Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Satgas Covid-19 : Kedisiplinan Memakai Masker Turun

Atalya Puspa
18/9/2021 16:05
Satgas Covid-19 : Kedisiplinan Memakai Masker Turun
Ilustrasi(Antara)

HASIL Monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19, memperlihatkan adanya penurunan kedisiplinan memakai masker di masyarakat.

Di DKI Jakarta terjadi penurunan dari 95% ke 90%, di Jawa Barat turun dari hampir 92% ke 89,5%, di Jawa Tengah turun dari 89% ke 86,5%, di Daerah Istimewa Yogyakarta turun dari 93,6% ke 91,6%, di Jawa Timur turun dari 94% ke 91,4%.

Melihat hal tersebut, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro mengajak masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dan berhati-hati di tengah penurunan kasus covid-19 yang terjadi di Indonesia.

“Jadi kita harus tetap hati-hati, tetap pakai masker, dan jangan lupa, segera vaksinasi,” tegas Reisa dalam keterangan resmi, Sabtu (18/9).

Masyarakat juga diminta untuk tetap berikhtiar dengan memakai masker secara benar hingga menutupi bagian hidung dan mulut mulai dari batang hidung sampai ke ujung dagu sesuai anjuran Satgas Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku. Apabila dengan hanya satu masker masih terlihat ruang atau celah besar, masyarakat diminta menggunakan masker ganda.

“Selain meningkatkan filtrasi, masker kain yang dipakai melapisi masker medis berfungsi untuk mempererat masker agar menempel sesuai bentuk wajah kita masing-masing,” jelasnya terkait budaya masker dobel.

Selain itu, Reisa mengajak warga di wilayah level 2 PPKM, seperti Kabupaten Serang, Kota Pasuruan, dan Kabupaten Garut, untuk membiasakan budaya menggunakan fasilitas cuci tangan yang tersebar hampir di seluruh pelosok kota dan kabupaten.

“Ingat-ingat lagi asal-usul fasilitas sanitasi dan kebersihan lingkungan tersebut. Tempat cuci tangan di tempat umum bukanlah hiasan, dekorasi atau ornamen ruang publik, melainkan untuk memastikan kita dapat membunuh virus dan kuman lainnya di tangan kita, setiap saat dan sesering mungkin. Dengan demikian, penularan dapat ditekan semaksimal mungkin,” tegasnya.

Koordinator PPKM Jawa-Bali Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan sebelumnya telah mengatakan bahwa tren kasus konfirmasi harian secara nasional telah mengalami penurunan.

Secara spesifik, di Jawa Bali turun hingga 96% dari titik puncaknya pada 15 Juli yang lalu. Menurut Reisa, catatan pemerintah pusat pada minggu kedua September 2021 juga menunjukkan bahwa jumlah kasus aktif sudah turun di bawah 100.000 kasus. Bahkan pada penerapan PPKM hingga minggu lalu, pemerintah menurunkan status Provinsi Bali dari level 4 menjadi level 3.

“Tentu ini progres yang sangat menggembirakan, tapi kehati-hatian juga harus dijaga,” ujar Reisa. Sementara itu, Reisa mengatakan bahwa wilayah aglomerasi seperti Jabodetabek, Bandung Raya, Semarang Raya, Solo Raya, serta Gerbang Kertasusila di Jawa Timur, tidak dapat sendirian bekerja mempertahankan status level 2 mereka.

Jangan egois
Berdasarkan pengamatan Komite Penanganan Covid 19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) serta mitra kerjanya, seperti UNICEF dan WHO Indonesia, perkembangan kasus covid-19 di Kota Jakarta Pusat, Kota Semarang dan Kota Bandung sangat ditentukan oleh wilayah satelitnya.

Misalnya, Depok dan Bogor untuk Jakarta, Kendal dan Kabupaten Semarang untuk Semarang, dan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cimahi dan Cianjur untuk Bandung. “Contohnya di Semarang, masih rendahnya mobilitas malam hari juga diperlihatkan di Kendal. Sedangkan aktivitas malam di Bandung juga sangat terpengaruh pergerakan warga sekitarnya, termasuk warga Jakarta yang masuk ke Bandung,” terang Reisa.

Untuk itu, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru ini menekankan sekali perlunya menghindari sikap egois dalam melakukan mobilitas, terutama malam hari. Masyarakat diajak untuk melakukan skrining pribadi dengan mengajukan tiga pertanyaan mudah kepada diri sendiri sebelum bepergian.

“Satu, apakah saya fit untuk lakukan perjalanan ini? Dua, apakah penting sekali tujuan perjalanan saya ini? Tiga, apakah sangat mendesak untuk membawa orang lain atau menemui orang lain dalam perjalanan nanti?” saran Reisa.

Apabila ketiga pertanyaan tersebut dijawab dengan ya atau jawabannya positif, Reisa menyarankan untuk selalu memperhatikan VDJ—ventilasi, durasi, jarak. “Utamakan pergi ke ruang terbuka atau berventilasi baik, persingkat durasi, perpendek jarak tempuh,” katanya,

Dia juga sangat menyarankan warga wilayah level 2 bertemu di ruang publik yang sudah memberlakukan aplikasi Peduli Lindungi. Panduan bertemu di ruang publik sudah pernah diproduksi oleh BNPB dan Satgas Penanganan Covid-19.

Ia mengingatkan, kelengahan melonggarkan disiplin akan mengarah ke naiknya level PPKM, yang berujung penutupan ruang publik, seperti mall dan bioskop yang minggu ini baru dibuka kembali di wilayah level 2. Selain itu juga ditundanya Pembelajaran Tatap Muka yang sudah diujicobakan sejak 30 Agustus 2021.

“Jangan sampai noda setitik, rusak susu sebelanga. Karena lalai satu, dua orang, seluruh warga sampai anak kita yang sedang gembira sekolah lagi, jadi sengsara karena kita. Yuk bisa, untuk Indonesia,” ajak dia. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya