Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

BKKBN: Masyarakat Indonesia Walaupun Miskin tapi Bahagia

Atalya Puspa
18/7/2024 10:10
BKKBN: Masyarakat Indonesia Walaupun Miskin tapi Bahagia
Ilustrasi(Antara)

Meskipun dalam keadaan ekonomi yang tergolong miskin, masyarakat Indonesia merasa tetap bahagia. Hal itu terlihat dari hasil pengukuran Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan dalam iBangga ada sejumlah indikator untuk melihat kondisi keluarga Indonesia, yakni tenteram, mandiri, bahagia. Adapun, skor yang tertinggi adalah kebahagiaan, yakni 72. Sedangkan skor kemandirian 51. Kemudian skor ketenteraman sekitar 56 atau 57.

Berdasarkan data tersebut, menurut Hasto, kemandirian masyarakat sesungguhnya masih lemah, walau kebahagiaan tinggi. "Miskin tapi bahagia. Begitu kenyataannya. Masih bisa bersyukur. Meskipun warga miskin tapi tidak sedih,” ungkapnya.

Baca juga : Kebahagiaan Keluarga Indonesia Tinggi, Sosiolog: Ukurannya bukan Materi

Hasto lebih rinci menjelaskan tiga indikator pengukuran iBangga. Pertama, indeks ketenteraman. “Contoh indeks ketenteraman adalah pasangan suami istri. Mereka memiliki akta nikah atau dokumen. Kalau istri simpanan, pasti nilai ketenteramannya rendah. Terus uring-uringan, dikejar-kejar rasa bersalah, maka nilai ketenteramannya rendah. Skor kita belum sampai 60. Belum tenteram karena perceraian juga tinggi,” tambah Hasto.

Kedua, indikator kemandirian yang berkaitan erat dengan faktor ekonomi. “Kemandirian itu jelas, angkanya 52. Artinya, dia belum bisa mencukupi biaya pendidikan, biaya makan. Bukankah rakyat Indonesia banyak yang menengah ke bawah," jelasnya.

Indikator iBangga ketiga adalah kebahagiaan. Kebahagiaan ditandai dengan kehidupan bersosialisasi, gotong royong, berwisata, rekreasi, berkomunikasi, berinteraksi. "Itu memang happy kita. Kalau di kampung jaga gardu, ronda ramai-ramai, ketawa-ketawa, padahal hutangnya banyak,” urainya. (Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya