Belanja Praktis dengan QRIS

Saat ini, di era digitalisasi, penggunaan QRIS tentu sangat membantu masyarakat. Selain mempermudah transaksi, juga lebih terjaga keamanannya.  Pembayaran melalui QRIS dapat digunakan di berbagai tempat seperti toko, tempat wisata, tempat makan, retail, dan sebagainya yang menyediakan QRIS, termasuk jaringan minimarket Alfamart.

Bagaimana efektivitas penggunaan QRIS pada retail Alfamart di kalangan masyarakat?

Untuk mengetahui efektivitas penggunaan QRIS, Muda mencoba melakukan wawancara di Alfamart Jl. Kumbang No.19B, Babakan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Salah satu konsumen yang ditemui mengatakan, pemakaian QRIS untuk transaksi pembayaran di Alfamart sangat mempermudah konsumen karena tidak perlu menggunakan uang tunai. QRIS juga dapat diakses melalui  berbagai dompet digital seperti DANA, GoPay, Shopee, atau mobile banking. Aplikasi-aplikasi tersebut umumnya menyediakan fitur QRIS yang mudah diakses. Konsumen hanya perlu memindai QR Code melalui aplikasi bersangkutan.

“Kelebihan lain penggunaan QRIS sebagai alat transaksi pada retail Alfamart memungkinkan konsumen mendapatkan diskon dan cashback,” ujar Tina, konsumen Alfamart Babakan, Bogor Tengah, pada saat berbelanja, Sabtu (20/05/2023).

Kendati demikian, ada kalanya aplikasi yang mempunyai fitur QRIS masih mengalami kendala pada saat memindai QR code. Biasanya berupa kesulitan pada kamera pemindai apabila koneksi internet kurang bagus.

Salah satu kasir Alfamart Babakan mengamini bahwa penggunaan QRIS yaitu memberi kemudahan dalam bertransaksi. Pasalnya, konsumen dapat dengan cepat melakukan pembayaran hanya dengan memindai QR code dengan menggunakan smartphone. Kemudahan penggunaan QRIS bagi kasir juga yaitu dapat mengurangi waktu dan usaha yang diperlukan dalam proses pembayaran, dan memungkinkan antrean di kasir berkurang.

Di samping itu, konsumen yang memanfaatkan QRIS bisa membayar belanjaan mereka dengan pas. Tidak memerlukan uang kembalian. Dengan begitu, kasir juga bisa bekerja lebih cepat dalam menjaga kenyamanan konsumen.

“Tapi, kalau uang transaksi yang dikirim dari konsumen belum masuk ke kasir, kasir yang sedang bertugas yang kan bertanggung jawab untuk membayar uang belanja dari seorang konsumen tersebut karena telah terhitung sudah membayar namun ke sistem belum masuk,’’ terangnya dalam kesempatan serupa, menunjukkan bahwa sistem QRIS tidak selalu lancar.

Terlepas dari sejumlah kendala, pemakaian QRIS kiranya semakin marak di masyarakat. Hal tersebut tentunya perlu dibarengi dengan upaya edukasi dan literasi digital bagi merchant maupun konsumen. Utamanya dalam hal menjaga kerahasiaan data, seperti sandi atau PIN, juga mewaspadai penipuan melalui kode QR palsu, umpama. Demikian pula untuk akurasi dan kecepatan sistem, perlu dioptimalkan oleh penyelenggara QRIS.

Sosialisasi perihal QRIS juga perlu ditingkatkan. Apalagi bagi kalangan orang tua atau yang awam terhadap penggunaan tekonologi. Sebab, penggunaan QRIS sebenarnya dapat membantu mereka agar tidak perlu lagi ‘mengantongi’ uang tunai dalam jumlah besar.

Program semacam SIAP (Sehat, Inovatif, dan Aman Pakai) hasil kolaborasi BI dengan Kementerian Perdagangan yang menyasar peningkatan penggunaan QRIS di pasar dan sejumlah tempat lain perlu dikembangka agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui cara pemakaiannya.

Apalagi, baru-baru ini pun BI telah menjalin kerja sama dengan otoritas sistem pembayaran di sejumlah negara sehingga fitur QRIS dapat digunakan lintasnegara (cross border). QRIS juga bisa diberdayakan untuk tarik tunai dan setoran (TTS).  (M-2)