Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Penemuan Kasus TB di Klinik Naik 4 Kali Lipat Dua Tahun Terakhir

Atalya Puspa
24/7/2024 17:11
Penemuan Kasus TB di Klinik Naik 4 Kali Lipat Dua Tahun Terakhir
Petugas medis memperlihatkan hasil rontgen paru-paru warga terindikasi TB.(ANTARA/RINA NUR ANGGRAINI)

UPAYA penemuan kasus baru tuberkulosis (TB) di Indonesia terus menunjukkan hasil yang positif. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi, dari tahun 2021 ke 2023, terjadi peningkatan notifikasi kasus TB di tempat praktik mandiri dokter (TPMD) dan klinik kurang lebih sebesar empat kali lipat dan dan rumah sakit kurang lebih dua kali lipat.

Secara rinci, pada 2020 notifikasi kasus TB ada di angka 393.323 kasus. Lalu pada 2021 menjadi 443.235 kasus, pada 2022 sebanyak 724.309 kasus, pada 2023 sebanyak 821.200 kasus dan pada 2024 hingga Juni sebanyak 393.341 kasus.

"Di sini yang meningkat cukup tinggi pada 2023 adalah klinik pemerintah, dari yang awalnya 2.300 kasus, menjadi 6.622. Dan ini perlu kita lanjutkan supaya nanti di 2024 bisa semakin meminimalisir yang under reported," kata Imran dalam acara Dialog Nasional: Lika-Liku Public-Private Mix (PPM) di Jakarta, Rabu (24/7).

Baca juga : Kasus Tuberkulosis Anak Naik Dua Kali Lipat Dibanding 2021

Dari hal itu, Imran menyatakan bahwa Indonesia sudah patut berbangga dalam kemajuan penemuan kasus TB. Dibanding tahun 2017, secara keseluruhan, kasus TB yang tidak terlaporkan turun sebesar 64%. Menurut dia, kontribusi terbesar dalam penurunan angka TB yang tidak terlapor ialah non-puskesmas, dari yang tadinya angka under reporting mencapai 70,7% menjadi 19,6%. Lalu disusul rumah sakit, dari yang tadinya 62,2% menjadi 16,9% dan klinik dari yang tadinya 95,5% menjadi 37,6%.

"Belum pernah ada negara yang sederastis ini penurunannya. Kita perlu berterima kasih dan banggakan karena ini adalah kerja keras kita semua. Meskipun tidak instan, dan harus dengan dorongan semua pihak," tegas Imran.

Meski demikian, Indonesia masih mempunyai banyak PR terkait dengan penanganan dan pencegahan TB. Pasalnya, di 2030 Indonesia mempunyai target untuk menurunkan angka kejadian TB sebesar 80% dibanding 2015.

Baca juga : Presiden Minta Rumah Khusus Penderita TB, Kemenkes: Masih Dikaji

Dalam hal ini, ada tiga indikator yang harus dipantau setiap bulan, yakni penemuan kasus, sucess rate dan terapi TB. "Dari tiga indikator ini, yang paling rendah adalah terkait dengan terapi pencegahan TB. Jadi ini yang harus kita dorong," imbuh dia.

Ia juga menyebut, ada sejumlah strategi an intervensi public private mix (PPM) yang dilakukan untuk penanganan dan pencegahan TB. Di antaranya pelibatan fasilitas pelayanan kesehatan, akses diagnosis dan pengobatan sesuai standar, peningkatan kualitas layanan TB, kebijakan wajib lapor TB, peningkatan peran lintas sektor, program dan komunitas serta menguatkan kolaborasi kegiatan DPPM dalam pembiayaan kesehatan.

Pada kesempatan itu, TB Team Lead USAID Indonesia M. Bey A. D. Sonata mengungkapkan, penurunan angka under-reporting kasus TB di Indonesia merupakan satu keberhasilan yang perlu dibanggakan. Ia pun menilai, saat ini pemerintah sudah berada di jalur yang tepat dalam hal penanganan kasus TB di Indonesia.

Baca juga : Waspada TBC Laten, Tidak Bergejala dan Bisa Muncul Kapanpun 

Namun, ia mengingatkan bahwa saat ini masih ada gap yang besar antara penemuan kasus dan estimasi kasus TB di Indonesia. Pada 2023 saja, estimasi kasus TB mencapai 1.060.000 kasus dan pada 2024 mencapai 1.092.00 kasus.

"Meskipun angka notifikasi naik, ada satu hal yang perlu kita cermati bersama. Kita harus tetap berusaha melakukan perbaikan terhadap apa yang sudah on the right track. Jadi nanti ditakutkan, penemuan kasus ini naiknya landai. Mereka tetap melaporkan tapi tidak ada penambahan pelaporan. Padahal kita masih ada gap penemuan kasus," ucap dia.

Menurut dia, salah satu yang bisa dilakukan ialah dengan penemuan intensif kasus TB di rumah sakit. Hal ini pun telah dilakukan USAID yang salah satu kegiatannya ialah bekerja sama dengan 101 jejaring rumah sakit milik Muhammadiyah.

Baca juga : Kontak Erat di Rumah Jadi Faktor Kuat Penularan Tuberkulosis Anak

"Dari pengalaman yang kami lihat, menunjukkan bahwa memang perlu dilakukan screening secara terpadu di semua unit di layanan rumah sakit. Ini kalau dilakukan di semua faskes, tidak hanya di rumah sakit, akan meningkatkan kontribusi terhadap penemuan kasus. Sehingga tidak stuck," ucap dia.

Ia mengingatkan agar pemerintah jangan sampai berpuas diri dengan capaian yang sudah ada saat ini. Berbagai program yang sudah berjalan, sudah seyogianya ditelaah kembali, dan dilihat mana letak kekurangan dan kelebihannya untuk selanjutnya diimprovisasi.

"Hal penting lainnya ialah mendekatkan layanan ke pasien. Ini merupakan satu keharusan. Ini tugas kita bersama dengan peran kita masing-masing," pungkas Bey. (Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya