Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Merangkai Idul Fitri dengan Puasa Ramadan

Ardi Teristi
08/5/2021 05:10
Merangkai Idul Fitri dengan Puasa Ramadan
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.(MI/Adam Dwi)

KETUA Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan menyongsong Idul Fitri boleh dijalani dengan kegembiraan. Namun, itu jangan dilakukan secara berlebihan dengan belanja dan aktivitas lainnya yang melampaui kemestian, apalagi dengan berkerumun.

Idul Fitri, lanjut dia, harus tetap dijalani sebagai satu rangkaian dengan puasa Ramadan. Lebih-lebih situasi pandemi yang belum reda, kesahajaan harus dikedepankan dan jauhi keberlebihan karena Allah tidak menyukai hamba-hamba yang melampaui batas. Seperti disebutkan dalam surah Al-Maidah ayat 87, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

"Ingat banyak saudara kita yang kekurangan dan terdampak pandemi. Selaku insan beriman mesti menunjukkan sikap empati, simpati, dan peduli sebagai wujud ihsan dan kesalehan," imbuh Haedar, Kamis (6/5).

Kegiatan ibadah yang melibatkan kerumunan juga sebaiknya dihindari dan ditempuh cara yang juga dibolehkan syariat Islam di kala darurat. Ia mengingatkan, jangan merasa aman dan terbebas dari pandemi. Kaum muslim dapat menjadi uswah hasanah dalam keadaan normal, lebih-lebih di kala darurat. "Jauhi sikap ananiyah (egois) dan ghuluw (ekstrem) dalam beragama dan menyambut Lebaran," kata dia.

Salat sunah Idul Fitri pun perlu super hati-hati. Kalau salat Idul Fitri tidak memungkinkan dilakukan melibatkan jemaah yang banyak, sebaiknya salat Idul Fitri dilakukan sangat terbatas di sekitar lingkungan atau di rumah tanpa melibatkan jemaah yang banyak.

"Sabda Nabi, jauhi hal yang darurat dan yang menimbulkan kedaruratan bagi orang lain. Allah mengingatkan dalam Alquran, jangan menjatuhkan dirimu pada kebinasaan atau kehancuran (QS Al-Baqarah: 195)," kata dia. Bersamaan dengan itu, lanjut Haedar, Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama (QS Al-Baqarah: 185).

 

Ikhtiar

Pemerintah telah melarang mudik. Haedar meminta sebaiknya semua mengikuti arahan tersebut demi mencegah wabah dan mengatasi pandemi agar tidak bertambah luas.

"Memang berat meninggalkan tradisi mudik yang memiliki manfaat positif bagi persaudaraan di tempat asal. Namun, karena situasi pandemi, akan lebih maslahat bila semua pihak bersikap saksama," pesan dia.

Sikap saksama bukanlah takut dan paranoid, melainkan bagian dari ikhtiar mengatasi pandemi. Pihaknya juga berharap pemerintah membatasi kegiatan wisata dan pusat keramaian lainnya agar konsisten.

"Apalah artinya mudik dilarang kalau pusat-pusat keramaian publik dilonggarkan," tegas Haedar.

Menurut dia, mencegah dan menahan diri dari segala bentuk kerumunan dan keadaan yang membuat mudarat harus diutamakan bagi setiap warga bangsa yang baik dan bertanggung jawab. Lebih-lebih bagi muslim yang berpuasa dan berhasil dengan puasanya dalam pengendalian diri, hal itu harus diutamakan. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya