Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MAARIF Institute luncurkan tiga buku yang berisi pikiran-pikiran Ahmad Syafii Maarif. Tiga buku itu berjudul, Bulir bulir Refleksi Sang Mujahid (Kompas, 2022), Indonesia Jelang Satu Abad, Refleksi tentang Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan (Mizan, 2022), dan Al-Quran Untuk Tuhan Atau Untuk Manusia? (Suara Muhammadiyah, 2022). Tiga buku ini diluncurkan secara bersamaan di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Pusat, Kamis (27/10) siang.
Acara itu diselenggarakan MAARIF Institute bekerja sama dengan Pergerakan Indonesia Untuk Semua (PIS).
Acara peluncuran dan diskusi buku ini dihadiri oleh sejumlah narasumber, di antaranya, Ade Armando (Ketua Umum Pergerakan Indonesia untuk Semua), Budiman Tanuredjo (Wartawan Senior Kompas), Siti Musdah Mulia (Penulis Buku Ensiklopedia Muslimah Reformis), dan Putut Widjanarko (Dosen Universitas Paramadina). Bertindak sebagai moderator dalam acara ini, Moh. Shofan (Direktur Program MAARIF Institute).
Baca juga : Pembelajaran Sejarah Dorong Pemahaman terhadap Nilai Kepahlawanan
Sebelum sesi diskusi buku dimulai, acara diawali dengan pengumuman pemenang sayembara video pendek lomba menulis essai sekaligus penyerahan hadiah secara simbolis.
Acara dilanjutkan dengan penandatanganan replika buku dan penyerahan buku karya Ahmad Syafii Maarif kepada sejumlah perwakilan, yaitu Putri Kuswinuwardhani (Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI), Subiyantoro (pejabat negara), St Sularto (Media Kompas), Ifa Hanifah Miscbah (NGO), dan Nirwansyah (perwakilan peserta pemenang sayembara).
Abd. Rohim Ghazali selaku Direktur Eksekutif Maarif Institute, sangat mengapresiasi pemikiran-pemikiran kritis almarhum Buya Syafii, terkait isu-isu keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, kebhinekaan, dan keadilan sosial.
Baca juga : Inspirasi 10 Baju Pahlawan Wanita
Kumpulan tulisan Buya Syafii yang tercecer di media, baik di Kompas maupun di Republika, lanjut Rohim, kini sudah bisa dibaca secara utuh karena sudah diterbitkan dalam bentuk buku. Produktivitas pemikiran-pemikiran Buya Syafii sangat diperlukan untuk memperkaya khazanah pemikiran Islam Indonesia.
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada penerbit, Kompas, Mizan dan Suara Muhammadiyah, yang dengan tulus menerbitkan kumpulan karya tulis Buya Syafii, sehingga kini sudah bisa dinikmati oleh anak anak bangsa. Penerbitan ini, tentu merupakan usaha keras untuk merekam riwayat intelektualisme Buya Syafii yang selama ini berkembang di ruang publik. Kami berharap kehadiran ketiga buku ini dapat memberikan sumbangan dalam memperkaya khazanah Islam Indonesia”, ujar Rohim.
Mengawali pemaparannya, tokoh perempuan Muslim, Musdah Mulia, mengucapkan selamat atas terbitnya tiga buku Buya Ahmad Syafii Maarif. Buku tersebut layak dibaca tidak hanya oleh mereka yang tertarik dengan masa depan dunia Islam, tetapi juga oleh setiap orang yang peduli akan masa depan kemanusiaan.
Baca juga : Peran Sayuti Melik dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI
Menurut Musdah, Buya Syafii merupakan sosok yang berani dan mengungkapkan pendapat secara kritis, obyektif dan jernih.
Sosok seperti inilah yang, menurutnya, dibutuhkan bangsa Indonesia sekarang ini.
Buya juga orang yang berempati pada orang-orang yang mengalami penindasan. Itu terlihat ketika Buya dengan berani tanpa rasa takut menyebut Ahok tidak menghina Al Quran, khususnya Surat Al-Maidah 51.
Baca juga : 21 Nama Pahlawan Nasional Indonesia
Musdah juga menambahkan Buya Syafii adalah juga tokoh yang sangat memberikan perhatian penuh serta penghormatan setinggi-tingginya pada kaum perempuan.
“Meskipun Buya Syafii tidak menulis hal-hal yang lebih spesifik tentang isu-isu kesetaraan dan keadilan gender, isu feminisme, bagi saya cukup dua hal. Buya tidak melakukan poligami dan tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan, baik di ruang domestic maupun ruang publik" jelas Musda Mulia.
Narasumber berikutnya, Ade Armando, memaparkan bahwa peluncuran buku ini menjadi penting dalam rangka menyosialisasikan dan melanjutkan pemikiran Buya Syafii Maarif dalam konteks keindonesiaan.
Baca juga : Dukung AM Sangadji jadi Pahlawan Nasional, Aktivis di Jakarta Gelar Diskusi Publik
Buku yang memuat isu isu keislaman, kebangsaan, kemanusiaan dan juga pengalaman bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa patut untuk dijadikan bahan refleksi.
“Semoga buku ini bisa menyebarkan pemikiran Islam yang inklusif, toleran, moderat serta berpihak pada kemanusiaan, kenegaraan serta keindonesiaan, utamanya di kalangan anak-anak muda millenial”, ujar Ade.
Ade juga mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Sijunjung yang mengusulkan Buya Syafii Maarif sebagai pahlawan nasional, mengingat Buya Syafii bukan hanya dikenal sebagai tokoh nasional, tapi berskala global.
Baca juga : Muhammadiyah Nilai Buya Syafii Layak sebagai Pahlawan Nasional
“Beliau memang layak di usulkan sebagai Pahlawan Nasional karena semasa hìdupnya banyak memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan dan kemajuan bangsa. Banyak sekali yang Buya perbuat, apalagi beliau juga mantan ketua umum PP Muhammadiyah, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Pendiri MAARIF Institute, dan President World Conference on Religion for Peace (WCRP)," paparnya.
Sementara Budiman Tanuredjo dan Putut Wijanarko, mengatakan bahwa dalam banyak tulisannya, Buya Syafii selalu mengumandangkan moralitas dan keadaban publik.
Menurut Budiman, yang paling menyita perhatian Buya Syafii adalah tingkah pongah para elit yang “tunavisi dan misi”. Para politisi hanya mengedepankan kepentingan pragmatis, sembari dalam waktu yang bersamaan, abai terhadap hak-hak hidup masyarakat. Apalagi yang paling membuat geram tatkala sekelompok elite itu menggunakan isu-isu SARA demi memenuhi syahwat politiknya.
Baca juga : Dua Dokter Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Putut berharap, buku karya Buya Syafii ini bisa menjadi energi baru dalam upaya melembagakan gagasan dan cita-cita sosial Buya Syafii, baik di ranah keislaman, kenegaraan, yang mengusung nilai-nilai keterbukaan, kesetaraan dan kebhinnekaan yang dapat diwariskan kepada anak-anak bangsa.
Acara peluncuran dan diskusi buku yang dihadiri tidak kurang dari 100 orang ini, merupakan rangkaian acara Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif , yang berlangsung hingga Juni 2023 tahun depan.
Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif merupakan rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk merawat dan menyebarluaskan lagecy Pemikiran Buya Syafii Maarif. Semoga acara ini diharapkan menjadi virus positif bagi anak-anak muda millennial, serta menyebarkan paham Islam yang inklusif, toleran, moderat serta berpihak pada kemanusiaan, kenegaraan serta keindonesiaan. (RO/OL-1)
Selama satu bulan penuh, Festival Merah Putih digelar di Kota Bogor, Jawa Barat. Agenda yang merupakan bagian dari rangkaian peringatan HUT ke-79 RI itu dihelat di Markas Korem 061/Suryakencana
Pengakuan tersebut adalah hasil dari perjuangan panjang murid dan pengagum beliau yang ingin jasa-jasanya dalam dunia pendidikan dan dakwah diakui secara resmi oleh negara.
Abdul Halim Perdanakusuma adalah salah satu pahlawan nasional yang dikenal sebagai perintis dalam pembentukan dan pengembangan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Puan menilai guru honorer merupakan tenaga pendidik yang memiliki keistimewaan yang sama dengan guru PNS sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
MARCELLA Zalianty, bersama Keana Films, merayakan penetapan hari kelahiran pejuang wanita asal Aceh, Keumalahayati atau Laksamana Malahayati, sebagai hari perayaan internasional
MARCELLA Zalianty, yang telah absen dari dunia akting, kini aktif memajukan teater di Indonesia. Pada 2023, ia sukses memproduksi teater tentang pahlawan wanita Laksamana Malahayati,
Dari sekian banyak bandara yang ada di Indonesia, sebagian besar di antara mereka menggunakan nama pahlawan nasional, termasuk dari para tokoh TNI AU, sebagai bentuk penghormatan.
Pada 29 Juli 1947, Angkatan Udara Indonesia mengalami duka mendalam. Tiga tokoh perintis Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) tewas dalam sebuah serangan tragis.
Berikut sejumlah klaim segelintir oknum Ba'alawy terkait pahlawan dan kemerdekaan Indonesia yang disampaikan Rhoma Irama. Anhar Gonggong membantah semua klaim itu. Berikut uraiannya.
Salah satu cara untuk memperingati hari Kartini, pejuang emansipasi wanita ini, adalah dengan menulis puisi yang menginspirasi tentang Kartini.
Raden Ajeng Kartini, seorang Pahlawan Nasional Indonesia, memperjuangkan hak pendidikan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan di masa penjajahan Belanda.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved