Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Partai Amien Rais harus Miliki Distingsi Positif

Ade Alawi
03/10/2020 07:33
Partai Amien Rais harus Miliki Distingsi Positif
Amien Rais(MI/Ardi Teristi Hardi )

PARTAI UMMAT besutan mantan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais jika menjadi partai Islam harus memiliki pembeda yang positif dibandingkan partai nasionalis. Bisa pula memiliki pembeda dengan partai Islam lainnya di mana sejumlah elitenya terjerat kasus korupsi.

“Menempatkan Islam sebagai pijakan partai sejatinya mulia, bahkan strategis, apabila mampu menjadikannya sebagai distingsi positif sekaligus trade mark partai Islam di tengah keremangan partai,” kata pakar politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Bakir Ihsan, saat dihubungi, Jumat (2/10).

Kepastian deklarator partai matahari itu membangun partai baru yang bernama Partai Ummat disampaikan dalam Mukaddimah Partai Ummat yang diunggah di akun YouTube Amien Rais Official, Kamis (1/10).

Baca juga: Partai Amien Rais Bisa Layu Sebelum Berkembang

"Partai Ummat insya Allah bertekad bekerja dan berjuang bersama anak banga lainnya melawan kezaliman dan menegakkan keadilan," kata Amien.   

Dia juga mengatakan Partai Ummat akan memegang teguh Pancasila, UUD 1945, dan semua aturan demokrasi universal.

Pembentukan Partai Ummat oleh Amien Rais merupakan imbas perpecahan pasca-Kongres V PAN di Kendari, Sulawesi Tenggara, Februari 2020 lalu.

Amien mendukung pasangan Mulfachri Harahap-Hanafi Rais melawan petahana dalam pemilihan ketua umum PAN baru. Dalam kongres yang berlagsung ricuh itu, Zulkifli Hasan, yang merupakan besan Amien Rais, terpilih menjadi Ketua Umum PAN periode 2020-2026.

Bakir mengatakan masyarakat tidak menemukan pembeda antara partai Islam dengan partai nasionalis sekuler.

“Dalam hal perilaku politik, misalnya, tidak ada pembeda antara partai Islam dengan partai nasionalis. Semua partai baik Islam maupun sekuler pernah terlibat korupsi. Semua sama saja,” cetus Dosen FISIP UIN Jakarta ini.

Dalam kondisi tersebut, kata dia, partai yang punya peluang menang adalah partai yang lebih dikenal dan lebih dekat serta lebih jelas sumbangsihnya bagi masyarakat. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya