Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
UPAYA pengoyakan terhadap jalannya demokrasi di Indonesia semakin kencang mendapat perlawanan dari kaum terdidik dan intelektual. Mendekati hari H pelaksanaan Pemilu 2024, desakan agar elite penguasa kembali ke jalan demokrasi dan konstitusi yang benar kian banyak disuarakan oleh sivitas akademika perguruan tinggi (kampus).
Setelah sivitas akademika UGM dan UII di Yogyakarta mendesak penyelamatan demokrasi, kemarin, sivitas akademika Universitas Indonesia (UI), Universitas Andalas (Unand) Padang, serta Forum Guru Besar dan Dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar menyerukan desakan serupa. Mereka mengkritik tata kelola pemerintahan serta kehidupan demokrasi nasional yang semakin merosot.
Sivitas akademika UI menggelar aksi Genderang Universitas Indonesia Bertalu Kembali di bundaran (Rotunda) depan Rektorat UI. "Jelang Pemilu 2024 kami terpanggil menabuh genderang, membangkitkan asa, dan memulihkan demokrasi negeri yang terkoyak," kata narahubung aksi Sulistyowati Irianto.
Baca juga : Guru Besar dan Dosen Unhas Minta Presiden Jokowi Berada di Koridor Demokrasi yang Benar
Negeri ini, ucapnya, tampak kehilangan kemudi akibat kecurangan dalam perebutan kuasa yang menggerus keluhuran budaya dan kesejatian bangsa. "Maka, warga dan alumni UI prihatin atas hancurnya tatanan hukum dan demokrasi, dan hilangnya etika bernegara dan bermasyarakat," tegasnya.
Di Padang, Sumatra Barat, Manifesto Unand untuk Penyelamatan Bangsa yang diteken puluhan dosen dan mahasiswa menyatakan menolak segala bentuk praktik politik dinasti dan pelemahan institusi demokrasi. "Kita mendesak Presiden Joko Widodo tidak menggunakan kekuasaan yang memicu terjadinya praktik kecurangan pemilu," kata Rudi Febriamansyah, yang didapuk membacakan manifesto di Convention Hall Unand, Kota Padang.
"Kita juga mengajak masyarakat bersikap kritis dan menolak politisasi bantuan sosial untuk kepentingan politik status quo/kelompok tertentu dalam politik elektoral, kekerasan budaya, pengekangan kebebasan berekspresi, berkumpul, dan berpendapat, serta penyusutan ruang sipil."
Baca juga : Koalisi Dosen Universitas Mulawarman Desak Jokowi Hentikan Politik Dinasti
Dari Makassar, Sulawesi Selatan, Forum Guru Besar dan Dosen Unhas mulai bergerak dengan menyampaikan pernyataan sikap penyelamatan demokrasi. "Kita menjaga koridor demokrasi. Kalau ada yang keluar (jalur), wajib kampus mengingatkan kembali. Itu tugas kampus sebagai penjaga peradaban, penjaga demokrasi," ujar inisiator kegiatan, Prof Amran Razak.
Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) juga menyatakan sikap prihatin atas proses demokrasi yang berjalan menyimpang. Mereka menyeru Pemilu 2024 mesti menjadi momentum untuk memilih pemimpin yang mampu membawa Indonesia menjadi negara bermartabat.
Baca juga : Keprihatinan Menguat, Akademisi dan Intelektual Bergerak
Hak demokrasi
Pengamat budaya politik Okky Madasari menyebut fenomena protes sivitas kampus di Tanah Air itu merupakan bentuk mosi tidak percaya kelompok menengah terdidik terhadap rezim penguasa. Tindak tanduk penguasa sudah dipandang tidak dapat diterima, baik secara logika, hati nurani, maupun nilai etika. "Ini adalah protes keras kelompok intelektual terhadap Presiden Jokowi," terang Okky kepada Media Indonesia, kemarin.
Sejarah, kata dia, selalu menunjukkan bahwa gerakan perubahan atau revolusi selalu dimulai dengan kegelisahan dan kemarahan kelas menengah. "Kita menunggu ITB, IPB, Unpad, Unair, Undip, dan secara psikologis penting, UNS," ujarnya.
Baca juga : Civitas Akademika Ramai-ramai Kritik Jokowi, Cak Imin: Artinya Lampu Merah
Tokoh prodemokrasi yang juga mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas menyatakan sependapat dengan para guru besar yang mengkritisi sikap politik Jokowi. Sikap Presiden mendukung dan berpihak kepada paslon tertentu dalam Pemilu 2024 telah membuat runtuhnya etika politik pemimpin bangsa.
Di sisi lain, Presiden Jokowi tak ambil pusing dengan munculnya sejumlah petisi untuk dirinya. Ia menganggap itu bagian dari hak demokrasi. "Itu hak demokrasi. Setiap orang boleh berbicara, berpendapat," ujarnya di Tanjung Priok, Jakarta, kemarin. (LN/YH/Tri/Van/Bob/X-3)
Baca juga : Dikritik Civitas Akademika UGM, UII, hingga UI, Jokowi: Itu Hak Demokrasi
PROFESOR Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) Ni'matul Huda mengatakan harus ada pembenahan yang serius di dalam hal rekrutmen pejabat negara.
Rektor UII kemudian mengajak semua wisudawan dan hadirin, untuk meningkatkan empati atas penjajahan yang terjadi di Palestina.
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Fathul Wahid mendesak partai politik yang kalah dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 untuk menjadi oposisi penyeimbang
FORUM Rektor Indonesia (FRI) akan menggelar Deklarasi Pemilu Damai di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Sabtu (3/2) malam,
WAKIL Direktur Imparsial Ardi Manto Adiputra menilai gelombang protes yang menyuarakan keprihatinan atas kondisi demokrasi terkini makin besar. Ditandai dengan pernyataan sikap
Pihak rektorat universitas justru mengatakan bahwa petisi yang berisikan kritik terhadap Jokowi tersebut, tidak mewakili kampus
FORUM guru besar, dan dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) di Makassar, Sulawesi Selatan meminta agar Presiden Joko Widodo dan jajarannya tetap berada pada koridor demokrasi yang benar.
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas), Profesor Dr. Abrar Saleng, dipercayakan sebagai salah satu panelis debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) kedua Pilpres 2024.
Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu mengatakan kiprah SYL tidak main-main di pemerintahan dan sangat layak mendapatkan gelar ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved