Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Cegah Penularan Penyakit Mulut dan Kuku, Pakar Beberkan Cara Disinfeksi

Zubaedah Hanum
16/5/2022 23:30
Cegah Penularan Penyakit Mulut dan Kuku, Pakar Beberkan Cara Disinfeksi
Guru Besar FKH Unair Prof Dr drh Fedik Abdul Rantam.(Unair)

SEJUMLAH hewan ternak di empat kabupaten di Jawa Timur terjangkiti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) seperti di Kabupaten Gresik, Lamongan, Mojokerto, hingga Sidoarjo. Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr drh Fedik Abdul Rantam mengingatkan pentingnya upaya disinfeksi di kawasan lingkungan peternakan.

Ia menyampaikan bahwa penyakit mulut dan kuku (PMK) merupakan penyakit zoonosis yang menyerang hewan berkuku belah karena virus dengan tingkat penularannya yang tergolong tinggi dan cepat.

Ada beberapa pintu penyebaran virus penyebab PMK ini, yakni udara, makanan, kotoran yang menempel pada alas kaki, pakaian, kontak langsung, peralatan kandang dan jarum suntik. Karena itu, imbuhnya, disinfeksi sangat dibutuhkan untuk mencegah penyebaran virus agar tidak meluas.

"Desinfeksi dapat diberikan pada kandang. Ini menjadi upaya memutus dan mencegah penularan virus penyebab PMK secara lebih luas,” tegas Guru Besar bidang Virologi dan Imunologi Unair, seperti dikutip dalam laman resmi Unair.

Prof Fedik menerangkan, peternak dapat memilih beragam jenis disinfektan. Misalnya, Kalsium Karbonat 3%; KMNO4 3%; Formaldehyde 1%; Sodium hypochlorite 3%; Sodium hydroxid 2%; Sodium Karbonat 4%; Citric Acid 0,2%; atau Sodium Chlorite 1%.

“Tidak perlu menggunakan semua jenis disinfektan, namun salah satu saja,” ujarnya.

Resisten
Prof Fedik menjelaskan, dari berbagai disinfektan yang ada, terdapat beberapa jenis bahan yang kemungkinan mengalami resistensi terhadap virus tersebut, semisal Chlorine Dioxide dan Iodophores.

“Untuk disinfektan berbahan Chlorine Dioxide dan Iodophores masih memiliki kemungkinan untuk virus mengalami resistensi (kurang efektif),” ungkapnya.

Disinfeksi dapat dilakukan secara efektif pada pagi dan sore. Dengan ketentuan bahan yang dapat dipertimbangkan. Selain itu, ada beberapa bagian tubuh sapi yang harus dibersihkan.  

“Untuk alas dapat menggunakan kaporit, namun Karena efeknya oksidator biasanya untuk alas. Pada bagian dinding bisa menggunakan formaldehaide 1% dengan volume rendah. Sedangkan pada aliran air dapat menggunakan Chloride,” katanya.

“Penyemprotan dengan KMNO4 dapat dilakukan pada kaki sapi, sedangkan mulut sapi yang mengalami luka dapat dicuci menggunakan NaCl 1%-2%,” imbuhnya.

Dibuat sendiri
Prof Fedik menyampaikan bahwa disinfektan dapat dibuat sendiri oleh peternak. Terutama bagi peternak di daerah yang tidak mendapat disinfektan komersial.

“Peternak bisa membuat sendiri dengan cukup efektif. Dengan pendekatan virologi, salah satunya menggunakan kaporit dengan suspensi 10%, lalu diencerkan menjadi 2% supaya lebih mild (ringan)” terangnya.

Selain itu, penggunaan disinfeksi dosis rendah akan menarget virus secara langsung. “Kaporit tidak berefek buruk bagi hewan, namun kalo terlalu tinggi kadarnya menjadi oksidator sehingga alat (berbahan besi) menjadi berkarat,” tambahnya

Prof Fedik berpesan peternak untuk tidak panik. Sapi bisa sembuh dengan perawatan, disinfeksi kandang, dan pemberian vitamin juga perlu diberikan agar sapi cepat sembuh. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya