Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

LaNyalla Paparkan Kedaulatan Ekonomi Pancasila di UIN Jakarta

Mediaindonesia.com
07/11/2022 20:02
LaNyalla Paparkan Kedaulatan Ekonomi Pancasila di UIN Jakarta
Ketua DPD RI AA LaNyalla M Mattalitti menyampaikan kuliah umum secara virtual di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (7/11).(Ist)

KETUA Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengutip sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Ahmad untuk memaparkan bagaimana kedaulatan ekonomi di Republik ini harus diimplementasikan.
 
Hal itu disampaikan LaNyalla secara virtual pada acara Pelantikan dan Rapat Kerja Nasional Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Syariah se-Indonesia, Senin (7/11), di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
 
"Sistem ekonomi Pancasila sudah sangat jelas, negara harus berkuasa penuh atas bumi air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya. Termasuk, menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi hajat hidup orang banyak," kata LaNyalla dalam keterangan yang diterima, Senin.
 
Menurutnya, konsepsi ekonomi Pancasila sejalan dengan konsep ekonomi Islam, di mana public goods dikategorikan dalam tiga sektor strategis yaitu air, ladang atau hutan, dan api atau energi. Ketiganya pun harus dikuasai negara.
 
"Bahkan dalam hadis riwayat Ahmad, diharamkan harganya. Artinya, tidak boleh dikomersialkan menjadi commercial goods. Seperti tertulis dalam hadis itu yang artinya 'umat Islam itu sama-sama membutuhkan untuk berserikat atas tiga hal, yaitu air, ladang, dan api dan atas ketiganya diharamkan harganya'," tegas LaNyalla.
 
Contoh konkret dalam perspektif di atas adalah bagaimana sahabat Usman bin Affan diperintahkan oleh Rasul untuk membeli sumur air milik seorang Yahudi di Madinah saat itu, yang kemudian setelah dibeli, dia gratiskan airnya untuk seluruh penduduk Madinah. Sampai hari ini, sumur itu dikenal dengan nama sumur Usman.


Baca juga: Wapres Berharap Universitas Darunnajah Jadi Rujukan Islam Moderat

 
"Sehingga ekonomi Indonesia dijalankan dengan tiga pilar utama yakni koperasi atau usaha rakyat, perusahaan negara dan swasta, baik nasional maupun asing," papar LaNyalla dalam kegiatan yang mengusung tema 'Reformasi Hukum Indonesia: Wajah Hukum adalah Wajah Peradaban'.
 
Dalam hal pembagian, Senator asal Jawa Timur itu menilai terdapat garis demarkasi tegas antara wilayah public goods dan commercial goods, serta irisan di antara keduanya. Sehingga terjadi public, privat, people, and partnership.
 
"Rakyat harus berada dalam posisi sebagai bagian dari pemilik kedaulatan atas wilayah, termasuk sumber daya di daerahnya. Sehingga keterlibatan rakyat itu mutlak dan wajib jika kita membaca konsep ekonomi usaha bersama yang dirumuskan para pendiri bangsa kita," ujarnya.
 
Dikatakan, hal itu merupakan sistem asli yang lahir dari pemikiran luhur para pendiri bangsa, yang berbeda dengan isme-isme yang ada saat itu, seperti liberalisme di barat atau komunisme di timur.
 
"Oleh karena itu, saya menawarkan peta jalan untuk mengembalikan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat dengan cara kita kembalikan UUD 1945 naskah asli, untuk kemudian kita sempurnakan kelemahannya dengan cara yang benar, bukan diganti total seperti saat amendemen 1999-2002 silam," tandasnya.
 
Sebab, hari ini, imbuhnya, Indonesia perlahan tapi pasti, menjadi bangsa yang individualis, liberal, sekuler, dan kapitalistik. (RO/OL-16)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya