Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Pasar Senang Biden Menang

Biden Menang
10/11/2020 03:05
Pasar Senang Biden Menang
Grafis MI(Sumber: Business Insider/Tim Riset MI-NRC)

PERGERAKAN bursa Asia kemarin masih ditopang respons positif seputar hasil pemilihan Presiden AS dengan Joe Biden untuk sementara memperoleh suara elektoral lebih banyak daripada Donald Trump. Pasar berekspektasi perang dagang akan berakhir dan ada stimulus fiskal dalam jumlah besar untuk mendukung pemulihan ekonomi AS di era Biden.

Di sisi lain, investor juga merespons positif keputusan bank sentral AS, The Fed, yang mempertahankan Fed fund rate di kisaran 0%-0,25% dan melanjutkan program quantitative easing.

Indeks utama Nikkei Jepang, misalnya, mencapai level tertinggi, yang terakhir terlihat hampir tiga dekade lalu. Saham-saham Tiongkok juga berakhir pada level tertinggi lebih dari lima tahun.

Harga minyak global dan emas juga naik. Dilansir Bloomberg, harga minyak dunia naik menuju US$38 per barel. “Harapan dari pemerintahan Biden, yang lebih dapat diprediksi dan stabil, ditambah harapan dari munculnya paket stimulus tambahan mendorong harga minyak lebih tinggi bersama dengan emas,” kata Will Sungchil Yun, analis komoditas senior di VI Investment Corp, kemarin.

Investor menilai kepemimpinan Biden berimplikasi pada kebijakan luar negeri AS dan sikap terhadap Tiongkok, Iran, dan Venezuela. Potensi perubahan arah, dari semula agresif di era Trump, disebut dapat meningkatkan hubungan dengan sekutu. Biden juga menjanjikan bergabung kembali dengan Kesepakatan Iklim Paris.

Keunggulan Biden juga berdampak positif terhadap nilai tukar mata uang, salah satunya rupiah. Rupiah ditutup menguat 145 poin atau 1,02% ke posisi 14.065 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya 14.210 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, menuturkan bahwa penguatan rupiah karena pasar berekspektasi kebijakan Biden akan lebih bersahabat. “Ini akan membantu pertumbuhan ekonomi, termasuk Indonesia juga bisa mendapatkan efek positif,” jelas Ariston.

Penguatan rupiah diperkirakan berlangsung cukup lama atau paling tidak rupiah masih di bawah Rp14.500 hingga Desember 2020.

Adapun Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan ikut bergerak naik. IHSG kemarin dibuka menguat 36,44 poin atau 0,68% ke posisi 5.371,97.

Di sisi lain, peneliti Center for Indonesian Policy Studies, Pingkan Audrine Kosijungan, mengatakan ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian Indonesia terkait dengan kebijakan luar negeri Biden. Di antaranya, Biden menggaungkan program pemulihan ekonomi berbasis semangat produk lokal dan pengembangan industri manufaktur dalam negeri.

“Karena itu, pemerintah Indonesia dapat fokus menyasar pasar AS melalui ekspor produk nonmanufaktur. Potensi lainnya pada industri mobil elektrik,” terang Pingkan.

 

Hubungan Tiongkok-AS

Media pemerintah Tiongkok kemarin bernada optimistis terhadap Biden. Hubungan kedua negara diharap dapat dipulihkan ke keadaan yang lebih dapat diprediksi dan bisa dimulai dengan perdagangan. Harian The Global Times mengatakan Beijing harus bekerja untuk berkomunikasi dengan tim Biden sebaik mungkin.

“Tiongkok harus menjadi negara yang tidak dapat ditekan oleh AS dan menjadikan kerja sama dengan Tiongkok sebagai pilihan terbaik bagi AS,” tambah Global Times.

Mata uang Tiongkok, yuan, kemarin juga menguat 0,4% menjadi 6,5649 per dolar AS. Nilai yuan awalnya sempat turun sejak awal Juni karena pulihnya ekonomi Tiongkok. (Ins/Van/AFP/Ant/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya