Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

WNI di Sudan Diminta Siaga Dievakuasi

Cahya Mulyana
22/4/2023 07:26
WNI di Sudan Diminta Siaga Dievakuasi
Bendera Merah Putih.(ANTARA/IRWANSYAH PUTRA)

SEBANYAK 1.209 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Sudan diminta siap untuk dievakuasi. Sekretariat Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Khartoum telah dijadikan safe house yang dapat menampung 45 orang.

"Komunikasi yang kami terima terakhir (dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia/KBRI Khartoum) hanya soal pendataan dan mempersiapkan tas ransel untuk evakuasi sewaktu-waktu. Betul jadi kami sudah diminta bersiaga dievakuasi," ujar Rois Syuriyah PCINU Khartoum, Sudan, Althof Madani Ahsin kepada Media Indonesia, Jumat (21/4).

Menurut dia sekretariat PCINU Khartoum telah dijadikan safe house untuk menampung WNI dengan kapasitas 45 orang. Sejauh ini, kantor tersebut telah kedatangan enam WNI sehingga total terdapat 23 orang yang berlindung dari perang saudara di Sudan.

Baca juga: AS Pertimbangkan Kirim Pasukan ke Sudan

Ia menuturkan pihak yang bertikai di Sudan tidak menghormati hari besar umat Islam, Idul Fitri. "Betul, sepanjang hari ini yang notabene adalah hari raya Idul Fitri, perang sampai saat ini masih terus berlangsung," ungkapnya.

Akibatnya, kata dia, selain mencekam juga menghambat perolehan logistik. Pihaknya pun harus menghemat persediaan makanan yang tersisa.

"Logistik sudah mulai kami hemat, melihat terbatasnya stok dan ruang gerak untuk membeli barang yang dibutuhkan. Pasalnya suasananya tetap mencekam. Sore hari ini pun kami tidak berani keluar, padahal kemarin sore masih bisa keluar rumah," pungkasnya.

Baca juga: Pemerintah Sudan Diminta Lindungi WNI

Perang antara militer Sudan dengan kelompok paramiliter (RSF) sejak Sabtu (15/4), telah menewaskan 413 orang. Motifnya karena pemimpinnya saling berebut kekuasaan untuk memimpin negara tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat perang juga melukai 3.500 orang sejak pertempuran meletus pada Sabtu (15/4). (Aljazeera/Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya