Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Ini Kata Warga Korsel Sikapi Pertemuan Trump-Kim

Denny Parsaulian Sinaga
11/6/2018 16:08
Ini Kata Warga Korsel Sikapi Pertemuan Trump-Kim
(AFP PHOTO / TOH TING WEI)

WARGA Korea Selatan tidak satu suara jika dimintai pendapat tentang KTT yang akan berlangsung antara pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump. Mereka terbagi atas generasi dan golongan politik.

Sebagian berharap konfrontasi perang dingin dapat segera berakhir dan Korea Utara pada akhirnya menyerahkan senjata nuklirnya. Namun sebagian lainnya skeptis terhadap niat Pyongyang, dengan mengatakan mereka memiliki terlalu banyak masalah ekonomi sendiri untuk memberi perhatian terhadap masalah ini.

Pesimis

Lee Eun-ho, seorang pekerja berusia 70 tahun mengatakan, Korea Utara tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya karena sejak awal Kim mengembangkannya untuk mempertahankan kekuasaannya.

"Saya hanya punya sedikit harapan." Reunifikasi, katanya, tidak mungkin karena empat kekuatan (AS, Tiongkok, Rusia, dan Jepang), tidak ingin melihat Korea bersatu.

Choi Ho-chul, mantan karyawan bank berusia 73 tahun mengatakan, dia meragukan Korea Utara akan menyerahkan senjata nuklir. Menurutnya itu adalah alat untuk mengendalikan penduduknya.

"Saya bertaruh Korea Utara tidak akan meninggalkan senjata nuklir," katanya, seraya menambahkan bahwa AS dan sekutunya harus menggunakan wortel dan tongkat untuk memaksa Korea Utara melakukannya.

Optimis

Namun beberapa warga Korea Selatan optimistis. Lee Hye-ji, seorang ibu rumah tangga, 31, berharap banyak pada pertemuan Trump-Kim.

Dia mengaku kurang tertarik pada denuklirisasi daripada soal mengakhiri Perang Korea yang belum berakhir, 65 tahun lalu. Perang ini hanya dihentikan sementara dengan perjanjian gencatan senjata bukan perjanjian damai.

"Ini (pertemuan) akan membawa kita selangkah lebih dekat untuk reunifikasi," katanya.

Cho Sung-kwon, pensiunan berusia 62 tahun, menambahkan: "Akan lebih baik jika kita berhenti bertempur."

Dia mengatakan persepsinya tentang Kim, seorang penjahat dengan senjata nuklir yang telah melunak setelah dua kali bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in di desa gencatan senjata perbatasan Panmunjom.

"Meskipun usianya masih muda, ia tampaknya cerdas," katanya, seraya menambahkan bahwa ia yakin Kim menyadari perjuangannya untuk mengembangkan senjata nuklir untuk memastikan kelangsungan hidup rezimnya telah menemui jalan buntu, karena sanksi yang semakin intensif.

"Saya pikir Korea Utara akan melakukan denuklirisasi karena ia tahu tidak ada alternatif lain," katanya.

Dia menambahkan Korea Selatan harus memberikan bantuan ekonomi kepada Korea Utara karena keduanya pada dasarnya satu orang.

"Betapa mengagumkannya jika kita bersatu kembali seperti Jerman!"

Kim Hee-hyun, 30, percaya Kim telah mencapai kesimpulan bahwa denuklirisasi akan bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi harus waspadai efek reunifikasi.

"Korea Selatan tidak bisa hanya menjaga ekonomi Utara," katanya. "Tapi pertukaran lintas batas dan perjalanan akan diperlukan."

Tidak peduli

Pemuda Korea Selatan lainnya mengatakan mereka terlalu sibuk dengan mencari nafkah dengan bekerja daripada memperhatikan diplomasi.

Tingkat pengangguran kaum muda di negara itu mencapai 10,7% pada April. Pencari kerja Kim Tae-young, yang memiliki gelar sarjana di bidang teknik dan materi baru, mengatakan tidak memiliki perasaan khusus tentang KTT, tapi dirinya berharap KTT akan membantu mengurangi ketidakpastian di Semenanjung Korea.

"Sulit untuk mengatakan apakah reunifikasi akan menjadi hal yang baik, mengingat beban ekonomi yang sangat besar dan perbedaan budaya yang luas antara kedua belah pihak," tambah lelaki berusia 27 tahun itu.

Lee Do-kyu, juga 27 dan menganggur, mengatakan pertemuan antar-Korea ini telah meningkatkan minatnya dalam politik, tetapi juga berkurang dengan cepat.

"Karena kesulitan mencari pekerjaan akhir-akhir ini, saya kehilangan banyak minat pada hal-hal itu." (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anata
Berita Lainnya