Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Tim Penyelamat Menemukan 62 Jasad Migran

Media Indonesia
28/7/2019 08:15
Tim Penyelamat Menemukan 62 Jasad Migran
Petugas di lepas pantai Libia menutupi tubuh korban migran yang tenggelam setelah kapal yang mereka tumpagi tenggelam.(AFP)

PETUGAS di lepas pantai Libia mengatakan bahwa pihaknya telah mengevakuasi 62 jasad migran, Jumat, (26/7) waktu setempat. ­Migran tewas setelah menyeberangi laut untuk mencari tempat suaka yang lebih layak jika dibandingkan dengan negara mereka.

Sementara itu, ada sekitar 145 migran yang telah diselamatkan oleh petugas pantai Libia. Ratusan migran ini tenggelam di laut setelah kapal yang mereka tumpangi karam karena kelebihan muatan. “Tim Bulan Sabit Merah kami telah membantu proses evakuasi 62 migran dari perairan sejak Kamis malam,” ujar kepala unit penyelamatan Bulan Sabit Merah Libia Abdelmoneim Abu Sbeih.

“Tubuh para migran itu mengambang di pantai terus menerus,” tambahnya.

Tak hanya petugas penjaga pantai dan Palang Merah Libia yang membantu proses penyelamatan. Seorang nelayan yang tengah melaut juga membantu proses evakuasi migran.

Kepala badan pengungsi PBB Filippo Grandi menyebut kecelakaan itu merupakan kejadian terburuk tahun ini.

Juru bicara angkatan laut Libia Jenderal Ayoub Kacem mengatakan sebagian besar migran berasal dari Eritrea meskipun Palestina dan Sudan juga di antara kelompok yang menunggu untuk dibawa ke pusat penerimaan.

Otoritas setempat mengumpulkan dan menyimpan jasad para korban, tetapi menghadapi masalah untuk menemukan tempat permakaman bagi mereka.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa ia ‘ngeri’ mendengar tragedi itu. “Kami membutuhkan jalur yang aman dan legal bagi para migran dan pengungsi. Setiap migran yang mencari kehidupan yang lebih baik layak mendapat keselamatan dan martabat,” ujar Antonio Guterres.

Salah satu korban yang selamat, Abdallah Osman, menyebut ketika kapal mereka ada dalam masalah, semua orang tidak bisa mengambil tindakan.

“Banyak anak tidak bisa bere­nang dan mereka menyerah karena kelelahan,” katanya.

Komisaris tinggi PBB untuk pengung­si (UNHCR) mengatakan jumlah kematian yang dikonfirmasi pada rute Libia ke Eropa ialah 164 sejak awal tahun ini.

Eksodus besar dari pantai Afrika utara ke Eropa dimulai setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan diktator Libia Moamar Khadafi.

Para pemimpin Eropa berupaya membendung aliran kapal migran melintasi Mediterania, termasuk bermitra dengan penjaga pantai Libia.

“Peristiwa mengerikan ini sekali lagi menyoroti perlunya perubahan dalam pendekatan terhadap situasi Mediterania. Diperlukan tindakan mendesak untuk mencegah orang naik kapal-kapal ini dengan menawarkan alternatif yang lebih aman dan legal,” kata salah seorang juru bicara UNHCR, Charlie Yaxley. (AFP/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya