Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Anak adalah bibit generasi masa depan bangsa, yang perlu dilindungi dan dijaga. Hingga saat ini ada begitu banyak wabah penyakit yang menggangu tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah penyakit tuberkulosis (TBC).
Seperti yang diketahui bersama, TBC adalah penyakit yang sudah lama disebabkan oleh patogen bakteria dan tidak pernah tertangani dengan baik. Upaya penyelesaian sudah dilakukan selama 77 tahun sejak Indonesia merdeka, vaksin dan obatnya sudah ditemukan sejak puluhan tahun lalu, tapi tidak pernah bisa tertangani dengan baik.
Anak-anak yang rentan terinfeksi TBC adalah mereka yang berusia 0--14 tahun, Lalu, kenapa bisa yah anak-anak di usia itu terkena penyakit TBC?
Perlu dicermati, TBC adalah penyakit infeksius yang mudah menular secara langsung melalui udara. TBC rentan kepada anak-anak di usia tersebut karena daya tahan tubuh yang belum optimal. Bahkan TBC pada anak cenderung lebih sulit dideteksi sehingga anak bisa saja terlambat ditangani. Meski demikian TBC pada anak tidak menular kepada orang dewasa maupun antara sesama anak.
Hal senada juga disampaikan, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), Rina Triasih. Dokter Rina menyebutkan TBC penularannya sama seperti covid-19, yang artinya lewat udara dari percikan air ludah.
"Karena ini ditularkan melalui percikan air ludah, maka TBC ini utamanya menyerang paru-paru. Menyerang saluran napas. Tetapi, TBC ini bisa juga mengenai organ tubuh yang lain, bisa ke otak. Bisa ke tulang, bisa ke perut, bisa ke usus, bisa ke kulit, dan sebagainya. Jadi ada juga TBC yang disebut sebagai TBC paru ada juga TBC ektra paru," ucapnya dalam diskusi virtual, Senin(20/3).
Berangkat dari penjelasan diatas, sudah semestinya para orang tua mulai mewaspadai TBC. Dengan begitu, TBC dan komplikasinya bisa dicegah terjadi pada anak.
Gejala TBC Anak
Dokter Rina mengatakan gejala TBC terbagi jadi dua. Pertama adalah gejala sistemik dan kedua gejala spesifik. Berikut ini penjelasannya.
1. Gejala Sistemik atau Umum
-Berat badan turun atau tidak naik dalam dua bulan sebelumnya atau terjadi gagal tumbuh meskipun telah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik dalam waktu 1 sampai 2 bulan.
- Demam lama, kurang lebih 2 minggu atau berulang tanpa sebab yang jelas. Demam bukan disebabkan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain. Demam umumnya tidak tinggi.
-Batuk lama bersifat non-remmitting atau tidak pernah reda dengan intensitas semakin lama semakin parah, serta sebab lain batuk telah dpat disingkirkan.
- Lesu, anak kurang aktif bermain.
2. Gejala Spesifik Terkait Organ
Pada TBC ekstar paru dapat dijumpai gejala dan tanda klinis yang khas pada organ yang terkena. Gejalanya bisa berbeda, tergantung organ apa yang terinfeksi.
a. Tuberkulosis kelenjar
- Biasayanya di daerah leher.
- Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) yang tidak nyeri, konsistensi kenyal, multiple dan kadang saling melekat.
- Ukuran KGN besar, lebih dari 2x2 cm. Biasanya pembesaran KGB terlihat jelas bukan hanya teraba.
- Tidak merespon terhadap pemberian antibiotika
- Bisa berbentuk rongga dan discharge.
b. Tuberkulosis sistem saraf pusat
- Meningitis TB. Gejala ini disertai keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
- Tuberkuloma Otak. Gejala adanya lesi desak ruang.
c. Tuberkulosis sistem skeletal
- Tulang belakang, penonjolan tulang belakang.
- Tulang panggul, pincang gangguan berjalan, atau tanda peradangan didaerah panggul
- Tulang lutut, pincang atau bengkak pada lutut tanpa sebeb yang jelas.
- Tulang kaki dan tangan.
Selain tiga jenis tersebut, masih ada beberapa jenis TBC ekstar lainnya. Di antaranya TBC mata dan ginjal.
Pengobatan TBC pada Anak
Jika anak sudah dinyatakan positif TBC, maka pengobatan perlu segera dilakukan. Pengobatan TBC diberikan pada anak yang sudah dalam tahap TBC aktif, maupun anak yang sudah terinfeksi kuman TBC tetapi belum menampakkan gejala. Penyakit ini bisa ditangani oleh dokter anak atau dokter anak ahli respirologi.
Anak yang baru terinfeksi bakteri TBC dan belum menunjukkan gejala TBC aktif akan diberikan obat antituberkulosis (OAT) isoniazid, yang harus dikonsumsi setiap hari selama sembilan bulan.
Sementara pada anak yang telah dipastikan terdiagnosis TBC aktif, dokter akan memberikan pengobatan yang terdiri dari tiga jenis OAT, yaitu isoniazid, pyrazinamid, dan rifampicin. Obat-obatan ini harus dikonsumsi setiap hari selama dua bulan. Kemudian untuk empat bulan selanjutnya, hanya dua jenis obat yang diteruskan, yaitu rifampicin dan isoniazid.
Tidak semua obat TBC untuk dewasa dapat digunakan pada anak. Anak-anak umumnya tidak diberikan OAT jenis ethambutol, karena obat ini dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi penglihatan anak.
Hingga saat ini, Indonesia masih merupakan salah satu negara dengan kasus TBC terbanyak di dunia. Melalui berbagai program pemerintah dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan, diharapkan jumlah penderita TBC pada anak bisa menurun.
Dengan menjalani pengobatan sampai tuntas sesuai durasi yang telah ditentukan oleh dokter, anak-anak dapat pulih total dari TBC dan terhindar dari komplikasi. Penyakit ini bisa ditangani oleh dokter anak atau dokter anak ahli penyakit infeksi tropis.
(Z-9)
Ada sebanyak 25 portable X-Ray yang akan ditempatkan di 15 kabupaten/kota di 9 provinsi.
Pada 2020 notifikasi kasus TB ada di angka 393.323 kasus. Lalu pada 2021 menjadi 443.235 kasus, pada 2022 sebanyak 724.309 kasus, pada 2023 sebanyak 821.200 kasus.
Kelumpuhan yang disebabkan oleh tuberkulosis (TB) tulang belakang tidak sama dengan kelumpuhan akibat polio.
EDUKASI dan sosialisasi tentang bahaya tuberkulosis (TB) harus dilakukan secara massif. Ini dilakukan agar masyarakat memahami dan peduli dengan pencegahan dan pengobatan TB.
Penularan Tuberkulosis (Tb) masih tinggi dengan 282.281 kasus dilaporkan hingga Juni 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan notifikasi kasus sejak 2021.
Pemberian obat pada waktu yang sama perlu dilakukan dengan tujuan agar tidak lupa dan skip minum obat dan anak jadi terbiasa.
KETUA Tim Kerja Imunisasi, Surveilans PD3I dan KIPI Kemenkes Endang Budi Hastuti menekankan bahwa orangtua jangan takut untuk memberikan imunisasi polio kepada anak.
PIN Polio putaran kedua yang dimulai hari ini menjadi cerminan bahwa imunisasi anak Indonesia belum sukses.
DOKTER spesialis anak menyampaikan bahwa anak yang telah didiagnosis alergi susu sapi tidak boleh diberi susu kambing maupun produk turunannya.
Terbatasnya infrastruktur kesehatan di daerah terpencil, minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan anak, sampai akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas menjadi PR.
Permasalahan pemerataan pelayanan kesehatan anak di Indonesia menjadi tema utama dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ke-70 tahun ini.
Kombinasi antara penyakit tidak menular seperti obesitas dengan penyakit menular seperti DBD akan menghasilkan kombinasi risiko fatalitas tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved