Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEPALA Instalasi Farmasi RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Rina Mutiara, menjelaskan bahwa ramuan jamu tidak sama dengan obat-obatan fitofarmaka. Hal itu karena penggunaan jamu tidak memerlukan studi dalam proses produksi dan berdasarkan resep turun temurun. Sedangkan obat-obatan fitofarmaka harus melalui proses studi dan uji klinik.
"Ini masih membingungkan bagi masyarakat Indonesia karena kenyataannya masyarakat masih belum memahami sepenuhnya. Masyarakat beranggapan jamu adalah obat, padahal ada perbedaan mendasar antara jamu dan fitofarmaka dalam dunia medis," kata Rina, dikutip Sabtu (3/2).
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku, dan produk jadi terstandardisasi.
Baca juga : Badan POM Minta Obat Herbal Masuk Daftar Obat Rujukan BPJS
Rina menjelaskan sebagian masyarakat di Indonesia cenderung lebih mengandalkan pengobatan tradisional dan sering kali terjadi ketidakcocokan antara pemahaman tradisional dan ilmiah terkait dengan fitofarmaka.
Meski demikian, penggunaan fitofarmaka tetap dapat melibatkan aspek sosial dan budaya yang perlu dipertimbangkan, termasuk keyakinan lokal dan praktik tradisional.
Dalam kesempatan tersebut, Rina menuturkan, sejauh ini, pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan 24 jenis obat fitofarmaka di Indonesia di antaranya obat imunomodulator, obat diare, obat tukak lambung, obat antidiabetes, obat antihipertensi, obat melancarkan sirkulasi darah, dan obat untuk hipoalbumin.
Baca juga : Etana Jalin Kerja Sama Strategis dengan BeiGene untuk Obat Imunoterapi Kanker
Penggunaan fitofarmaka di Indonesia, lanjut Rina, harus mengacu pada standardisasi dan kualitas yang bervariasi berdasarkan asal tanaman, metode pengolahan, dan formulasi.
Fitofarmaka memiliki tantangan terkait pencarian bahan baku yang berkualitas tinggi, terutama dalam hal konsistensi kandungan senyawa aktif dan minimalisasi kontaminan.
"Fitofarmaka sering kali diproduksi dalam bentuk tradisional dan konsistensi produk bisa menjadi masalah. Perlu diatasi dengan standardisasi proses produksi untuk memastikan keefektifan dan keamanan," kata dia.
Baca juga : Obat Boleh Dipindahkan ke Wadah Lain, Asal...
Rina menambahkan interaksi obat fitofarmaka dengan obat-obatan konvensional sering kali belum sepenuhnya dipahami. Umumnya, pasien menggunakan lebih dari satu jenis obat sehingga risiko interaksi obat antara fitofarmaka dan obat-obatan konvensional harus dipahami dengan baik.
"Tantangan terbesar adalah masalah regulasi, standardisasi, dan keamanan. Diperlukan regulasi yang jelas untuk mengatur produksi, distribusi, dan penggunaan fitofarmaka. Ini mungkin tidak dapat sepenuhnya menggantikan terapi konvensional, namun dapat menjadi tantangan terutama dalam kasus penyakit kronis atau serius," pungkas Rina. (Ant/Z-1)
Baca juga : Obat Sebaiknya tidak Disimpan di Mobil
Orang tua perlu mengetahui kapan sebaiknya anak diberikan obat herbal atau obat konvensional.
Belum banyak orang yang mengonsumsi jamu, salah satunya karena belum terbiasa dengan rasanya yang pahit
Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat berharap perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik lagi, agar dapat mempertahankan eksistensinya di masa mendatang.
Jamu-jamu kesohor seperti kunyit asam dan beras kencur ataupun temulawak, kini disajikan dengan campuran minuman probiotik, yoghurt, bahkan diproses dengan mesin espresso.
DI Indonesia, jamu teguh menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia dan telah bertahan mengarungi zaman. Resep kebaikan jamu diyakini telah ada sejak abad ke-8 hingga bisa mendunia.
Fitofarmaka diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan bahan impor dalam industri farmasi tanah air.
Fitofarmaka sudah dikategorikan sebagai obat atau obat yang berasal dari bahan alam yang sudah teruji klinis sama khasiatnya dengan obat dari sintesa kimia.
Kementerian Kesehatan mendorong pengobatan fitofarmaka (obat bahan alam yang teruji klinis) sebagai salah satu jenis obat yang ditanggung BPJS Kesehatan.
BADAN POM berharap produk obat herbal dapat masuk dalam daftar obat rujukan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang ditanggung BPJS Kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved