Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Tangkuban Parahu Masih Erupsi, Subang Buat Jalur Evakuasi

Depi Gunawan
23/8/2019 17:15
Tangkuban Parahu Masih Erupsi, Subang Buat Jalur Evakuasi
Papan jalur evakuasi dampak erupsi Gunung Tangkuban Parahu dipasang di sejumlah kawasan rawan bencana (KRB) Kabupaten Subang.(MI/Depi Gunawan)

RELAWAN Potensi SAR Pasundan bersama Bharawana Unjani dibantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Subang melakukan pemetaan kawasan rawan bencana (KRB). Ini menyusul peningkatan status Gunung Tangkuban Parahu yang berada pada level II (waspada).

Lokasi yang berpotensi terdampak bencana letusan Gunung Tangkuban Parahu di wilayah Subang adalah Kecamatan Ciater dan Sagalaherang yang berjarak sekitar 4-5 kilometer dari pusat kawah.

"Sebagai langkah awal, kami bersama unsur relawan lainnya membantu warga Ciater dan BPBD melakukan pemetaan wilayah dalam rangka pemasangan papan penunjuk jalur evakuasi dan titik kumpul," kata personel Potensi SAR Pasundan Asep Koswara di sekitar kawasan Tangkuban Parahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (23/8).

Asep menyebutkan pemasangan jalur evakuasi tahap pertama telah dikerjakan sejak tanggal 21 Agustus dan akan terus dikerjakan hingga semua kawasan rawan bencana terpasang jalur evakuasi. Hal ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat saat mengungsi atau menentukan titik kumpul manakala terjadi bencana atau hal yang tidak diinginkan lainnya.

"Pemasangan jalur evakuasi baru di dua titik yaitu di Desa Cicenang dan Ciater, ada sekitar 20 papan jalur yang sudah terpasang. Untuk titik kumpul evakuasi yakni di lapangan bola Dawuan dan lapangan parkir barat Ciater," ungkapnya.

Baca juga: Pengamatan Tangkuban Parahu tidak Terganggu Pemadaman

Selain pemasangan rambu jalur evakuasi, dia mengaku relawan juga membuat konsep mitigasi bencana berbasis masyarakat dengan tujuan menjadikan wilayah Ciater sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana) sesuai program BNPB dalam rangka penanganan risiko bencana.

"Warga Ciater diberi pelatihan agar mandiri dalam mitigasi bencana, mulai dari prabencana, saat bencana hingga pascabencana. Boleh dibilang, Desa Ciater memiliki satuan SAR sendiri, para orangtuanya bisa diberdayakan membuat dapur umum, dan aparat desa menjadi pusat data warga yang terdampak," tuturnya.

Lebih jauh, tujuan utama pelatihan untuk mendidik warga supaya sadar sehingga berdampak pada jumlah korban dan kerusakan infrastruktur bisa diminimalisir jika sewaktu-waktu bencana itu terjadi.

Dia menjelaskan, konsep ini akan berjalan berkesinambungan, tidak hanya selesai saat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu kembali dinyatakan normal.

"Usulan kami masih dalam bentuk lisan, tapi akan ditindaklanjuti dengan
membuat konsep tertulis secara detail. Kami bersyukur, usulan ini mendapat sambutan baik dari warga dan aparat pemerintahan Subang," pungkasnya.(OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya