Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuntut pemecatan Marie Yovanovitch, duta besar untuk Ukraina dan seorang tokoh kunci dalam persidangan pemakzulan (impeachment) presiden. Rekaman video tersebut dirilis ke media AS pada Sabtu (25/1).
Rekaman selama 1 jam dari April 2018 itu mengungkap pertemuan antara Trump dan sekelompok donor yang mencakup dua rekan pengacara pribadinya, Rudy Giuliani, yang dalam beberapa minggu terakhir telah muncul sebagai tokoh sentral penyelidikan impeachment, yakni Igor Fruman dan Lev Parnas.
Parnas dan mitra bisnisnya, Igor Fruman, ialah pemain kunci dalam upaya Trump menekan pemerintah Ukraina untuk memeriksa Joe Biden.
Perintah Trump untuk memecat duta besar datang setelah Parnas mengatakan kepadanya bahwa Yovanovich ialah penghalang dan mengklaim bahwa dia secara pribadi telah meremehkan presiden.
"Singkirkan dia!" Trump mengatakan pada rekaman itu, dilaporkan berbicara dengan ajudan Gedung Putih di meja makan.
"Keluarkan dia besok. Aku tidak peduli. Keluarkan dia besok. Bawa dia keluar. Oke? Lakukan."
Dalam wawancara TV dengan MSNBC News pekan lalu, Parnas mengatakan bahwa Trump tahu persis apa yang sedang terjadi dengan upayanya dan Fruman untuk menekan otoritas Ukraina menyelidiki Biden, saingan utamanya dalam pilpres lalu.
Rekaman itu meningkatkan tekanan para senator AS memanggil saksi untuk sidang impeachment.
Tidak bersalah
Pengacara Gedung Putih memulai pembelaan Trump dalam sidang impeachment pada Sabtu (25/1).
Dalam pembelaannya, mereka menyatakan Trump tidak melakukan kesalahan dalam kesepakatannya dengan Ukraina dan pemilihan umum.
Penasihat Gedung Putih, Pat Cipollone, mengatakan pemakzulan ini akan menjadi penyalahgunaan kekuasaan yang sama sekali tidak bertanggung jawab jika Senat memberikan suara dan mengikuti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS untuk memecat Trump dari Gedung Putih.
"Mereka meminta Anda melakukan sesuatu yang tidak pernah Senat lakukan," kata Cipollone.
"Kami percaya ketika Anda (Senator) mendengar fakta, Anda akan menemukan bahwa Presiden tidak melakukan kesalahan apa pun," sambungnya.
Cipollone menduga Demokrat tengah melakukan campur tangan dalam pemilihan umum AS yang akan berlangsung November.
Dengan mengatakan bahwa pada Pemilihan Presiden 2016, Demokrat telah mencoba untuk mencegah Trump dalam kemenangannya dan saat ini tim hukum Trump menduga Demokrat mencoba mencegah Trump dalam pencalonan November mendatang.
"Mereka campur tangan paling masif pada pemilihan dalam sejarah Amerika dan kami tidak bisa membiarkan itu terjadi," ujarnya.
Senator John Barraso mengaku telah mendengarkan apa yang telah disampaikan.
"Hari ini kami mendengar kasus yang kuat, yang jelas, dan tim hukum benar-benar merusak kasus yang diajukan Demokrat," ungkap Barraso. (AFP/I-1)
EKS Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terbang tetap membantah bersalah dalam kasus yang jika terbukti dapat membuatnya dipenjara puluhan tahun.
Otoritas federal AS dan Kepolisian Capitol memperingatkan bahwa orang-orang yang terkait dengan kelompok milisi telah membahas serangan 4 Maret kepada Partai Demokrat.
Pimpinan minoritas Senat AS dari Partai Republik Mitch McConnell menyampaikan teguran pedas terhadap Donald Trump pada Sabtu (13/2), meskipun memberikan suara membebaskan Trump.
Donald Trump selamat dari persidangan pemakzulan kedua pada Sabtu (13/2). Senat AS membebaskannya atas tuduhan penghasutan penyerangan Gedung Capitol AS.
Tindakan Trump tidak melanggar hukum karena sesuai dengan Amandemen Pertama Konstitusi AS yang menjamin hak untuk kebebasan berbicara
Pengacara Donald Trump, Schoen, menambahkan, pengadilan pemakzulan dapat memicu perang saudara lagi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved