Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Panen Belum Merata Jadi Penyebab Harga Beras Tetap Tinggi

Widjajadi
21/2/2024 19:00
Panen Belum Merata Jadi Penyebab Harga Beras Tetap Tinggi
Gelaran Grebeg Pasar Bulog bersama Pemkot Solo mendapatkan sambutan antusias dari masyarakat.(MI/Widjajadi)

HARGA beras premium masih rerata di atas Rp16 ribu, meski panen padi di sejumlah wilayah Jawa Tengah, sudah berlangsung. Hal ini terjadi karena panen tidak merata, dan belum memasuki masa panen raya, hingga gilirannya pasokan di pasar masih kurang.

"Ya seperti saya selaku penggilingan beras, meski panen gabah petani di kabupaten Sragen sudah lumayan, namun masih harus mencari ke luar daerah yang panen, seperti Demak, Grobogan atau Ngawi. Ya ibarat ada gula ada semut. Kalau tidak begitu ya gak bisa giling," tukas Wiwit Widyastuti, pemilik penggilingan beras di Sambung Macan, Sragen kepada Media Indonesia, Rabu ( 21/2).

Dia yang mengaku menggiling gabah menjadi beras sebanyak 30 ton per hari, langsung memasok pasar lokal di Bumi Sukowati dengan harga Rp 16 ribu. Harga itu disesuaikan dengan pembelian gabah kering panen (GKP) yang beberapa hari terakhir juga sudah menurun pada angka Rp7.300-Rp7.400.

Baca juga : Inkoppas Salurkan Beras SPHP

Menurut dia, mendekati masa coblosan Pemilu 2024, harga gabah masih di kisaran Rp8.200, lalu terus turun menjadi Rp7.700-Rp7.800. Saat itu hasil penggilingan beras di tempatnya juga masih lumayan tinggi di atas Rp16.000 dan penjual di pasar tentu juga mencari untung.

"Padahal belum panen raya, sehingga pasokan di pasar juga belum normal, dan harga pun bertahan tinggi. Bulog memang harus terus mengintervensi, agar harga bisa diturunkan, sampai datangnya panen raya," tukas dia sekali lagi.

Dari gambaran yang diberikan pengusaha beras yang akrab disapa Wiwit Krujon ini, tidak heran kalau pedagang beras di pasar juga mengeluh. 

Baca juga : Harga Beras Bertahan Tinggi, Penggilingan Minim Untung

"Omset terus turun, karena kita menjual juga mengikuti harga pasokan tinggi. Juga masih sulit memperoleh pasokan, dan pembeli pun mengurangi pembelian," tukas Wulan, penjual beras Pasar Bunder, Sragen.

Ia pun menyuarakan keluhan konsumen agar pemerintah bersama Bulog menggelar Operasi Pasar, sebagai upaya menstabilkan atau menekan harga. 

"Kalau ketersediaan barang banyak, dengan cara OP ini bisa menurunkan harga beras. Ya ini juga untuk mengantisipasi aksi borong," imbuh dia.

Baca juga : Stok Beras Pedagang di Pasar Gedhe Klaten Menipis

Situasi harga beras di pasar utama Kota Solo ada kecenderungan turun, setelah Bulog Surakarta sejak 20 Februari menggelar Grebeg Pasar, dengan menggelontor beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) kepada konsumen, dan pada saat sama melaksanakan Gerakan Pasar Murah (GPM) di kantor kantor kelurahan.

Kepala Bulog Surakarta Andy Nugroho mengatakan, grebeg pasar dan GPM dilaksanakan secara bersamaan untuk menekan harga beras yang masih bertahan tinggi. 

"Kami yakin intervensi ini akan menurunkan harga. Grebeg Pasar dilakukan secara bergilir di pasar pasar Solo dari 20 Februari hingga 4 Maret," tukas dia.

Selain itu, Bulog juga masih memasok beras SPHP di ritel ritel modern seperti Transmart, Hypermart, Indomaret, Alfamart, dan Indogrosir sebagai penyebaran menekan harga. "Mereka menjual sesuai HET, tidak.mungkin dinaikkan," imbuh dia. 

Dengan stok beras importasi yang masih melimpah, Bulog juga masih ditugasi pemerintah menggelontorkan Bantuan Pangan Beras gratis sebanyak 10 kg kepada PBP (penerima bantuan pangan) tiap bulannya selama 6 bulan ke depan. (WJ/Z-7)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya