilakukan melalui lima sektor utama yaitu sektor hutan dan lahan (17,20%), energi (11%), limbah (0,38%), industrial process and product used/IPPU (0.10%) dan pertanian (0,32%).

Kehadiran delegasi dan paviliun Indonesia pada COP 24 diharap dapat mereprentasikan upaya-upaya Indonesia dalam perubahan iklim. “COP-24 ini penting, jika Paris Agreement menghasilkan kesepakatan, maka COP Katowice akan menghasilkan aturan mainnya," jelas Nur Masripatin, National Focal Point UNFCCC untuk Indonesia. (X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anwar Surachman
Berita Lainnya