Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Dari Sampah jadi Substitusi Batubara

Dro/S1-25
14/8/2020 04:26
Dari Sampah jadi Substitusi Batubara
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati, melalukan peninjauan di Kabupaten Cilacap, 22 Juli 2020.(dok klhk)

SAMPAH masih menjadi persoalan, baik bagi lingkungan maupun bagi kehidupan manusia. Seiring terus bertumbuhnya populasi manusia di suatu wilayah, sebesar itu juga sampahnya bertumbuh.

Untuk menyelesaikan persoalan ini dibutuhkan suatu pendekatan komprehensif dari hulu ke hilir, dengan memilah sampah sebagai langkah pertama di hulu.

Seiring dengan perkembangan teknologi, pengolahan sampah di hilir tidak lagi sekadar di bakar, kini bisa diolah menjadi energi.

Salah satu teknologi yang kini digunakan adalah Teknologi RDF (refused derived fuel). Pada teknologi ini mengolah sampah melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil atau bio masa. Produk akhir ini nantinya akan digunakan sebagai cofiring batu bara di Plant Industri Semen dan Plant PLTU.

Proyek ini sudah dimulai sejak 2017, yang dilakukan di atas lahan seluas 1 hektare.

Pada proyek ini melibatkan banyak pihak seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kedutaan Besar Denmark- DANIDA, Pemprov Jateng, Pemkab Cilacap, dan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI).

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien mengemukakan penggunaan RDF pengolahan sampah di Cilacap dengan kapasitas 120 ton per hari sebagai tonggak sejarah penting dalam upaya implementasi teknologi pengolahan sampah berskala kota di Indonesia.

“Teknologi ini, telah melengkapi kemajuan teknologi Waste to Electricity (PSEL) sebelumnya pada 12 Kota yang telah ditetapkan Presiden, serta Teknologi Landfill (Sanitary dan Control landfill) pada kabupaten/kota lainnya di Indonesia,” terang Vivien.

Ia juga menjelaskan teknologi RDF memiliki potensi pengolahan yang besar dengan off taker Plant Industri Semen dan PLTU. Menurutnya, potensinya sangat besar, apalagi di Indonesia ada 34 titik pabrik semen dan 50 lebih PLTU. Dalam satu hari, ada 28 ribu ton sampah yang dapat diolah.

“Kami sangat meyakini pengelolaan sampah di Indonesia dapat dilakukan 100%, sebagaimana Perpres No 97 Tahun 2017 tentang Jakstranas (kebijakan strategi nasional) dapat kita wujudkan menjadi sebuah realita bukan utopia,” terang Vivien.

Berdasarkan data, terlihat dengan menggunakan RDF akan ada peningkatan efisiensi dari penggunaan batu bara. Setidaknya akan memberikan 3% subtitusi dari kebutuhan batu bara, yakni dengan 60 ton RDF per hari dapat sebagai substitusi batu bara per hari. Selain itu, harganya pun lebih murah dibandingkan dengan batu bara.

Diketahui biaya produksi olahan sampah dengan sistem RDF membutuhkan Rp300 ribu/ton setiap harinya atau sekitar US$20. Sedangkan untuk batu bara, dalam satu ton mencapai US$40-US$50. Padahal nilai kalorinya sampai 3.200 kalori per ton. (Dro/S1-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya