Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Indonesia Kenalkan Obligasi Oranye untuk Dukung Kesetaraan Gender

M. Ilham Ramadhan Avisena
10/7/2024 15:50
Indonesia Kenalkan Obligasi Oranye untuk Dukung Kesetaraan Gender
Ilustrasi obligasi.(Dok. Freepik)

INDONESIA memperkenalkan obligasi oranye (Orange Bonds) untuk mendukung terciptanya pemberdayaan dan kesetaraan gender. Instrumen keuangan anyar itu diharapkan mampu mengumpulkan dana US$1 miliar pada 2025.

Orange Bonds merupakan obligasi yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), utamanya poin 5 tentang kesetaraan gender.

Sebagai kelas aset lintas sektoral, Gerakan Oranye bertujuan untuk memobilisasi US$10 miliar untuk memberdayakan 100 juta perempuan, anak perempuan, dan minoritas gender secara global pada tahun 2030.

Baca juga : Pemerintah Khawatir Indonesia Tak Lolos dari Middle Income Trap

Berbeda dengan obligasi berkelanjutan tradisional yang berfokus terutama pada inisiatif ramah lingkungan, Orange Bonds secara unik mengatasi titik temu antara hasil dampak sosial dan lingkungan, meningkatkan transparansi dalam ekosistem.

Koordinator Ahli Sekretariat Nasional Implementasi SDGs Bappenas Yanuar Nugroho mengatakan, pembiayaan inovatif diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan sekaligus mendukung ambisi menjadi negara maju di 2045.

Inovasi pembiayaan itu juga bertujuan untuk menutup celah kesenjangan pembiayaan berkelanjutan yang saat ini mencapai Rp24 triliun. "Kesenjangan pembiayaan SDGs mencapai Rp24 ribu triliun pada tahun 2030 pascapandemi, sehingga diperlukan berbagai instrumen pendanaan inovatif, karena upaya pemerintah saja tidak mencukupi," jelasnya di Jakarta, Rabu (10/7).

Baca juga : Pemerintah Berupaya Jaga Pertumbuhan Ekonomi di Level Tinggi

Yanuar menambahkan, peran sektor swasta dan instrumen keuangan inovatif menjadi krusial dalam mengisi kekurangan pembiayaan yang ada. Salah satu instrumen yang diusulkan ialah Orange Bond, yang bertujuan untuk mengatasi kesenjangan gender dan dampak perubahan iklim dengan mengintegrasikan prinsip keuangan berkelanjutan ke dalam pasar modal.

Orange Bond tidak hanya menawarkan solusi pembiayaan yang inovatif, tetapi juga mempromosikan inklusi sosial dan ekonomi dengan memberikan akses keuangan yang lebih besar bagi perempuan dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan.

"Hal ini penting mengingat kesenjangan gender di pasar keuangan Indonesia menghambat akses perempuan terhadap keuangan dan peluang ekonomi. Dengan meningkatnya dampak perubahan iklim, perempuan seringkali menjadi yang paling terdampak, baik dari segi ekonomi maupun sosial," tutur Yanuar.

Baca juga : PNM dan Kementerian PPPA Dukung Kesetaraan Gender dalam CSW ke-68

Inisiatif tersebut dipimpin oleh Komite Pengarah Global yang terdiri dari ANZ, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT), IIX, Nuveen, Badan Keuangan Pembangunan Internasional (DFC) AS, dan Water.org.

Adapun studi kelayakan mengenai pengenalan Obligasi Oranye di Indonesia didukung oleh Ford Foundation. Hal tersebut menegaskan kembali kepemimpinan Indonesia dalam keuangan berkelanjutan dan menyoroti peluang dan rekomendasi untuk memperkenalkan Orange Bonds dalam mendukung pembangunan bangsa yang inklusif dan SDG.

Studi itu mengangkat tantangan identifikasi dan transparansi proyek dalam obligasi tematik yang ada saat ini, seperti Obligasi Hijau dan Sukuk Hijau. Selain itu, dukungan pembiayaan obligasi tematik untuk ekosistem Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih terbatas.

Baca juga : Bappenas: Dunia Meyakini Ekonomi Indonesia Kuat di Tahun Ini

Oleh karena itu, peluncuran Orange Bonds bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan dan mendukung masyarakat dan UMKM yang berfokus pada perempuan.

Ekosistem UMKM, yang menyumbang 61% terhadap PDB dan mencakup 97% penciptaan lapangan kerja, sangat penting bagi pembangunan inklusif di Indonesia, mendorong penghidupan bagi perempuan dan masyarakat melalui solusi berdampak tinggi.

Sementara itu, CEO dan Pendiri IIX Durreen Shahnaz menyatakan, pihaknya antusias untuk bermitra dengan Ford Foundation dan badan-badan pemerintahan Indonesia untuk berupaya membangun Orange Movement di negara ini.

"Kami berharap dapat menciptakan ekosistem yang setara gender dan berketahanan iklim untuk membantu Indonesia mencapai agenda SDG dengan memanfaatkan potensi Orange Bonds, memperjuangkan keuangan berkelanjutan, dan mendukung perempuan di garis terdepan," kata dia.

Adapun Indonesia telah konsisten menunjukkan komitmen yang kuat untuk memajukan SDGs PBB, menjadikan Indonesia sebagai pionir global dalam keuangan berkelanjutan dengan menetapkan berbagai kerangka kerja untuk Green Bonds, Green Sukuk, dan SDG bond.

Kolaborasi signifikan tersebut turut memperkuat komitmen Bappenas dan Kementerian Keuangan terhadap solusi pembiayaan inovatif yang mendorong dampak sosial dan lingkungan.

Dengan memobilisasi pembiayaan untuk memberdayakan perempuan dan UMKM yang berfokus pada perempuan, Orange Bonds dinilai akan melengkapi dan memperbesar dampak obligasi tematik secara signifikan, serta mempercepat transisi energi yang berkeadilan di Indonesia.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya