Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
EL Nino bukanlah penyebab utama dari kekeringan yang melanda Indonesia saat ini. Hal itu diungkapkan oleh Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB Tri Wahyu Hadi.
“Kondisi el nino yang tidak strong, masih ada kemungkinan akan mengalami kekeringan atau tidak. Tapi ketika terjadi el nino strong, itu memang akan terjadi kekeringan,” kata Tri, Sabtu (9/9).
El Nino dengan intensitas kuat yang menyebabkan kekeringan, kata dia, pernah melanda Indonesia pada 1972-1973, lalu pada 1982-1983, 1997-1998 serta 2015.
Baca juga: Pemerintah Perlu Ambil Langkah Tanggap Darurat untuk Tangani Kekeringan
“Tapi bukan berarti tidak terpengaruh. Hanya kadang kering atau kadang tidak terlalu kering, sehingga rerata dampaknya itu kurang hebat dibanding dengan strong El Nino,” beber dia.
Di samping El Nino, ada fenomena iklim yang juga membuat curah hujan menurun dan suhu bumi meningkat, yakni pula angin di atas wilayah Filipina yang menyebabkan akumulasi uap air.
Baca juga: Hujan di Sebagian Wilayah, Waspada Dampak Siklon Tropis Saola
“Jadi bukan hanya El Nino atau La Nina, tapi ada proses lain yang perlu kita kaitkan, mungkin tidak langsung dari kondisi laut pasifik tapi ada pola sirkulasi udara tertentu yang menyebabkan adanya perbedaan akumulasi uap air yang ada di atas suatu wilayah,” jelas dia.
Di samping itu, beberapa penelitian yang dilakukan beberapa puluh tahun lalu juga melaporkan bahwa anomali iklim di Indonesia telah berlangsung dari ratusan juta lalu. Misalnya saja peneliti dari Belanda pada 1929 menyatakan bahwa di Indonesia curah hujan tidak menentu. Terkadang, curah hujan panjang dan musim kering tidak datang. Kondisi sebaliknya pun pernah terjadi.
Selain itu penelitian yang dilakukan pada tahun 1971-1973 oleh peneliti dari Hawaii juga menyebutkan bahwa di tahun itu curah hujan Juli, Agustus, September, Oktober, sangat kecil, padahal di tahun-tahun lain cukup besar.
“Jadi anomali iklim sebenarnya terjadi sejak dulu dan salah satu fenomena yang menyebabkan adalah El Nino,” imbuhnya.
Menurut dia, hingga Agustus 2023, dampak El Nino belum dapat dikatakan ekstrem. Hal itu berbeda dengan kejadian El Nino yang terjadi pada. 1997-1998 lalu.
“Tapi tentu kondisinya harus kita pantau terus, El Nino di Samudera Pasifik bisa lebih menguat lagi. Beberapa bulan ke depan sebagian besar wilayah kita akan mengalami defisit curah hujan. Tapi Desember, Januari dan Februari sudah berkurang,” tutup dia. (Ata/Z-7)
Walaupun saat ini Indonesia sudah memasuki musim kemarau, tetapi fenomena La Nina yang dimulai dari Juni hingga November disebut akan membawa peningkatan intensitas curah hujan tinggi
INTENSITAS serta curah hujan tinggi menyebabkan banjir melanda empat Kecamatan yang berada di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, Sabtu (15/6) pukul 16.30 WITA.
PREDIKSI curah hujan dan sifat hujan bulanan menunjukkan kondisi kekeringan selama musim kemarau akan mendominasi hingga September 2024.
Berdasarkan hasil monitoring perkembangan musim kemarau 2024, sebanyak 19% dari total zona musim di Indonesia telah masuk musim kemarau.
BMKG menyebut sebagian besar wilayah di ndonesia berpotensi mengalami hujan pada Senin (13/5).
DEPUTI Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan bahwa dalam sepekan ke depan BMKG mengidentifikasi masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan
Akibatnya bencana alam kekeringan lahan sawah yang sebelumnya melanda sekitar 100 ha (hektare) di Kabupaten Pidie, kini terus meluas ke Kabupaten Aceh Besar. Itu karena sejak dua bulan terakhir
Perubahan efek cuaca tidak bersahabat akibat peningkatan suhu air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur yang menjadi lebih hangat dari biasanya itu membuat iklim semakin tidak menentu.
Sejumlah desa yang jagungnya gagal panen tersebar di Kecamatan Panceng. Antara lain, lahan di Desa Pantenan, Ketanen, Banyutengah, Prupuh, Wotan, Suwalan, Sumurber, Serah, Sukodono
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat garis kemiskinan Maret 2024 sebesar Rp582.932 per kapita per bulan.
FENOMENA alam El Nino yang diprediksi akan segera kembali terjadi membuat puluhan hektare (ha) tanaman padi sawah di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, terganggu pertumbuhannya.
SAMPAI dengan saat ini, Indonesia masih merasakan dampak dari fenomena El Nino yang telah terjadi beberapa waktu lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved