Bulan Muharam: Pengertian, Keutamaan, dan Ibadah yang Disyariatkan

TAHUN Baru umat Islam dimulai pada bulan Muharam. Ada sejumlah keutamaan atau kemuliaan di bulan ini. Bulan ini muncul setelah Zulhijah dan sebelum Safar. 

Sebenarnya apa pengertian dari Muharram, keutamaan, dan ibadah yang diperintah dalam bulan mulia itu? Berikut penjabarannya.

Pengertian Muharam

Bulan Muharam ialah bulan pertama dalam sistem kalender Hijriyah/Islam. Secara bahasa, Muharam berasal dari kata haram yang artinya suci atau terlarang. 

Baca juga : Sejarah 1 Muharam, Prakarsa Khalifah Umar bin Khattab hingga Peran Usman dan Ali

Muharam berarti dimuliakan, diharamkan. Ini karena pada bulan Muharam diharamkan untuk melakukan peperangan.

Bulan Muharam dimuliakan masyarakat Arab, sejak zaman jahiliyah sampai zaman Islam. Pada bulan-bulan haram disepakati rakyat Arab bahwa tidak boleh ada peperangan.

Keutamaan Muharam

Berikut keutamaan bulan Muharam.

Baca juga : Doa Akhir dan Awal Tahun dalam Bahasa Arab, Latin, Terjemahan

1. Muharam termasuk bulan haram.

Firman Allah SWT, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan. Dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci)." (QS At-Taubah (9):36).

Nabi Muhammad SAW bersabda,  "Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada 12 bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Zulqa'dah, Zulhijah dan Muharam. (Satu bulan lagi adalah) Rajab di antara Jumada dan Syakban (HR al-Bukhari dan Muslim).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan hal ini terkait manasik haji dan umrah. Salah satunya diharamkan (disucikan) satu bulan sebelum bulan haji, yaitu Zulqa'dah, karena mereka dalam bulan itu beristirahat tidak mau berperang.

Baca juga : Tiga Doa Menggapai Ramadan agar Ibadah Diterima

Zulhijah saat menunaikan ibadah haji dan sibuk dengan penunaian manasiknya. Muharam ialah waktu bagi orang-orang yang telah menunaikan haji pulang ke negerinya yang jauh dalam keadaan aman.

Rajab di pertengahan tahun untuk melakukan ziarah ke Baitullah dan melakukan ibadah umrah. Bagi orang yang dating dari daerah yang jauh dari Jazirah Arabia, mereka dapat menunaikan ibadah umrahnya lalu kembali ke negeri masing-masing dalam keadaan aman.

2. Muharram dinamakan syahrullah.

Syahrullah berarti bulan Allah. Sabda Rasulullah SAW, "Puasa yang paling utama setelah Ramadan ialah puasa di bulan Allah, bulan Muharam.” (HR Muslim).

Baca juga : Muhammadiyah Terjebak Klaim Ahlussunnah Tuduh Syiah tidak Bikin Rumah Sakit

Bulan Muharam disebut syahrullah yaitu bulan Allah dengan disandarkan pada lafaz Allah. Karena disandarkan bulan ini pada lafaz Allah, ini menunjukkan keagungan dan keistimewaannya. (Tuhfatul Ahwadzi, Al-Mubarakfuri, lihat juga Lisanul 'Arab, Ibnu Mandzur).

Al-Hafizh Abul Fadhl Al-'Iraqiy mengatakan dalam Syarh Tirmidzi, "Apa hikmah bulan Muharam disebut dengan syahrullah (bulan Allah), padahal semua bulan milik Allah?” Beliau menjawab, "Disebut demikian karena di bulan Muharam ini Allah mengharamkan pembunuhan. Muharam juga bulan pertama dalam setahun. (Syarah Sunan an-Nasaiy, As-Suyuthi).

3. Muharam memiliki hari mulia dan dimuliakan para pemeluk agama.

Dari 'Abdullah Ibnu Abbas ra (diriwayatkan), Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para shahabat juga berpuasa. Lalu mereka (para sahabat) berkata, "Wahai Rasulullah, hari Asyura itu hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani." (HR Muslim).

Baca juga: Surat Yasin dalam Bahasa Arab, Latin, Terjemahan, dan Keutamaannya

Dari Ibnu Abbas ra (diriwayatkan), ketika Nabi SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Beliau bertanya, "Hari apa ini?" 

Mereka menjawab, "Hari yang baik, hari Allah menyelamatkan Bani israil dari musuhnya, sehingga Musa pun berpuasa pada hari ini." 

Nabi SAW bersabda, "Kami (kaum muslimin) lebih berhak menghormati Musa dari pada kalian." Kemudian Nabi SAW berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. (HR al-Bukhari).

Baca juga: Surat Al-Mulk Arab, Latin, Arti, dan Keutamaan

Ibadah yang disyariatkan

Berikut amal ibadah yang dituntunkan di bulan Muharam.

1. Memperbanyak puasa pada bulan Allah, Muharam. 

Memperbanyak puasa dianjurkan pada ashurul hurum (Zulqa'dah, Zulhijah, Muharram, dan Rajab). Puasa Muharam merupakan puasa sunah yang paling utama setelah puasa Ramadan.

Dari Abu Hurairah RA (diriwayatkan bahwa), telah bersabda Rasulullah SAW, "Puasa yang paling utama setelah Ramadan ialah puasa di bulan Allah, bulan Muharam. Dan sebaik-baik ibadah setelah ibadah wajib ialah salat malam." (HR Muslim).

Baca juga: Lima Doa Hari Asyura 10 Muharam dalam Bahasa Arab, Latin, dan Arti

2. Puasa hari Asyura dan Tasu'a (9 dan 10 Muharam).

Puasa pada hari Asyura, yaitu hari ke-10 bulan Muharam, karena Rasulullah SAW memerintahkan berpuasa pada hari itu sebelum diwajibkan puasa Ramadan. Setelah diwajibkan puasa Ramadan, Rasulullah SAW mempersilakan untuk berpuasa atau tidak berpuasa. 

Dapat pula menggabungkan puasa tanggal 10 dengan puasa pada tanggal sebelumnya yaitu sembilan (puasa Tasu'a). Dari Aisyah RA bahwa orang-orang Quraisy pada zaman jahiliyah melakukan puasa Asyura. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan agar melakukan puasa Asyura sehingga diwajibkan puasa Ramadan. Dan Rasulullah saw mengatakan, "Barang siapa yang ingin melakukan puasa Asyura silakan dan barang siapa yang tidak ingin melakukannya silakan berbuka. (Muttafaq 'alaih).

Dari Salamah Ibn al-Akwa RA, Nabi SAW memerintahkan seseorang dari Bani Aslam agar mengumumkan kepada masyarakat bahwa barang siapa yang sudah terlanjur makan hendaklah berpuasa pada sisa hari itu dan barang siapa yang belum makan hendaklah berpuasa, karena hari ini hari Asyura. (HR al-Bukhari).

Baca juga: Cara Mengamalkan Bacaan Yasin Fadhilah

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, "Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW membiasakan berpuasa suatu hari yang lebih diutamakan dari yang lain kecuali hari ini, yaitu hari Asyura dan bulan ini, yaitu bulan Ramadan." (HR al-Bukhari).

Dari Hafshah RA, ada empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW, yaitu puasa Asyura, tanggal sepuluh, dan tiga hari setiap bulan, serta salat dua rakaat sebelum subuh. (HR Ahmad dan an-Nasa'i).

Dari Ibnu Abbas RA, ia menerangkan Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para sahabat juga berpuasa. Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, hari Asyura hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani." Rasulullah SAW bersabda, "Kalau demikian, insya Allah tahun depan kita berpuasa pada hari yang kesembilan." 

Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya, namun sebelum datang tahun depan yang dimaksud, Rasulullah SAW telah wafat. (HR Muslim dan Abu Dawud).

Baca juga: Pembunuh 100 Orang Ingin Bertobat Akhirnya Dapat Rahmat atau Azab

Dalam lafaz lain Rasulullah SAW bersabda, "Jika saya panjang umur sampai tahun depan, niscaya saya akan berpuasa pada hari kesembilan." (HR Ahmad dan Muslim).

Abu 'Ali mengatakan, "Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad Ibn Yunus dari Ibnu Abi Dzi'b dengan tambahan, 'Karena beliau takut ketinggalan Asyura.'" (Lihat Ibnu Majah).

Pendapat para ulama seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Zadul Ma’aad memberikan tiga alternatif melaksanakan puasa Asyura.

a. Puasa pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharam.

b. Puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharam.

c. Puasa hanya pada tanggal 10 Muharam.

Baca juga: Rukun Haji, Kewajiban, dan Perbuatan yang Diharamkan

3. Memperbanyak amal saleh.

Pada prinsipnya setiap saat kita diperintahkan untuk memperbanyak amal saleh terlebih pada bulan-bulan haram termasuk Muharam.

Ibnu 'Abbas mengatakan, "Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram dianggap sebagai bulan suci. Melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar dan amalan saleh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak." (Tafsir at-Thabari). (Z-2)