Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Catat, Ini Tanda-Tanda Anak Kecanduan Game Online

Gana Buana
03/7/2021 05:30
Catat, Ini Tanda-Tanda Anak Kecanduan Game Online
Journalist on Duty(Media Indonesia)

GAME online boleh saja menjadi bagian dari kehidupan. Akan tetapi, jangan sampai menjadi pusat kehidupan.

Psikolog anak dan remaja Stefani Valentia mengatakan itu saat diskusi bertema Siap-siap Blokir Game Online di program Journalist on Duty yang ditayangkan melalui akun Instagram @mediaindonesia, Selasa (29/6).

Baca juga: Beri Batasan Waktu, Cegah Anak Candu Internet

Stefani memaparkan, penggemar game online dibedakan dari seberapa sering frekuensi bermain. Apabila sudah masuk kecanduan akan menjadi seperti kecanduan obat terlarang.

Ia mengatakan, tingkat kecanduan game pun terdiri dari tiga aspek. Pertama, preokupasi atau seperti tidak bisa melepas pikiran dari gim. "Rasanya tuh seperti ngapain aja kita ingat sama gim tersebut," ungkap Stefani.

Kedua, toleransi. Di mana, intensitas bermain gim akan semakin sering dan lama. "Kalau main game online itu ada toleransi batas waktunya. Yang tadinya 30 menit nambah jadi satu jam. Nambah lagi jadi 1,5 jam dan seterusnya," jelas dia.

Baca juga: Kecanduan Game Onlen, Dua Pelajar Cimahi Ogah Sekolah

Ketiga tahap sakau. Pada fase ini orang akan merasa gelisah, cemas, bahkan marah apabila terlepas dari gim. "Kalau anak sudah menjurus pada tiga hal terdebut harus diantisipasi," kata dia.

Untuk melepas anak dari kecanduan gim, butuh komunikasi 'I message'. Jadi, orangtua tidak bisa hanya menyalahkan anak. Namun juga menempatkan posisi anak sebagai dirinya. Sehingga bisa melihat juga fungsi gim bagi anak.

"Kita harus melihat dari sisi anak. Gim ini kan sarana hiburan, refreshing, rekreasi, hingga sosialisasi. Karena salah satu gim juga menyediakan komunitas. Jadi seperti ada pemenuhan kebutuhan anak saat dia bermain gim. Maka harus dibentuk komitmen bersama antara orangtua dan kebutuhan anak dalam bermain gim," tambah dia.

Baca juga: Rasa Ingin Tahu Jangan Jadi Candu

Menurut dia, pembatasan gim pada anak diperlukan lantaran otak anak terus berkembang. Saat otak mengeluarkan hormon dopamin, sayangnya mereka belum bisa mengendalikan.

"Beda dengan orang dewasa yang sudah bisa mengontrol, kapan mereka harus berhenti bermain," tandas dia.

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan akan mengkaji permintaan Pemerintah Kabupaten Mukomuko Bengkulu untuk memblokir game online PUBG Mobile, Free Fire, Mobile Legends, dan Higgs Domino. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya