Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PSIKOLOGI forensik kemungkinan masih terdengar asing di telinga Anda. Ilmu ini menggabungkan praktik psikologi dan hukum.
Para pekerja psikologi forensik memanfaatkan keahlian psikologis yang diterapkan pada sistem peradilan.
Jadi apa sebenarnya psikologi forensik?
Istilah psikologi forensik berasal dari forum Latin. Artinya, alun-alun, ruang publik tempat pengadilan umum berlangsung di zaman Romawi.
Baca juga: KPK Soroti Pencurian Data di Lembaga Pemerintahan
Dengan demikian, psikologi forensik merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari dan mengintervensi proses peradilan guna menyediakan data dan pengetahuan yang membantu penyelesaian suatu kasus.
Kendati psikologi forensik dianggap sebagai bidang khusus yang agak baru dalam psikologi, bidang ini sebenarnya berasal dari perjalanan paling awal sejarah psikologi.
Para filsuf dan ilmuwan telah lama berusaha memahami apa yang membuat orang melakukan kejahatan, berperilaku agresif, atau terlibat dalam perilaku antisosial.
Psikologi forensik adalah bidang khusus yang relatif baru. Bahkan, psikologi forensik baru resmi diakui sebagai daerah khusus oleh American Psychological Association pada 2001. Meskipun demikian, bidang psikologi forensik memiliki akar yang tanggal kembali ke Wilhelm Wundt, lab psikologi pertama di Leipzig, Jerman.
Profesional psikologi forensik adalah psikolog forensik, dan peran mereka adalah mengumpulkan, mempelajari, dan menafsirkan dengan benar berbagai data psikologis yang dapat memberikan elemen penting untuk uji coba.
Profesi psikologi forensik selain lulusan psikologi juga harus memiliki pengetahuan dan perangkat hukum yudisial, prosedural dan pidana. Hal ini memungkinkan mereka memiliki latar belakang yang diperlukan untuk dapat memahami proses peradilan secara akurat dan menerapkan teknik psikologis dengan benar di bidang ini.
Psikolog forensik juga bisa bekerja sama dengan pengacara, ahli, jaksa, dan hakim. Faktanya, psikolog forensik bertindak sebagai ahli ketika menawarkan kesaksian profesional mereka dalam persidangan tertentu, memberikan data dan pengetahuan yang menarik untuk bekerja sama dengan Kehakiman dan memastikan bahwa keadaan kasus dapat diklarifikasi, setidaknya dalam hal apa yang menjadi perhatian. untuk aspek psikologis dan/atau psikopatologis tertentu dari beberapa atau semua pihak yang terlibat. Saat ini, psikolog forensik tidak hanya tertarik untuk memahami mengapa perilaku seperti itu terjadi, tetapi juga membantu meminimalkan dan mencegah tindakan tersebut.
Psikolog forensik biasanya memiliki tugas melakukan otopsi psikologi, wawancara investigasi pelaku, wawancara para saksi, dan melakukan criminalprofiling atau mencari gambaran perilaku dan profil pelaku.
Ini adalah beberapa fungsi psikologi forensik
1. Mengetahui Kondisi Kejiwaan Pelaku Tindak Pidana
Melalui psikologi forensik, kondisi kejiwaan pelaku tindak pidana bisa diketahui lebih rinci. Ini adalah fungsi yang sangat membantu untuk mengetahui apakah pelaku mengalami gangguan kejiwaan atau tidak.
2. Membantu Pendekatan Psikis pada Proses Penyidikan
Pendekatan secara psikis bisa dilakukan melalui psikologi forensik. Kita bisa melihat bagaimana pelaku tindak pidana kadang-kadang tidak mau kooperatif dengan memberikan keterangan yang berbelit-belit. Kita bisa juga mempelajari mengenai ciri pendekatan dalam psikologi komunikasi.
3. Memberi Masukan dalam Proses Penyidikan
Proses penyidikan yang berlangsung bisa juga merujuk pada masukan dari psikologi forensik. Ini artinya, langkah-langkah apa saja yang perlu ditempuh bisa dibantu melalui faktor dari psikologi forensik.
4. Menemukan Kejanggalan-kejanggalan Psikis
Sebagaimana telah dijelaskan dalam poin awal, seseorang bisa saja memanipulasi dirinya untuk menghindari tuntutan. Oleh karenanya, peran psikologi forensik dalam penyidikan tindak pidana salah satunya adalah untuk menemukan kejanggalan tersebut.
5. Mengungkap Motif Pelaku Tindak Pidana
Psikologi forensik dapat mengungkap motif dari pelaku tindak pidana. Ini dilakukan terutama untuk mengetahui apa alasan sebenarnya seseorang melakukan kejahatan. Motif tindak pidana ini kemudian yang bisa menjadi dasar untuk pemberian hukuman yang tepat kepada seseorang tersebut. (OL-1)
PAKAR hukum pidana mengecam putusan majelis hakim terhadap Gregorius Ronald Tannur yang mendapatkan vonis bebas dalam kasus kasus pembunuhan Dini Sera Afrianti.
Yosep Hidayah, terdakwa kasus pembunuhan istri dan anaknya, Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu alias Amel, menghadapi sidang vonis di PN Subang.
Sebanyak 18 orang yang terlibat dalam kasus korupsi pengelolaan komoditas timah di PT Timah Tbk dari tahun 2015 hingga 2022 telah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Selatan
Juru parkir di Yogyakarta ditangkap kepolisian akibat melakukan pungutan liar (pungli). Ia menarik baya parkir lima kali lipat dari ketentuan membuatnya bakal diseret ke pengadilan.
Presiden Joe Biden mengkritik keputusan Hakim Distrik AS Aileen Cannon yang membatalkan kasus dokumen rahasia terhadap Donald Trump.
Donald Trump meminta Hakim Juan Merchan membatalkan putusan bersalahnya dalam kasus uang diam New York setelah putusan Mahkamah Agung tentang imunitas presiden bulan lalu.
Polisi masih menunggu hasil pemeriksaan ahli psikologi forensik untuk mengetahui motif Yudha Arfandi menenggelamkan anak artis Tamara Tyasmara, Dante, 6, di kolam renang.
Dalam debat capres putaran kelima Pilpres, Reni akan membawa kecerdasan dalam psikologi forensik untuk membantu mengurai isu-isu kompleks terkait hukum, keadilan, dan kesejahteraan.
Reza menyarankan agar pihak kepolisian dapat terus bekerja dengan lebih cepat dan konsisten dalam menangani setiap ancaman yang ada agar kasus itu tidak terjadi lagi dikemudian hari.
Pakar psikologi menjelaskan bahwa joget berulang tanpa memperhatikan konteks acara, ditambah pernyataan-pernyataan yang serba mengambang dan terputus, bisa menjadi satu pertanda.
"Bagaimana memastikan bahwa yang bersangkutan bunuh diri dan bukan kecelakaan? Ada catatan yang mendiang tinggalkan?" kata Reza
Polri perlu mengambil langkah tegas guna menginterupsi kekerasan di media sosial yang dapat bereskalasi menjadi kekerasan di dunia nyata.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved