Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Lifting Minyak Anjlok, RI akan Terus Ketergantungan Impor

Insi Nantika Jelita
30/5/2024 14:10
Lifting Minyak Anjlok, RI akan Terus Ketergantungan Impor
Pekerja Pertamina Hulu Mahakam melihat proses pengerjaan proyek Bekapai Artificial Lift.(Dok. Antara)

ANGGOTA Komisi VII DPR RI Mulyanto berpandangan Indonesia akan terus ketergantungan terhadap impor minyak seiring penurunan target produksi siap jual (lifting) minyak.

Pemerintah menetapkan target lifting minyak mentah di 2025 sebesar sebesar 597 ribu barel per hari atau barrel of oil per day (bopd). Lebih rendah dari target lifting minyak di 2024 yang berjumlah 635 ribu bopd. Sementara, rata-rata kebutuhan minyak mentah nasional mencapai 1,4 juta bopd.

"Masa kita terus tergantung impor BBM. Hampir sebanyak 850 ribu bopd tiap harinya diimpor," ujar Mulyanto dalam keterangan resminya, Kamis (30/5).

Baca juga : Pemerintah Tetapkan Pemenang Blok Migas di Bobara Papua Barat

Dalam data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2024 disebutkan, Indonesia mengimpor minyak mentah dari Nigeria, Saudi Arabia, Angola dan Gabon. Sedangkan, sumber utama impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia ialah Singapura dengan porsi 56,58%, lalu dari Malaysia dengan 26,75%, impor BBM dari India dengan 6,28% dan negara lainnya seperti Tiongkok, Oman, Korea.

"Padahal Singapura adalah negara kecil yang tidak punya minyak, tapi kita terus impor (BBM) dari mereka," ungkap legislator dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Mulyanto mengingatkan tantangan sektor minyak dan gas (migas) ke depan akan semakin sulit. Kapasitas kilang dalam negeri bukannya bertambah, dikatakan malah turun karena terjadinya kasus-kasus kebakaran kilang, sebagaimana insiden yang baru-baru ini ada di Bontang, Kalimantan Timur. Diketahui bahwa kebakaran melahap Kilang Pertamina Indonesia (KPI) unit Balikpapan, di Balikpapan Barat, Sabtu (25/5) lalu.

Baca juga : Energi Baru Terbarukan Berjalan Jika Ekonomi dan Sektornya Tumbuh

Dia pun mendesak kepada pemerintah untuk lebih serius mengelola sektor migas agar keuangan negara tidak semakin tertekan karena meningkatnya impor yang mengakibatkan devisa terus melorot.

"Selain karena penurunan akibat ladang-ladang minyak kita yang sudah semakin tua dan masalah kebakaran di kilang, investasi di sektor ini pun semakin seret," tuding Mulyanto.

Banyak investor besar minyak disebut tidak lagi tertarik melanjutkan investasi di Tanah Air karena harus berkompetisi dengan bisnis energi baru terbarukan (EBT).

Baca juga : Dikritisi DPR, Asumsi Lifting Minyak 2024 Dipatok 615-640 Ribu Barel/Hari

Kejar Target Lifting

Terpisah, pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menuturkan berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengejar target lifting minyak 597 ribu bopd, dan 1,36 juta barel setara minyak untuk gas bumi atau setara 5.843 mmscfd di 2025.

Strategi-strategi yang dikerjakan ialah improving existing asset value atau strategi untuk mengoptimalkan produksi di wilayah kerja migas dengan peningkatan pengeboran. Ini melalui skema work over atau pekerjaan ulang di sumur minyak yang telah ada dan well service atau perawatan sumur minyak.

"Kami juga melakukan reaktivasi sumur-sumur yang idle (menganggur)," jelas Dadan di Jakarta, kemarin.

Baca juga : Harga Minyak Dunia Turun hampir 2%

Pemerintah, lanjut Dadan, juga terus melakukan pengawasan terhadap perencanaan berbagai program percepatan plan of development (POD) blok migas, mendorong percepatan proyek pengurasan minyak tahap lanjut atau yang lebih dikenal enhanced oil recovery (EOR).

"Serta, meningkatkan kegiatan eksplorasi di offshore, serta di laut dalam Indonesia bagian timur," pungkasnya.

(Z-9)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya