Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Para petani irigasi teknis Waduk Cengklik, Ngemplak, Boyolali meratapi ribuan hektare tanaman padi MT (musim tanam) II milik mereka yang diserang hama wereng, dan sulit diselamatkan. Sebagian petani terpaksa memanen dini, karena padi sudah berumur lebih dari 70 hari, dan tidak ingin gagal total.
"Ya, kerugian petani besar sekali. Karena dalam kondisi normal hasil panen per hektare rata rata bisa mencapai 7 ton-8 ton, dengan uang minimal Rp30 juta. Dengan serangan wereng ini, paling yang bisa diselamatkan hanya sekitar 15%," tegas Ketua Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air (GP3A) Waduk Cengklik, Samidi yang diamini dua anggotanya, Surya dan Yatin di Desa Donohudan, Ngemplak, Rabu (29/7).
Dengan sergapan hama wereng sangat masif yang menimpa ribuan hektare tanaman padi di belasan desa wilayah Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali itu, petani hanya dapat pasrah. Langkah penyemprotan dari Dinas Pertanian Boyolali maupun inisiatif petani sudah tidak mampu menolong lagi.
Baca Juga: Hama Wereng Merebak di Klaten
Menurut dia, serangan hama wereng di hamparan padi irigasi teknis di 17 desa wilayah Kecamatab Ngemplak ini sangat mengejutkan. Karena sudah lebih 10 tahun, terhindar dari amukan hama, khususnya wereng. Bahkan hamparan padi di Desa Giriroto yang menjadi asal tumpah darah Presiden Jokowi pun, juga sulit diselamatkan.
''Ya ini karena lengahnya PPL (petugas penyuluh lapangan) dan PPH (petugas pengamat hama) yang jarang ke lapangan. Petani sudah mengeluhkan, dan bahkan minta penyemprotan, namun petugas terlambat mengantisipasi. Hama wereng sangat cepat berpindah dan menyerang secara merata," imbuh tokoh petani Ngemplak ini sekali lagi.
Terkait asuransi usaha tani padi (AUTP), baik Samidi maupun dua anggotanya, yakni Surya dari Desa Dibal dan Yatin dari Donohudan mengaku pesimistis. Hal ini ditegaskan bukan karena apriori, namun petugas asuransi sering terlambat datang terkait laporan padi rusak atau puso karena hama atau bencana, dan kadang membuat alasan beda, sehingga petani kesulitan mendapatkan klaim asuransi.
Baca Juga: Atasi Hama Padi, Serdang Bedagai Gerdal Wereng
"Ya tadinya cukup banyak petani yang masuk menjadi anggota AUTP. Tapi karena banyak hal yang sulit dimengerti petani, di samping birokrasi pengurusan asuransi, akhirnya petani di wilayah Ngemplak ini tidak semua ikut, " tandas dia.
Di samping serangan hama wereng, Samidi selaku yang dituakan dalam organisasi GP3A Waduk Cengklik juga berharap, pemerintah lebih serius memperhatikan kebutuhan petani dalam kemanfaat air irigasi.
Sebab, lanjut dia, kondisi waduk tua peninggalan Belanda ini sudah tidak lagi maksimal mengoncori air ke hamparan sawah di 17 desa yang menjadi penerima manfaat. Penyebab utamanya adalah pendangkalan atau sedimentasi yang parah, hingga kapasitas waduk yang tadinya bisa terisi 17,5 juta meter kubik itu, kini hanya tinggal 5 juta m3 lebih sedikit.
''Harus ada pengerukan yang maksimal, jika tidak ya sawah yang paling jauh, seperti Desa Giriroto yang merupakan desa tempat orang tua Jokowi, tidak akan kebagian air. Meski di sana ada embung senilai puluhan miliar juga tidak akan mencukupi pengairan sawah, " paparnya.
Pihak GP3A Waduk Cengklik sudah berulangkali mengajukan usulan kepada Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dan juga Pemkab Boyolali, namun belum mendapatkan perhatian serius. Pernah dikeruk, tapi tidak lebih untuk perbaikan tanggul.
Para petani irigasi teknis Waduk Cengklik juga pernah memprotes pemerintah, ketika ada rencana pemanfaatan air baku untuk minum. Terlebih daya tampung air waduk yang sudah banyak menyusut, dan petani semakin sulit mendapatkan secara memadai, sehingga dikhawatirkan rencana pengambilan air baku akan menyengsarakan.
''Memang petani bisa membuat sumur pantek, tapi ini jelas memberatkan petani karena ongkos produksi menjadi berlipat lipat. Karena itu, para petani berharap pemerintah bisa memperhatikan curhat petani. Pokoknya petani siap membantu ketahanan pangan, dan pemerintah mengurus infrastruktur pertanian dengan baik, " pungkas Samidi yang diamini sejumlah petani yang berkumpul di warung pinggir sawah Donohudan. (WJ/OL-10)
Puluhan hektare sawah di Purwakarta terancam gagal panen setelah pasokan air mengering.
Kementan terus mendorong program perluasan Areal Tanam (PAT) Padi
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengeklaim program pompanisasi yang saat ini digencarkan Kementerian Pertanian berhasil meningkatkan produksi padi.
Gebyar Perbenihan Tanaman Pangan Nasional IX akan kembali diadakan, menjadi ajang bergengsi untuk mengeksplorasi dan memamerkan berbagai varietas tanaman pangan unggulan.
Program penanaman padi apung yang dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan di beberapa kabupaten dalam dua tahun terakhir mengalami kegagalan.
GELAGAT pemerintah yang menjadikan perubahan iklim sebagai alasan gagalnya swasembada pangan tak dapat dibenarkan. Semestinya itu memacu upaya pengambil kebijakan berbuat lebih.
Petani di daerah tersebut berharap ada perhatian dan solusi dari pemerintah untuk mengatasi kekurangan air untuk lahan persawahan agar panen tetap berkelanjutan.
serangan hama wereng batang coklat (WBC) dan tikus yang terjadi di wilayah Kabupaten menyebabkan banyak para petani mengalami kerugian setelah lahan yang telah mereka tanam terserang hama
Akibatnya bencana alam kekeringan lahan sawah yang sebelumnya melanda sekitar 100 ha (hektare) di Kabupaten Pidie, kini terus meluas ke Kabupaten Aceh Besar. Itu karena sejak dua bulan terakhir
Sekitar 100 hektare (ha) sawah di Pidie, Aceh, kini mengalami kekeringan. Lahan seluas itu tersebar di Kecamatan Indrajaya, Sakti, Mila dan Kecamatan Delima.
Sejumlah desa yang jagungnya gagal panen tersebar di Kecamatan Panceng. Antara lain, lahan di Desa Pantenan, Ketanen, Banyutengah, Prupuh, Wotan, Suwalan, Sumurber, Serah, Sukodono
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved