Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
APAKAH Allah subhanahu wa ta'ala dapat dilihat di akhirat nanti? Para ulama ahlusunah wal jamaah sepakat bahwa di akhirat nanti Allah dapat dilihat oleh orang-orang yang beriman. Salah satu dalilnya di Surat Al-Qiyamah ayat 22-23.
Bagaimana lebih jelasnya tafsir atau penjelasan tentang Allah dapat dilihat di akhirat? Berikut penjelasan dari Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur.
وُجُوهࣱ یَوۡمَىِٕذࣲ نَّاضِرَةٌ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةࣱ
Wujuuhuy yauma idzin naadhirah. Ilaa rabbihaa naazhirah.
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa wajah penduduk surga berseri-seri. Mereka sangat gembira pada saat melihat zat Allah.
Baca juga: Tafsir Ibrahim Ayat 10 tidak Ada Keraguan tentang Keberadaan Allah
"Ayat ini dalil bagi ahlussunnah wal jama'ah bahwa Allah dapat dilihat di akhirat," tegas Asyari. Penduduk surga (orang-orang mukmin) melihat Allah ketika mereka berada di dalam surga.
Namun, perlu diingat bahwa Allah (zat yang mereka lihat) ada tanpa arah dan tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas, di bawah, di depan, di belakang, di kanan, dan di kiri. Berikut penjelasan Al-Imam Abu Hanifah radhiyallahu anhu.
Baca juga: Tafsir Al-Qur'an Berbahasa Arab dengan Kalam Allah bukan Huruf
والله تعالى يُرى في الآخرة يراه المؤمنون وهم في الجنة بأعين رؤوسهم بلا تشبيه ولا كيفية ولا كمية ولا يكون بينه وبين خلقه مسافة
Dan Allah ta'ala dilihat di akhirat, orang-orang mukmin melihat-Nya dan mereka berada di dalam surga dengan mata kepala mereka dengan tanpa tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk), tanpa kaifiyah (menyifati Allah dengan sifat makhluk), dan tanpa kammiyah (menyifati Allah dengan memiliki ukuran), serta tidak ada jarak di antara Allah dan makhluk-Nya .
Baca juga: Tafsir An-Nisa 164: Kalam Allah bukan Huruf dan Suara
Poin kedua dari ayat itu ialah melihat zat Allah (rukyatullah) merupakan nikmat terbesar bagi penduduk surga. Volume (sering dan jarangnya) penduduk surga dalam melihat Allah berbeda-beda. Semakin tinggi derajat seseorang menurut Allah, semakin sering dia dapat melihat Allah.
Hal itu hanya menjadi nikmat terbesar bagi orang-orang beriman. Orang kafir tidak dapat melihat Allah. Simak firman Allah ta'ala berikut.
إنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ
Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) pada hari itu (di akhirat) benar-benar ditutup dari melihat Tuhan mereka.
Baca juga: Tafsir An-Najm Ayat 42: Zat Allah tidak Dapat Dibayangkan
Ada pula sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ
Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan dalam melihat-Nya" (HR Bukhari).
Baca juga: Tafsir Al-Qamar 49: Allah Ciptakan Segala Sesuatu dengan Ukuran
Dalam hadis ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak menyamakan Allah dengan bulan. Namun, Rasulullah menyamakan melihat Allah dengan melihat bulan dalam hal sama-sama tidak ada keraguan tentang yang dilihatnya.
Sebagaimana orang yang melihat bulan di malam purnama tidak ragu dengan yang dilihatnya bahwa itu ialah bulan, demikian juga penduduk surga ketika melihat Allah, mereka tidak ragu bahwa yang dilihatnya ialah Allah.
Baca juga: Tafsir Al-Anfal Ayat 17 terkait Usaha Manusia dengan Kehendak Allah
Hadis tersebut juga menguatkan keyakinan ahlussunnah wal jama'ah bahwa ketika penduduk surga melihat Allah di dalam surga, Allah yang dilihatnya ada tanpa tempat. Ini karena seandainya Allah berada pada suatu tempat tertentu pasti terjadi desak-desakan ketika melihatnya.
Asyari mengingatkan sejumlah hal yang perlu diperhatikan. Penafsiran kelompok muktazilah terhadap إلى ربها ناظرة dengan menunggu nikmat Tuhannya ialah tidak benar. Ada dua argumentasi.
Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 286 tentang Usaha Manusia dan Takdir Allah
a. Dalam bahasa Arab kata نظر إلى hanya memiliki makna melihat dengan mata, tidak bisa dimaknai dengan menunggu.
b. Surga ialah tempat kenikmatan. Di sana tidak ada sedih, susah, sakit, dan bosan. Sementara perbuatan menunggu tergolong perbuatan yang membosankan, bukan merupakan kenikmatan, sehingga tidak mungkin penduduk surga menunggu nikmat di dalam surga.
Baca juga: Ayat Kursi dengan Terjemahan dan Tafsir Sekilas
Alasan muktazilah dalam menakwilkan ayat di atas dengan menunggu nikmat ialah karena dalam bayangan mereka sesuatu yang bisa dilihat itu harus berupa benda, sedangkan Allah bukan benda. Ini hanyalah khayalan yang tidak benar, karena tidak disyaratkan sesuatu yang bisa dilihat itu harus berupa benda, tetapi syarat sesuatu yang bisa dilihat ialah keberadaannya.
Ini perkatan para ulama.
فالبارئ موجود فيصح أن يرى
Allah itu ada sehingga sah (secara akal) untuk bisa dilihat.
Baca juga: Surat Al-Ikhlas dan Terjemahannya, Penyebab Turun, Tafsir Sifat Allah
Demikianlah salah satu bentuk akidah iman kepada Allah dalam paham ahlussunah wal jamaah bahwa Allah dapat dilihat oleh mata orang-orang beriman di dalam surga. Semoga kita termasuk golongan tersebut yang memperoleh nikmat terbesar di akhirat yakni melihat Allah. Wallahu a'lam. (Z-2)
Bagaimana asbabun nuzul Surat Al-A'la, apa saja kandungan dan keutamaannya, serta teks sekaligus terjemahannya? Berikut uraiannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Surat Al-Buruj diturunkan setelah Surat Asy-Syams di Mekah sehingga tergolong Surat Makiyah. Ia diberi nama Al-Buruj, karena merujuk pada lafaz yang terdapat pada ayat pertama dari surat ini.
Al-Insyiqaq berarti terbelah/terbagi yang diambil dari ujung ayat pertama. Surat yang terdiri atas 25 ayat ini termasuk Surat Makiyah dan diturunkan sesudah Surat Al-Infithar.
AL-MUTHAFFIFIN merupakan surat ke-83 dalam juz 30 atau juz amma yang terakhir dalam Al-Qur'an. Surat ini terdiri atas 36 ayat dan termasuk dalam golongan Surat Makiyyah.
AL-INFITHAR berada di urutan surat nomor 82 pada kitab suci Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 19 ayat dan termasuk dalam juz ke-30 atau juz amma.
Salah satu surat dalam Juz 30 Al-Qur'an ialah At-Takwir. Artinya ialah menggulung. Surat yang terdiri atas 29 ayat ini termasuk dalam golongan surat Makiyah atau turun di Mekah.
WTN merupakan ajang pengukuhan bagi para penghafal Al-Qur'an yang telah menyelesaikan hafalan Al-Qur'an mulai dari 5 juz sampai 30 juz.
Dengan bibir terbata, mereka seperti berusaha melafazkan sebuah kata. "Ba..." ucap salah satu murid, sambil mengangkat jari telunjuk.
Nahdlatul Ulama (NU) berupaya mengurangi buta huruf masyarakat terhadap Al-Qur'an
Multaqo Nasional juga bertujuan mengidentifikasi serta merumuskan berbagai persoalan dan tantangan sambil menghimpun gagasan konstruktif bagi kemajuan pendidikan dan dakwah Al-Qur’an.
Huruf hijaiyah yang terdapat dalam Al-Qur'an sebanyak 30. Untuk bisa menghafalnya, kalian perlu membacanya setiap hari secara rutin.
Beasiswa juara ini ditujukan bagi para lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau setara yang menunjukkan prestasi kejuaraan dalam bidang menghafal Al-Qur'an.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved