Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PERNAH merasakan nyeri? Nyeri leher, bahu, pinggang, lengan, atau kaki memang mengganggu, ya. Apalagi jika rasanya tak kunjung hilang, bolak-balik kambuh, bahkan menetap. Jika Anda mengalami masalah ini, mungkin tindakan medis yang disebut Interventional Pain Management (IPM) bisa membantu mengatasi nyeri tersebut.
Dokter pakar intervensi nyeri dari Pain Clinic Siloam Hospitals Bekasi Timur, dr. Reno Yonora, Sp.AN, FIP, menjelaskan, IPM merupakan suatu tindakan minimal invasif (bedah sayatan kecil) yang dilakukan dengan panduan alat radiologi untuk mengobati nyeri akut dan kronik secara jangka panjang atau permanen.
“Terapi ini dilakukan dengan cara mengeblok saraf yang menjadi jalur perjalanan sinyal nyeri ke otak,” ujar dr. Reno di acara Media Gathering dan Bincang Sehat Siloam Hospitals Bekasi Timur, baru-baru ini.
Baca juga : Walau Alami Nyeri Tulang Belakang, Warga Diingatkan Tetap Aktif
Perlu dipahami, rasa nyeri muncul ketika terjadi masalah dan sel saraf reseptor rasa nyeri memberi sinyal ke otak. Perjalanan sinyal nyeri itu dimulai dari sumber nyeri, berlanjut ke saraf tepi, kemudian ke sumsum tulang belakang, hingga sampai di otak. Otak kemudian memproses, menerjemahkannya sebagai rasa nyeri dan memberi tahu tubuh untuk bereaksi terhadap gangguan yang menimbulkan rasa nyeri. Nah, ketika jalur perjalanan sinyal nyeri menuju otak diblok, sinyal nyeri tak akan sampai ke otak. Nyeri pun tak dirasakan.
“Tindakan ini menggunakan gelombang radiofrekuensi untuk menonaktifkan atau menenangkan jaringan saraf yang menghantarkan sinyal nyeri. Gelombang radiofrekuensi ini dihasilkan oleh alat khusus dan dihantarkan melalui jarum yang diarahkan menuju saraf tersebut. Agar tepat sasaran, prosesnya dibantu alat radiologi sebagai pemandu seperti ultrasonografi (USG), fluoroskopi, atau C-Arm,” terang dr. Reno.
Baca juga : Terapi Sel Punca Diyakini Bisa Kurangi Nyeri Tulang Belakang
Indikasi yang Tepat
Dokter Reno menambahkan, IPM menjadi pilihan tepat untuk pasien nyeri dengan kondisi berikut:
Mengalami nyeri akut maupun kronis, terutama jika pengobatan secara konvensional menggunakan obat-obatan penghilang rasa nyeri tidak berhasil.
Baca juga : Melawan Nyeri Sendi dan Pegal Linu Bisa dengan Mengonsumsi Minuman Ini
Pasien yang telah menggunakan obat penghilang nyeri dalam waktu lama, sehingga timbul efek samping seperti gangguan lambung dan ginjal.
Tidak bisa minum obat nyeri karena alergi, memiliki penyakit gangguan ginjal, dan gangguan pencernaan.
Pernah menjalani operasi, tetapi masih saja nyeri.
Ingin menghindari operasi jika memungkinkan.
“Prosedur IPM tergolong minimally invasive sehingga waktu pemulihan pascatindakan relatif singkat. Hasilnya pun akan meningkatkan kualitas hidup karena dapat mengatasi nyeri secara jangka panjang, bahkan permanen,” pungkas dr. Reno. (RO/B-1).
Jangan terjebak mitos seputar nyeri pinggang dan punggung, serta saraf kejepit. Mari pahami penjelasan dokter berikut ini.
Salah satu pemicu rasa sakit di pinggang sebelah kanan yaitu penyempitan tulang belakang. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh radang sendi yang berkaitan dengan penuaan.
Saraf kejepit merupakan kondisi berbahaya yang biasanya ditandai dengan rasa nyeri di area tubuh tertentu, termasuk di area pinggang.
Data menunjukkan setiap orang dalam hidup mereka minimal pernah mengalami satu kali periode nyeri pinggang.
NYERI pinggang tidak selalu karena saraf terjepit. Ada 60-an penyebab nyeri di bagian pinggang.
Skoliosis lebih sering terjadi 85% pada usia muda, terutama kepada perempuan menjelang menstruasi pertama atau sekitar usia 10 tahun ke atas.
Saraf terjepit bisa disebabkan dari banyak faktor mulai bantalan tulang belakang yang pecah menjepit saraf, atau karena bantalan tulang belakang yang menipis karena faktor usia.
Penyebab terjadinya nyeri tulang punggung karena tulang belakang seperti otot kaku, bantalan tulang belakang rusak, peradangan sendi, atau pengeroposan.
Tradisi menganggap bersandar sebagai sikap yang buruk dan merusak, penelitian terbaru menunjukkan tidak ada hubungan antara bersandar dan nyeri tulang belakang.
Dokter ortopedi mendorong masyarakat memerikasakan kesehatan tulang untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal kondisi seperti radang sendi dan osteoporosis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved